thirty five

140 12 1
                                    

Selamat membaca

"GUYS, gue tuh deket sama dua cewe, adek kelas sekolah ini juga sih, satunya beda sekolah. Tapi gue mau balikan sama mantan terakhir gue. Gue sebenarnya masih gamon dikit sama dia. Tapi ternyata dia dah berpawang lagi, arkh. Pendapat kalian gimana nih, apa gue rebut aja ya? Lagian cowonya mon maap ya jelek banget asw! Udah pendek, kismin, redpleg, hadeh. Bagusan gue kemana-mana. Gue rebut aja kali ya, gue balikan tapi komunikasi sama cewe-cewe comelku itu tetep jalan, gimana?" Arion mengutarakan ide gilanya. Dia kelihatan stress akan itu.

"Boleh—"

"Sejahat-jahat makhluk didunia ya iblis, ini malah mau jadi saingannya." Trisya memandang mereka-mereka dengan miris.

Stefan langsung mengatup mulutnya ketika belum selesai bicara tetapi terpotong oleh Trisya. Laki-laki itu berdeham, mencoba memberi klarifikasi agar Trisya tidak salah paham. "Maksud gue, boleh kalo lo mau masuk neraka. Kalo ngga punya otak minimal punya hati lah."

Stefan melirik Trisya takut-takut. Jujur, Stefan agak ngeri salah bicara apalagi tentang hubungan antarkekasih didepan Trisya. Dia takut perempuan itu akan mencapnya laki-laki redflag yang berujung akan berimbas pada hubungannya dengan Mona.

Trisya ini cukup berpengaruh dihidup Mona. Wajar Stefan merasa perlu memenangkan hatinya dan membuat pandangan Trisya baik terhadapnya.

Arion menunduk lemas. "Engga ya berarti? Yah. Soalnya kemaren gue liat tutorial goreng ikan disosmed. Pertama-tama ikan dicelupin ke minyak panas, kalo sisi bawahnya itu udah kecoklatan gue disuruh balikan masa? Ngasal banget itu kang tutornya. Manusia ngga bener."

"Kesalahan dalam berpikir. Tck, tck." Trisya diam berkacak pinggang, matanya terpejam seraya memijit pelipisnya.

Sementara Stefan langsung nyambung meresponnya. "Lah iya ya? Jadi setiap goreng ikan itu harus balikan dulu ya? Berarti nyokap gue...."

Arion ikut menutup mulutnya, matanya membesar dengan wajah kelihatan serius sekali. "Berarti emak kita semua....."

Trisya menggeplak keras lengan dua orang itu membuat mereka meringis dan mengaduh kuat-kuat. Wajah gadis itu terlihat serius sekali, memandang dua orang didepannya dengan kesal.

"Gue tersanjung banget jujur, baru pertama gue liat orang sejenius ini, bahkan untuk memahami kalimat se-easy ini aja perlu dikasih pemahaman khusus dulu." Ironi Trisya penuh helaan. Wajahnya kelihatan sangat miris dengan generasi bangsa sekarang, kemudian dia melanjutkan. "Disuruh balikan, bukan lu nya yang balikan, to*lol. Heran gue sama SDM rendah begini. Balikan yang dimaksud itu disuruh balik pancinya padahal."

"Mukanya udah kek orang bener, tai. Mana gue tertipu pula sama mukanya, sialan." Dengus Arion.

"Lho, pancinya ya? Gue pikir kompornya." Stefan masih setia meladeni jokes ini.

"Iya, kalo ngga panci, gue sih biasanya dapurnya yang dibalik." Imbuh Trisya lagi.

"Loh dibalik dapurnya juga bisa ya? Sumpah, demi apa baru tau. Soalnya biasanya gue ngebalik bumi kalo lagi goreng ikan." Raut mereka yang terlihat serius itu membuat mereka terlihat seperti orang benar.

Kali ini Arion mendecak. Tidak ia sangka, dua orang ini jauh lebih gila darinya.

Arion menepuk kepala dua orang itu dengan penuh helaan. "Kalian diem disini ya, jangan kemana-mana dulu. Bentar lagi ambulannya jemput kok."

Trisya menoleh, dengan senyum kalem menghiasi bibirnya. "Iya, tenang aja. Selagi lu diem disini, bakal aman kok. Kalo lo kemana-mana, otomatis kita ngikut. Kita berdua kan tugasnya emang lagi jagain pasien utama, iya kan Step?"

Abyss of Love [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang