nine

235 13 0
                                    

Kalo suka jangan lupa bintang vote komen yh😉

Selamat membaca

TRISYA dan Mona berjalan dikoridor, tepatnya dibelakang Yuna karena dua gadis itu memang selalu mengekori Yuna kemana pun.

"Mon, lo akhir-akhir ini telat mulu kenapa?" Gadis itu bertanya karena menyadari Mona sering datang bersamaan dengannya yang merupakan langganan telat bahkan hari ini gadis itu lebih telat darinya.

Mendengar itu, Mona langsung mengayunkan badannya, tersenyum malu-malu dengan wajah memerah.

"Lagi cosplay orang gila lo?" Decih Yuna ketika menoleh ke belakang melihat Mona seperti itu.

Trisya terkekeh. "Kayanya lo salah paham deh, Na. Mona tuh bukan lagi cosplay kok. Gila itu memang udah aslinya dia."

Mona yang baru saja ingin terharu karena dia pikir Trisya akan membela dirinya itu langsung merubah ekspresi semasam mungkin.

"Lo sekalinya ngomong malah ledekin gue mulu, Na. Mending lu diem aja kalo kek gitu." Decak Mona kepada perempuan didepan.

"Gue tuh lagi jatuh cinta tau." Kesalnya sambil menjelaskan. "Gue ketemu pujaan hati gue disini. Gue perhatiin dia kalo dateng telat mulu, makanya mau barengan biar bisa caper hehe. "

"Nggak ada yang nanya juga." Imbuh Yuna membuat Mona mendelik punggungnya dengan tajam.

Sementara Trisya langsung kepikiran oleh nasib Stefan. "Eh kayanya tuh cowo ngga baik deh. Gue ada rekomendasi orang nih kalo lo mau deket."

Mona meliriknya sinis. "Orangnya aja lo enggak tau gimana mau bilang dia nggak baik."

Trisya mengalihkan pandangan kearah lain, lalu mengendik pelan. "Ya, firasat aja sih. "

Gadis berkulit paling putih itu mendesah pelan. Membayangkan betapa patah hatinya Stefan ketika tahu Mona malah menyukai laki-laki lain.

"Eh," Gadis itu terperanjat ketika seseorang meraih pergelangan tangannya dari belakang. Mendengar jeritan kagetnya itu spontan membuat Mona dan Yuna langsung menoleh.

Alsen, sang pelaku, tersenyum memandangi merasa dengan wajah tanpa bersalah. "Pinjem temennya sebentar ya."

Belum mendapat persetujuan, laki-laki itu menarik Trisya untuk segera pergi bersamanya. Membawa perempuan entah kemana.

Trisya memasrahkan dirinya dibawa Alsen, tapi meski begitu dia tetap penasaran. "Kita mau kemana."

"Ikut aja." Lirih lembut laki-laki itu membuat Trisya tidak banyak bicara lagi.

Ternyata Alsen membawanya ke ruang musik. Ia dipersilahkan untuk duduk disofa yang tersedia disana sementara Alsen langsung menyambar gitar.

"Lo suka cowo main musik nggak?" Sepertinya laki-laki itu serius ingin mencoba menggaet hatinya.

"Suka." Trisya memperhatikan gitar ditangan laki-laki itu. "Apalagi gitar sama drum. Gatau tapi kaya berdamage aja."

Alsen memasang wajah pahit. "Berarti pianist ngga ya."

"Suka juga kok. Kenapa emang? Lo mahir main piano?"

Abyss of Love [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang