twenty five

165 11 2
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA
Selamat membaca

MALAM harinya Trisya dijemput Alsen untuk keluar. Tadinya Trisya tidak percaya diri dengan wajah sembabnya, tetapi Alsen meyakininya bahwa dia tetap terlihat cantik bagaimana pun bentuknya.

Papi pun menyuruh mereka pergi main keluar, siapa tahu bisa memperbaiki suasana hati Trisya yang sempat buruk. Kemudian Timothy juga sedang diluar bersama Angel sehingga tidak ada yang akan melarangnya pergi.

Saat ini ia sedang berada ditaman, duduk menunggu Alsen bersama bocah enam tahun yang kehilangan saudaranya sedang membeli ice cream dikedai seberang jalan.

Dia memandang lalu lalang pasangan yang melintas dihadapannya, memperhatikan taman yang tidak sepi namun juga tidak ramai.

"Trisya...?"

Gadis itu menoleh, mendongakkan kepala memandang darimana asal suara. Trisya langsung berdiri ketika bertemu seseorang yang tidak ia sangka-sangka.

"Gama?"

Gama Albarefky, seorang laki-laki baik yang pernah mendekatinya. Hanya saja Trisya merasa kurang cocok. Gama ini benar-benar orang yang jarang berbicara sedangkan orang dingin dan pendiam bukan lah gayanya.

"Sendiri?" Tanya laki-laki itu saat tidak melihat seseorang lain disebelah gadis itu.

Trisya menggeleng. "Sama temen. Tapi lagi beli es krim. Lo apa kabar, Gam?"

"Fine." Gama berdeham. "Lo?"

"Gue fine juga. Sini duduk.." Trisya lekas duduk, menepuk sisi sebelahnya yang kosong.

Gama mengerjab pelan, sebenarnya mencoba menahan gejolak hatinya yang tidak karuan setelah melihat cinta pertamanya yang sudah tidak pernah ia lihat selama hampir dua bulan ini.

"Gue—" Belum sempat Gama melanjutkan bicara, suara dering ponselnya memotong ucapannya.

Trisya hanya memperhatikan laki-laki yang baru saja mengangkat telepon. Berbicara dengan seseorang diseberang sana. Lalu laki-laki itu menutup teleponnya.

"Duluan ya, ada hal penting. Sori."

"Oh iya, nggak papa." Perempuan itu mempersilahkan Gama untuk pergi lebih dulu.

Sepeninggalan Gama, bertepatan dengan kedatangan Alsen bersama bocah perempuan yang tampak kesenangan dengan ice cream dalam genggamannya.

Trisya bersedekap dada, cemberut. "Lama banget. "

"Maaf, sayangku." Lagi-lagi Alsen mengusap kepalanya seraya bertutur lembut.

Trisya melting kan jadinya.

Namun ketika tidak sengaja bertatap dengan bocah disebelah Alsen yang tengah mempelototinya, Trisya langsung merubah rautnya heran sekaligus kesal.

"Ngapain lo pelototin gue kaya gitu! Gue cabutin juga bola mata lo, gak bisa liat lagi tau rasa." Desisnya. Dia memang tidak pernah menyukai bocah. Bocah pendiam saja dia tidak suka, apalagi bocah banyak tingkah seperti yang sedang bersama mereka ini.

"Jangan begitu sama Ishy." Alsen menoleh padanya, menasehatinya dengan suara lembut. Sementara Trisya langsung bete, memandang perempuan kecil yang tengah memeluk Alsen dengan wajah yang memelas.

Trisya mendengus saat bocah itu sempat menjulur lidah dan ekspresi kemenangan.

Tak lama bocah itu mendekatinya, menyodorkan ice cream cone kepada Trisya. "Kakak mau?"

Trisya menarik alisnya, merasa heran. "Ogah."

"Bagus deh. Aku memang lagi basa-basi soalnya." Ujar bocah kecil itu sambil menjilati eskrimnya.

Abyss of Love [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang