Part 24

6.9K 720 46
                                    

Renjun tersenyum lirih saat melihat Haechan telah pergi bersama dengan teman-temannya. Tidak apa selama ini adiknya telah berkorban begitu banyak untuknya, dan mungkin setelah kepergian dirinya nanti Haechan bersedia untuk pulang dan menemani mommy dan daddynya. Renjun menutup matanya, setidaknya semua tidak seburuk itu begitu pikirnya, namun...

Brak

Renjun membuka matanya lagi dan menatap bingung pada Haechan yang kembali dengan sebuah tas hitam yang cukup besar. "Haechan kenapa kau kembali, ayo pergi" pinta Renjun dengan nada panik, namun Haechan nampak tidak peduli dan terus mengeluarkan barang-barang dalam tas itu yang ternyata adalah alat-alat kedokteran.

Saat Haechan akan menyuntikkan sesuatu di tangannya, Renjun langsung menghentikan tangan Haechan. "Waktunya tidak akan sempat, pergilah sekarang hyung mohon" pinta Renjun lagi dengan lirih.

Namun Haechan kini juga memandangnya lurus, "Seo Renjun sejak kecil aku selalu melindungimu dengan berbagai cara, aku bahkan menerima perlakuan tidak adil selama bertahun-tahun hanya untuk memastikan kau bisa hidup dengan baik, aku selalu melindungi mu dengan apapun yang ku miliki dan sekarang sekali lagi
, tidak! seumur hidupku apapun akan kulakukan untuk menjamin kau baik-baik saja hyung, karena aku sayang padamu" ujar Haechan dengan nada tegas.

Renjun seakan ingin menangis histeris saat ini juga, namun Haechan langsung menangkup kedua pipi Renjun "percaya pada ku hyung, kau akan baik-baik saja" bisik Haechan yang membuat Renjun mengangguk pelan.

Sanha, Sungchan, Felix dan juga Lucas memandang interaksi Renjun dan Haechan dengan senyum kecil di wajah mereka. "Kapten ruang sebelah telah kami sterilkan" ujar Lucas.

Haechan mengangguk setelah menyuntikkan anestesi pada Renjun, ia hampir membantu Renjun sebelum dengan cepat Lucas telah menggendong Renjun ala bridal style. "Kalian tunggu disini dan amankan keadaan, jika dalam 20 menit aku tidak kunjung keluar kalian bisa meninggalkan kami" perintah Haechan dengan nada yang tidak mau dibantah.

Sungchan hampir berkata tidak, namun melihat teman-temannya memberi hormat pada Haechan ia pun hanya dapat menurut pada perintah Haechan. "Siap kapten" jawab mereka serempak.

Di dalam ruang operasi, "In Joon-ah anestesi yang kuberikan padamu hanya akan bertahan dalam satu jam, aku tidak berani memberikan obat anestesi yang ada dalam gedung ini karena kau tahu orang yang menculik mu juga bandar narkoba, akan jadi masalah jika obat-obatan disini ia sediakan dengan niat yang tidak baik" jelas Haechan dan Renjun hanya mengangguk paham.

Renjun hanya menatap langit-langit ruangan saat Haechan mulai bekerja, segala jenis gunting bedah, satu set pisau bedah dari yang bentuknya tajam hingga runcing, lalu pinset, untungnya di ruangan ini juga masih ada alat elektrosurgical yang masih bisa dipakai, untuk mikroskop bedah Haechan sudah punya kacamata canggih yang fungsinya lebih baik sari mikroskop bedah. Tangan Haechan sudah bersiap dengan gunting di tangan kanan dan pisau kecil di tangan kirinya.

Namun tidak lama HT milik Felix berbunyi, dengan cepat ia ambil dan mulai menerima sambungan. "Ada apa?" Tanya Felix.

"Lapor Letnan terjadi sesuatu di barak utama, komandan meminta semuanya berkumpul. anda dimana kami akan menjemput anda" lapor salah seorang prajurit". "Posisi kami sepertinya tidak jauh Letnan, kami sudah berkeliling mencari anda dan kapten sejak tadi" lanjut prajurit itu .

Felix menatap teman-temannya dengan pandangan bingung, "Kau dan Sungchan pergilah biarkan kami yang menjaga Haechan" ujar Sanha memutuskan, membuat Felix berpikir sejenak, "kami akan kembali secepatnya" ujar Felix yang mendapat anggukan oleh Lucas dan dan Sanha. Selepas kepergian Sungchan dan Felix, Lucas dan Sanha hanya memandang lurus ke depan, "jika kita mati disini bagaiman?" Tanya Sanha pelan.

후 회 (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang