thirty one

78 8 0
                                    

Selamat membaca

"Salah ini. Ulang!"

Trisya menatap Lionel tak percaya. "Lagi?"

"Iya lah. Kerjain sampe bener."

Trisya mendengus pelan, mengerjakan kembali soal yang dibuat oleh Lionel sambil menggerutu dalam hati. Ia tak tahu lagi ini sudah pengulangan yang ke berapa kali, dia harap Lionel tidak sedang membodohinya.

Ini hari pertama Lionel mengajari Trisya sebagai guru privatnya. Ia tak menduga kapasitas otak Trisya sekecil ini sampai mengerjakan soal tingkat medium ini perlu pengulangan yang delapan kalinya.

Melihat gadis itu seperti kelihatan benar-benar sudah stres dengan soalnya, apalagi sampai mengacak rambut frustasi, Lionel sampai menghembuskan nafas kasar.

"Gue jelasin sekali lagi. Ini kesempatan terakhir. Kalo sampe lo salah lagi, fix gue mundur. Cari aja orang lain, gue juga ngga sanggup kalo kek gini."

Trisya langsung meraih tangan Lionel, menggenggamnya dengan erat sempat membuat laki-laki itu beku sesaat.

"Ngga. Lo ngga boleh nyerah! Waktu kita cuma sampe akhir bulan, ngga lama kok. Sebelum itu, lo harus ajarin gue sampe gue bisa. Kalo gue tetep ga bisa tetep ajarin sampe bisa pokoknya."

Lionel menarik paksa kedua tangannya dari genggaman Trisya, lalu menarik alisnya sebelah. "Makanya lo pasang telinga bener-bener setelah penjelasan gue yang kelima kali ini. Gue mohon maap bakal tetep mengundurkan diri kalo sampe lo gagal lagi. Gue hari-hari biasa aja udah stress, gue ngga tertarik nambahin hal yang bisa bikin gue makin stress."

Trisya cemberut. "Iya!"

"Dengerin," Peringat Lionel sebelum menjelaskan yang ke sekian.

Trisya pun langsung siap-siap membuka telinga lebar-lebar. Ia harap apa yang ia dengar tidak hanya numpang lewat diingatannya.

Selesai dijelaskan, Trisya langsung mencoba menyelesaikan jawaban kembali. Tak lama dia mengangkat kertasnya, menyodorkannya pada Lionel sembari tersenyum lebar.

"Bener itu yakin gue." Seru Trisya percaya diri.

Lionel mengamati kertas jawaban itu, memijit keningnya sambil menghela nafas hingga senyum dibibir gadis itu perlahan memudar.

Gadis itu medesah kecewa. "Salah ya?"

"Pfft—"

Trisya langsung menoleh dengan kedua alis terangkat saat mendengar semburan tawa tertahan itu.

Lionel akhirnya mencetak senyum yang ia tahan sejak tadi. Seru sekali menjahili gadis itu.

"Kenapa? Bener atau salah jadinya? Yang bener ih." Gadis itu menuntut yang sebenarnya.

Laki-laki yang menampilkan sederet gigi rapinya itu kemudian mengangguk. "Bener kok."

"Hah?" Trisya ngelag, tak lama setelahnya langsung teriak bahagia. "Yey! Lo gajadi berenti. Terimakasih Tuhan."

Trisya bahkan sampai memeluk Lionel sambil berteriak kesenangan. Memeluknya dengan erat, entah dalam sadar atau tidak.

"Gue seneng. Makasih banyak ya!"

"Next, kita belajar di caffe ya. Gue mau traktir lo. Gue happy banget sekarang." Trisya begitu kelihatan excited dengan senyum yang tidak luntur dari bibirnya.

Lionel juga sampai tidak sadar telah menarik kedua sudut bibirnya keatas memandangi gadis itu.

Keceriaannya itu membuat Trisya kelihatan positif. Membuat siapapun ikut merasa damai melihatnya sekarang.

Abyss of Love [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang