Part 32

7K 684 68
                                    

Jaemin menatap pemandangan dengan sendu, suasana malam dengan gemerlap lampu yang tampak cantik dan berkilau tak membuatnya tertarik. Pikirannya tengah melayang jauh pada kekasih hatinya yang entah bagaimana keadaannya.

Jaemin mengeluarkan sebuah kotak dari kantong celananya, "sampai kini aku masih belum punya kesempatan untuk memasangkan cincin ini di tanganmu" ucap Jaemin lirih.

Pandangan Jaemin kembali lurus ke depan, ia tahu ini adalah resiko yang harus ia hadapi saat memilih bersama Haechan. Meski nantinya waktu diantara mereka tidak banyak ia tidak pernah ingin untuk menyerah pada Haechan.

Sedangkan di tempat lain Haechan sedang dalam kondisi hidup dan mati. Sudah hampir satu tahun perang berjalan namun belum juga memberikan hasil apapun. Bahkan Haechan harus membagi tenaganya untuk memimpin pasukan, dan saat ia mendapatkan istirahat ia akan pergi ke barak medis membantu memberi pertolongan pada anggota militer yang terluka entah itu berasal dari negara yang sama dengannya atau pun tidak.

"Kapten, Letnan Eunwoo dan Letnan Sanha telah gugur. Pemakaman mereka akan diadakan besok pagi" laporan salah satu anak buahnya di tengah kondisinya yang tengah melakukan operasi kecil pada seorang tentara tidak membuat konsentrasi Haechan buyar sama sekali.

"Aku mengerti" hanya jawaban singkat yang Haechan berikan dan kemudian ia akan melanjutkan aktivitasnya lagi seolah tanpa beban. Namun yang tidak orang tahu, tanpa dilihat oleh siapapun Haechan kini tengah menangis seorang diri seraya meremas dadanya dengan kuat.

Salah jika orang berpikir ia tidak sedih, keduanya adalah teman baiknya sejak masih sekolah. Dan kini demi menyelamatkan nyawa orang-orang yang tidak bersalah keduanya telah gugur sebagai pahlawan.

Dari lima orang di pasukannya, dua telah meninggalkannya. Yang pertama Lucas, dua bulan yang lalu akibat ledakan bom, pemuda itu mengalami cidera parah di bagian matanya. Lucas memang langsung diberikan pertolongan namun salah satu matanya telah diangkat dan tidak dapat dipertahankan lagi. Karena itu pemuda itu dibebastugaskan dan telah dikembalikan di negaranya.

Lalu kini ia telah kehilangan Sanha, tidak seperti Lucas yang masih dapat ditemuinya, Sanha sudah tidak ada di dunia ini lagi dan ia harus terima itu.

Haechan pikir tidak ada yang tahu tentang acara menangisnya, namun di balik dinding tempat Haechan bersandar sedang berdiri Mark yang hanya diam dan menunggu lelaki yang dicintainya itu selesai dengan dukanya.

Mark? Benar pemuda itu sejak enam bulan yang lalu telah menjadi relawan di Fallujah. Atas keinginannya sendiri ia datang kemari, hanya demi memastikan bahwa Haechan baik-baik saja. Meski tidak bisa berjalan berdampingan di sisi Haechan, namun setidaknya ia bisa berjalan di belakang pemuda itu demi melindungi Haechan.

Setelah setengah jam akhirnya tangisan Haechan berhenti, dalam diam ia pandangi foto Sanha dan Eunwoo yang ada ditangannya. "Kalian benar-benar hebat" bisik Haechan dengan nada kagum.

Haechan baru akan berdiri namun tampak terkejut akan kehadiran Mark. "Sejak kapan hyung disini?" Tanya Haechan nada terkejutnya bahkan sampai membuat Mark tersenyum tipis.

Mark maju perlahan sebelum menghapus sisa air mata di pipi Haechan, "Lain kali jika kau ingin menangis maka datang pada hyung" ujar Mark lirih. "Hyung yang akan menutupi tangisanmu agar tidak ada yang melihat" tambah Mark yang membuat Haechan tersenyum lembut.

"Lapor kapten, bagian barat Fallujah kembali diserang" ujar seorang prajurit yang tiba-tiba datang.

Wajah Haechan nampak mengeras saat ia ingat ada gedung pengungsi disana, "siapkan pasukan, kita harus menyelamatkan para pengungsi nyawa mereka menjadi prioritas" perintah Haechan cepat.

Haechan sudah akan berlari meninggalkan Mark, namun tangannya langsung dicekal Mark dengan kuat. Mark tidak tahu kenapa namun berita barusan membuatnya takut, tidak ia selalu ketakutan saat tahu Haechan tengah turun ke medan perang.

후 회 (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang