twenty

279 13 4
                                    

Vote sebelum membaca
Selamat membaca

KATAKANLAH Trisya sudah gila, tapi dia sungguh menjadi emosional mendengar permasalahan yang dialami laki-laki itu. Sebagai seorang anak yang orang tuanya bercerai, tentu saja dia dapat memahami perasaan Lionel.

Trisya ke trigger dengan masa lalunya, apalagi masalah Lionel lebih rumit dibanding dirinya. Itu membuatnya iba dan melihat Lionel sebagai seseorang rapuh yang butuh pelukan.

Butuh waktu bagi Lionel untuk sadar dengan apa yang dilakukan perempuan itu. Lionel hanya termangu sebentar saking kagetnya. Meski sudah sadar, laki-laki itu tetap tidak mampu meminta Trisya menjauh darinya. Untuk sekedar meminta gadis itu melepas pelukan saja, dia tak bisa saking sudah lamanya dia tidak merasa dipeluk oleh seseorang.

Trisya melontarkan pelukannya, mendongak keatas menatap wajah Lionel yang terlihat kacau. Dia iba tetapi tidak ingin menunjukan raut ibanya, takut bahwa Lionel merasa tersinggung.

Trisya menangkup wajah Lionel yang penuh lebam kebiruan, memandang itu meringis ngilu seperti membayangkan rasanya.

"Pasti sakit ya..." Gumamnya pelan sambil mengelus pipi itu tanpa sadar. Ia semakin berhasil membuat Lionel diam seribu bahasa sambil memandangnya lekat.

Gadis itu menarik tangan Lionel pelan, dengan niat ingin mengobati laki-laki itu di UKS.

"Jangan banyak omong dulu, kita ke UKS bentar." Sergah Trisya seakan tahu Lionel ingin mengomel ketus padanya, padahal perempuan itu tidak menoleh belakang sedikit pun. Alhasil, laki-laki yang baru mau membuka mulut itu pun langsung mengatupnya kembali rapat-rapat dan memasrahkan dirinya kali ini.

Trisya langsung menyiapkan baskom berisi air dingin dan juga kotak P3K sementara Lionel duduk dahulu ditepi ranjang begitu mereka sampai di UKS.

Trisya kemudian duduk disebelah Lionel sambil merendam handuk kecil didalam baskom berisi air dingin lalu memerasnya, setelah itu mengompreskan ke lebam-lebam diwajah laki-laki itu.

"Ash, pelan-pelan." Tutur laki-laki mengaduh, merasa ngilu ketika Trisya menekan lebamnya.

Trisya melanjutkan perbuatan amal baiknya dengan mengompreskan handuk dingin itu berulang kali, memastikan bahwa perihnya mereda.

Saking fokusnya Trisya mengobati, Lionel sampai tidak sadar dirinya ikut terlarut memandang gadis itu seakan dia lupa dunia sesaat.

Laki-laki itu mengalihkan pandangannya begitu saja ketika Trisya semakin memperkikis jarak mereka akibat terlalu fokus dengan lukanya. Lionel susah payah meneguk saliva, mengontrol pikirannya yang berpikir aneh-aneh.

Namun sialnya, ia kesulitan untuk tidak mencuri-curi pandang pada bibir merah muda  yang kelihatan segar itu. Belahan bibir bawah itu membuatnya hampir gila.

Sadar Lionel, lo ngapain!

Setelah mengobati lebam-lebam, Trisya beralih ke bagian sudut bibir. Meraih rahang Lionel untuk memperbaiki posisi angle laki-laki agar ia bisa memperhatikan luka tersebut lebih jelas. Trisya mengusap luka sembari membayangkan betapa perihnya itu.

Shit. Gerakan Trisya yang mengusap sudut bibir yang terluka itu terkesan sensual seakan tengah menggodanya.

Lionel menepis tangan tersebut darinya. "A..are you kidding me? Don't do it." 

Abyss of Love [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang