Vote sebelum membaca
Selamat membaca
BERMAIN-MAIN dengan kucing persianya adalah salah satu cara Trisya untuk mengatasi rasa bosan yang melanda.
Perempuan itu membiarkan kucingnya, Millie, tidur diatas perutnya. Mengelus pelan bulu-bulu halus itu sampai akhirnya suara bel rumah membangunkan majikannya yang tengah nyenyak tertidur. Ia pun memindahkan Millie disofa membuat hewan lucu itu menggeliatkan badannya.
"Celine, buka pintu dulu nak. Mami lagi makan nih." Teriak mami dari dapur. Maminya itu baru pulang setelah kemarin malam mendadak berangkat keluar kota. Itu juga alasannya bisa pulang larut malam kemarin.
"Iya, mam!!" Balasnya berteriak.
Perempuan dengan kaki panjang itu baru saja melangkah beberapa meter, langsung membalikkan badan begitu merasa ada yang mengikutinya.
"Millie kenapa ngikutin aku. Yaudah sini, Celine gendongin." Ujarnya penuh rasa gemas terhadap kucing kelabunya tersebut. Dia mengambil Millie dan membawa kucing ke dalam gendongannya.
Melanjutkan langkah buru-buru ke pintu depan, membukakan pintu itu sebentar lalu berencana ingin langsung menutupnya ketika melihat siapa yang datang.
Sayang sekali tenaganya kalah dengan pria dewasa bersetelan kemeja yang tengah menahan daun pintu agar tidak tertutup sempurna.
Trisya menghela nafas lelahnya. "Maaf lagi ngga terima tamu."
"Celine tunggu!" Pria tinggi itu menahannya ketika ia hendak menutup pintu kembali.
Trisya menatap pria dihadapannya itu dengan wajah datar. "Ada kepentingan apa kemari?"
Pria itu dengan air wajah teduh itu tersenyum pahit mendengar perkataannya. "Papi cuma mau ketemu kamu."
Trisya mengulum bibir, lalu menghardiknya dengan kasar. "Saya nggak punya papi deh perasaan."
"Celine jangan begitu, nak." Sorot mata papi kelihatan terluka, tapi kebencian Trisya lebih besar untuk sekedar merasa kasihan.
"Siapa yang dateng, Trisya? Kenapa nggak disuruh masuk?" Mami baru menyusulnya, kemudian ikut terdiam setelah melihat mantan suaminya berdiri didepan sana.
"Aku cuma mau liat anak ku." Jelas Papi Rean begitu melihat Mami Tessa.
"Oh, tentu silahkan." Sahut mami Tessa mencoba ramah meski wajahnya berkata sebaliknya.
Papi Rean beralih menatap putrinya. "Kalau kamu nggak keberatan, papi mau ajak kamu keluar. Sekalian sudah lama juga kan kita nggak habisin waktu sama-sama. Terakhir tahun lalu. Mau ya, nak?"
"... atau sekali-sekali nginep dirumah papi." Sambung pria itu berharap.
Trisya sebenarnya tidak mau dan sudah ingin menolak mentah-mentah, tapi akhirnya pasrah juga tatkala melihat pelototan mata isyarat perintah mami untuk menyuruhnya ikut.
"Tck, yaudah deh iya. Aku ikut, tapi nggak mau nginep." Serunya dengan terpaksa.
Meski tahu anaknya terpaksa, papi Rean tetap tersenyum lega. Akhir-akhir ini dia sangat merindukan putrinya. "Nggak papa, kamu mau keluar bareng papi malem ini pun sudah cukup buat papi."
Trisya pergi masuk ke dalam untuk berganti pakaian, begitupula papi Rean masuk untuk menunggu di ruang tamu.
"Makasih ya udah mau bantu bujuk Celine." Papi Rean menatap Mami Tessa dengan senyum tulusnya.
"Tidak perlu berterimakasih. Sudah kewajiban saya membuat anak untuk dekat dengan ayahnya." Sahut mami sebelum masuk ke dalam, meninggalkan papi di ruang tamu tanpa basa-basi lagi. Tapi sepertinya mami pun hendak menyiapkan suguhan minuman, bagaimana pun papi Trisya datang sebagai tamu ke rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abyss of Love [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ⚠️ : 🔞 ( harap bijak memilih bacaan) Jatuh cinta itu, seperti jatuh kedalam jurang yang dalam. Terjebak didalam lembah gelap tanpa penerangan. Kelam dan dingin. Sunyi dan sepi. Tersesat dijalan yang akan membawa perjalan...