Selamat membaca
SELAMA satu setengah jam Trisya bersenang-senang bersama Alsen. Mereka pergi ke pasar malam dan main beberapa stand permainan sambil kulineran di pedagang kaki lima.
Trisya dan Alsen juga sempat melukis disana, mengisi kertas bergambar itu dengan macam-macam warna. Mereka menjadikan kegiatan mewarnai itu sebagai persaingan sengit yang akhirnya dimenangkan oleh Trisya yang hasil gambarnya jauh lebih menarik.
Alsen tersenyum tenang mengawasi perempuan yang sedang kegirangan itu. Betapa cantiknya.
Trisya tertawa kearah Alsen sementara laki-laki itu merasa degup jantungnya semakin kencang.
"Apa nih hadiahnya? Katanya kalo gue yang menang lo yang kasih, kalo lo yang menang gue yang kasih. Sekarang yang menang gue, mana hadiahnya?" Perempuan itu menagih dihadapan Alsen dengan wajah tidak sabaran.
"Hadiahnya.... pacaran sama gue." Alsen malah menggoda perempuan itu.
Trisya langsung melunturkan raut bahagianya. "Tau begitu gue jelek-jelekin gambarnya tadi asli dah."
Alsen tidak tersinggung, dia malah tertawa kencang karena tahu Trisya hanya bercanda. "Bisa gitu ya... hahaha"
"Ayo kesana. Beliin gue cotton candy!" Trisya meraih tangan Alsen, menunjuk pedagang permen kapas dengan bermacam-macam bentuk lucu. "Hadiahnya... permen kapas aja. Beliin ya..."
Trisya mendongak menatap laki-laki itu dengan raut polos seperti anak kecil membuat Alsen benar-benar dibuat gemas, apalagi Alsen dibikin dagdigdug ketika merasakan tangan halus itu menggenggam tangannya.
Terpedaya dengan keimutan gadis itu yang natural tanpa dibuat-buat, Alsen hanya menggangguk pelan dengan mata yang fokus sekali memandang wajah cantik dihadapannya.
Trisya menampakkan deretan gigi putih yang membuatnya tampak lebih manis lagi, dia langsung menarik tangan Alsen menuju ke pedagang permen kapas itu.
Mereka lanjut jalan-jalan diarea pasar malam dengan permen kapas putih berbentuk kepala kelinci lucu yang belum berani Trisya makan. Dia sayang sekali dan merasa tidak tega apabila harus menghancurkan kepala kelinci lucu itu.
"Kenapa cuma diliatin... nggak dimakan?" Tanya Alsen ketika melihat Trisya yang kelihatan ingin sekali mencoba cotton candy ditangannya tapi ragu-ragu.
Trisya menoleh kearahnya dengan wajah memelas. "Siapa yang tega coba makan permen kapas kalau lucu kaya begini?"
".... kenapa sih pedagangnya harus dibikin selucu ini. Mau dimakan juga sayang rasanya." Lanjutnya dengan bibir yang melengkung kebawah.
Alsen terkekeh. Pandangannya kearah Trisya tanpa berkedip. "Iya, yah, siapa suruh bentukannya lucu begitu, kan jadi sayang."
"Iya kan?" Trisya melemaskan bahunya, setuju berat dengan Alsen, tidak tahu kalau penafsirannya berbeda dengan Alsen.
Alsen menunduk, mengulum senyum menahan gemas sekali lagi. Perkataan Alsen sebelumnya memang bukan bicara soal permen kapas, melainkan tentang Trisya.
"Wah eskrim!" Matanya berbinar sembari menunjuk kedai ice cream tidak jauh dari mereka berdiri. Dia mendongak menatap Alsen lagi dengan senyum yang menyiratkan sebuah kemauan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abyss of Love [REVISI]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ⚠️ : 🔞 ( harap bijak memilih bacaan) Jatuh cinta itu, seperti jatuh kedalam jurang yang dalam. Terjebak didalam lembah gelap tanpa penerangan. Kelam dan dingin. Sunyi dan sepi. Tersesat dijalan yang akan membawa perjalan...