!VOTE SEBELUM MEMBACA!
Selamat membaca
Waktu istirahat sudah berakhir, kini mereka sedang dalam perjalanan menuju kembali ke kelas.
Sepertinya hari ini Trisya dan Mona berhasil merebut hampir seluruh perhatian satu sekolah. Tampang mereka yang tidak bisa dibilang rata-rata itu tentu lah menjadi penyebabnya.
Sementara dua orang itu tampak santai dan seperti sudah terbiasa dengan atensi sebanyak itu. Mereka berdua malah sibuk berbincang entah apa yang diperbincangkan sambil mengekori Yuna sejak tadi.
Sedangkan Yuna sendiri berjalan mendahului didepan, sama sekali tidak mau menganggap keberadaan dua makhluk berisik dibelakangnya itu.
"Eh, Yuna!" Seru Trisya sambil mempercepat langkahnya menyusul perempuan itu. "Lo kenal Liam ngga? Dia sekolah disini juga. Kira-kira kelasnya dimana ya?"
Yuna mendadak berhenti melangkah, menghadap Trisya dengan raut terkejut yang tipis, lalu dia menggeleng. Perempuan itu melanjutkan langkahnya namun pikirannya agak kacau.
Trisya berpandangan dengan Mona, mengendikkan bahu singkat sebelum melanjutkan perjalanan.
Brukk.
Yuna memandang ponselnya yang terjatuh keras lalu melotot kearah laki-laki yang menyenggolnya, sebelum memungut ponsel miliknya yang layarnya remuk.
"Lah, sumpah ngga sengaja, Na, maaf banget. Hape lo ngga papa, kan?" Panik Arion langsung mendekat.
Yuna mendengkus keras. Siapapun bisa tahu ponselnya dalam keadaan darurat apabila dapat melihat, tetapi sepertinya laki-laki yang menjadi pelaku itu memang tidak punya mata.
"Gak papa." Sahut Yuna jutek. Dia langsung melengos pergi dikarenakan situasi tersebut agak tidak nyaman dengan adanya laki-laki lain yang merupakan teman dari Arion si pelaku.
Arion gesit menahan tangannya. "Eh, nggak papa darimana hape lo. Siniin nomor rekening lo, gue transfer."
Sementara disisi lain, Trisya dan Mona malah asik berbincang dengan teman Arion yang kebetulan juga sangat mereka kenali. Sebetulnya mereka tidak akan menduga akan bertemu laki-laki itu secepat ini.
"Oh, ini nih yang bikin gempar satu sekolahan. Mana katanya cakep, ekspetasi gue ketinggian nih" Laki-laki itu, Kalendra Liam Madeva, merupakan teman masa kecil Trisya dan Mona sekaligus mantan tetangga Trisya sebelum mereka pindah rumah baru-baru ini.
"Lo udah lama ngga nggak dapet ciuman maut telapak tangan gue. Mau ngerasain lagi sekarang?" Trisya menaikkan dagunya tinggi sambil mempelototi laki-laki yang berbicara barusan.
"Kasih paham, Cel!!" Kompor Mona berkacak pinggang.
Liam langsung menciut menatap horor kearah dua perempuan didepannya. "Apa? Gue belum selesai ngomong. Maksudnya tuh cakep banget melebihi ekspetasi gue."
Seketika duo maut itu kompak mengibaskan rambutnya membuat Liam sedikit meringis.
"Yaiyalah. Mona dilawan! Ngga bakal bisa orang nyaingin kecakepan gue. "
"Ada tuh, " semprot Trisya memilin rambutnya menggunakan telunjuk dengan gaya centil, " gue orangnya."
Liam geleng-geleng kepala. "Kata gue stop narsis deh lo berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Abyss of Love [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ⚠️ : 🔞 ( harap bijak memilih bacaan) Jatuh cinta itu, seperti jatuh kedalam jurang yang dalam. Terjebak didalam lembah gelap tanpa penerangan. Kelam dan dingin. Sunyi dan sepi. Tersesat dijalan yang akan membawa perjalan...