Selamat membaca
Bugh.
Benar dugaannya. Pria yang menghampirinya tadi langsung tersungkur dilantai akibat bogeman mentah dari Timothy.
Laki-laki itu membuka jaketnya dan melempar kepada Trisya begitu saja. Sementara Trisya menangkapnya sembari merengus kesal. Tidak bisa kah Timothy memberi jaket itu dengan cara baik-baik?
"Lo bawa mobil?" Tanya Timothy pada Mona lalu diangguki cepat.
"Gue nggak minum juga kok jadi masih aman bawa mobil. Kalo gitu gue pulang duluan ya." Perempuan itu ngacir lebih dulu dengan wajah tegang melewati Trisya yang tercengang memandangnya.
Trisya menoleh kearah Timothy yang memandangnya tajam, lalu menyeru Mona. "Mon, t-tungguin! Kok lo ninggalin gue sih."
Gadis itu buru-buru ingin menyusul Mona namun terkesiap tatkala Timothy menarik tangannya dengan kasar, keluar dari kelab dan menyeretnya sampai parkiran.
"Masuk!" Titahnya membuat Trisya menunduk ngeri, mau tak mau pun menurut.
Perempuan itu sempat kaget saat Timothy menutup pintu mobil dengan kencang. Tidak lama kemudian laki-laki itu menyusul masuk, duduk disebelahnya diposisi kemudi. Tidak sampai disana, Trisya dibuat mengelus dada karena laki-laki itu mengendarai mobil gila-gilaan.
Sepanjang jalan, Trisya terus merapalkan doa sesekali mulutnya komat-kamit menyumpahi Timothy yang membawa mobil ugal-ugalan seperti sedang menantang maut.
Sekitar dua puluh menitan, mereka berhasil memasuki pekarangan rumah besar nan megah.
Timothy masih tidak peduli dan terus mengemudikan mobilnya sampai ke garasi. Lain dengan Trisya yang memandangnya tidak suka secara terang-terangan.
Mereka keluar dari mobil. Trisya tidak mau melangkah dari tempatnya, namun Timothy dengan tenaga besarnya malah menyeret perempuan itu untuk masuk.
Trisya menghempaskan tangannya sehingga cekalan Timothy terlepas. Dengan suara dingin dia melontar rendah, "Ngapain lo bawa gue kesini?"
"Kenapa lagi?" Sahut laki-laki itu tidak kalah dingin. "Ini rumah lo."
"Ini nggak pernah jadi rumah gue. Gue mau pulang ke rumah gue." Trisya dengan kekeraskepalaaannya tetap menolak masuk kedalam rumah yang berdiri megah itu.
Timothy menggertakan giginya. "Masuk!"
Trisya tetap keras kepala meski dirinya sendiri sebenarnya gemetar.
"Jangan sampai gue yang seret lo masuk." Ketusnya terdengar mengerikan. Tetapi padahal laki-laki itu sudah menyeretnya semenjak dari kelab maupun saat turun dari mobil.
"Gue mau pulang, nggak mau kesini." Lirihnya mulai gemetar.
"Lo mau tinggal sendirian dirumah itu?" Timothy mendengus kasar.
"Gue nggak peduli asal gue nggak kesini!!" Sentak perempuan itu dengan suara meninggi.
Timothy menghela nafas kasar. Ia mencoba melunak. "Mami keluar kota, gue nggak mungkin biarin lo sendirian dirumah itu. Mami juga hubungin gue dan nyuruh lo tinggal disini sementara waktu."
Trisya dengan segala kekeraskepalaannya menggeleng kuat. Sebegitu tidak maunya dia masuk kerumah ini. Rumah yang penuh kenangan dan dia tidak mau dejavu dengan keadaan yang dulu.
Timothy memijit pangkal hidungnya, kesabarannya benar-benar diuji oleh Trisya. Jika bukan adiknya, lelaki bernama lengkap Timothy Calvin Smith ini tidak akan mau repot-repot mengantar Trisya pulang dengan selamat. Ia lebih baik menghabiskan waktu di kelab malam daripada direpotkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abyss of Love [REVISI]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ⚠️ : 🔞 ( harap bijak memilih bacaan) Jatuh cinta itu, seperti jatuh kedalam jurang yang dalam. Terjebak didalam lembah gelap tanpa penerangan. Kelam dan dingin. Sunyi dan sepi. Tersesat dijalan yang akan membawa perjalan...