Part 04

13.7K 1.3K 158
                                    

Jaemin dan Haechan memilih untuk berbicara di taman belakang sekolah. "Haechan aku sudah pernah bilang bahwa aku tidak suka kau mengikuti pertandingan beladiri" ujar Jaemin to the point yang membuat Haechan menghela nafasnya lelah.

"Kalau kau hanya ingin mengatakan hal ini aku pergi" ujar Haechan lirih, ia tadinya berharap Jaemin akan minta maaf padanya karena telah membuatnya menunggu saat mereka berjanji untuk bertemu. Namun Haechan tentu terlalu berharap banyak pada Jaemin.

Jaemin dengan cepat menggenggam tangan Haechan, "aku khawatir Haechan, lagipula apa yang kau cari dengan menang pertandingan beladiri?" Tanya Jaemin menuntut, "daripada kau membuang waktu untuk hal yang tidak terlalu berguna seperti itu, lebih baik kau belajar dengan rajin" tegur Jaemin yang membuat Haechan menatapnya dengan pandangan terluka.

Jaemin memegang pundak Haechan, "dengar Haechan, kau tahu resikonya saat kau mengikuti kegiatan seperti ini kau bisa cedera jika itu ringan maka semuanya akan baik-baik saja tapi bagaimana jika berat kau bisa saja membuat dirimu celaka, bagaimana jika kau sampai cacat hanya karena hal tidak berguna itu" ujar Jaemin panjang lebar.

"Jadi maksud mu, kalau aku cacat kau akan meninggalkan ku begitu?" Tanya Haechan dengan nada dingin.

"Haechan kau menangkap pointnya atau tidak dengan pembicaraan kita" ujar Jaemin berkilah.

Haechan melepaskan tangan Jaemin di pundaknya, dan memandang pemuda itu dengan sendu. "Jaemin-ah, apa kau mencintaiku?" Tanya Haechan yang membuat Jaemin terdiam.

"Kau mencintaiku?" Tanya Haechan lagi namun Jaemin tetap hanya diam saja. Dengan perlahan Haechan memundurkan tubuhnya, "aku tahu sejak lama bahwa kau tidak mencintai ku" ujar Haechan lirih sedangkan Jaemin hanya diam saja mendengar ucapan Haechan, tapi jika Haechan bisa melihat lebih dalam mata Jaemin jelas tengah memandangnya dengan sedih.

"Aku terlalu keras kepala dengan berpikir semua larangan-larangan yang kau beri padaku karena kau peduli padaku, tapi nyatanya kau tidak pernah mendukungku dalam hal apapun yang ku suka. Kau mengekangku, membuat ku harus melakukan hal yang tidak ingin ku lakukan" ujar Haechan setelahnya ia menghirup nafasnya dalam-dalam dan menatap Jaemin lurus. "Jaemin kita putus saja" ujar Haechan akhirnya yang membuat Jaemin terbelak.

"Kau memutuskan ku hanya karena hal ini?" Tanya Jaemin dengan nada tidak percaya, namun Haechan justru tertawa sinis. "Jaemin, bagimu ini remeh dan tidak ada artinya namun bagiku ini penting aku ingin menang dan menunjukan pada orang tuaku bahwa aku juga bisa berprestasi meski bukan dalam jalur pendidikan" ujar Haechan lirih, "tapi kau tidak pernah mau mengerti" lanjut Haechan setelahnya ia lepas pegangan tangan Jaemin dan berjalan meninggalkan Jaemin yang hanya dapat terpaku.

"Brengsek" umpat Jaemin seraya mengusak rambutnya dengan kasar, bukan Jaemin tidak menghargai keinginan Haechan ia hanya tidak ingin Haechan terluka.

Buagh

Jaemin terjatuh karena tiba-tiba ada yang memukulnya, "kenapa kau memukulku Sho?" Tanya Jaemin dengan nada berteriak.

Shotaro berdiri di depan Jaemin dan menatap Jaemin tajam, "mulai sekarang menjauh dari Haechan, aku benar-benar malu karena punya kakak kembar sepertimu, dan aku memukulmu karena kau pantas menerimanya" ujar Shotaro sebelum pergi begitu saja dari hadapan Jaemin.

Jaemin mencoba bangkit dan menatap Shotaro dengan tajam sebelum bahunya ditepuk seseorang, saat menoleh sebuah tangan sudah akan memukulnya yang membuat Jaemin menutup matanya. "Ini gunanya beladiri Nakamoto Jaemin, agar saat ada yang memukulmu itu melawan bukan menutup mata ketakutan" ejek Jeno yang ternyata menakuti Jaemin, setelah itu  Jeno langsung pergi sembari tersenyum sinis. Jaemin mendecak tidak percaya akan apa yang terjadi, sebelum pergi untuk kembali kekelasnya.

후 회 (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang