twenty four

121 14 1
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA
Selamat membaca

JAM sekolah berakhir, Trisya keluar dari sekolah untuk segera berjalan menuju mobil Timothy yang terparkir didepan gerbang. Memasuki mobil yang ia yakini milik kakaknya.

Memasang seatbelt tanpa menoleh pada lelaki yang ia kira Timothy sampai akhirnya suara dehaman dari seseorang disebelahnya mengambil sejenak perhatiannya.

Betapa terkejutnya dia melihat yang terdapat disana bukanlah Timothy, melainkan Lionel. Trisya membeku setelah berjengit kaget, memandang Lionel dengan horor.

Butuh waktu untuk menyadari bahwa dirinya salah kendaraan. Tadinya ia berpikir keras mengapa Lionel yang malah berada disana, bukan Timothy. Tetapi semua itu mulai sepaham ketika ia memikirkan satu alasan yang jelas, bahwa dirinya lah yang salah menaiki kendaraan.

"So.. sori." Ujarnya terpatah, langsung keluar dari dalam mobil tanpa mau lagi melirik Lionel yang memandangnya tajam sekaligus heran.

Trisya keluar dari mobil Lionel sambil menutup wajahnya yang memerah. "It's kinda embarrassing." 

Dia berlarian menuju mobil yang baru datang, kali ini ia yakini benar mobil Timothy.

Sementara dimobil Lionel, seorang laki-laki mengambil alih tempat Trisya disebelah kemudi setir.

"Tadi gue liat Trisya masuk terus keluar." Alsen kepo. "Abis ngapain dia?"

"Salah mobil." Matanya sibuk memandang gadis yang baru saja memasuki mobil yang sama dengan miliknya lewat pantulan spion.

Alsen terkekeh pelan mendengarnya. "Kok bisa sih? Lucu banget ya dia."

"Dia... punya pacar ya?" Lionel menunjuk mobil yang Trisya masuki baru saja melintas melewati kendaraan mereka.

Lionel menggaruk belakang telinganya. Mengapa pula dia penasaran?

Ah, tidak. Jangan salah, dia ingin meluruskan bahwa dirinya bertanya itu bukan karena ingin tahu melainkan hanya... basa basi saja.

"Bukan." Jawaban Alsen membuatnya lega. Tapi kemudian Lionel menggeleng pelan. Mengapa dia harus merasa lega? Tidak boleh.

"Lo tau Bang Calvin alumni kan?"

Lionel mengangguk, menatap Alsen dengan raut serius menunggu kelanjutan dari temannya.

"Itu abangnya Trisya."

Mata Lionel melebar. "Yang bener?"

"Iya. Masa boong sih!"

Lionel meluruskan pandangannya ke depan. Pandangannya kosong menunjukkan bahwa dia sedang banyak pikiran.

Trisya adiknya Calvin?

Ini agak menyeramkan mengingat betapa sangarnya penyandang tittle ketua geng itu dahulu.

Tinggu, untuk apa dia merasa khawatir? Ini tidak seperti dia akan mendekati Trisya.

Ah, yang benar saja.

***

Trisya benar-benar tidak suka berada dirumah ini. Lihat saja, dia malah disuruh seenaknya oleh Timothy untuk membuat segelas susu hangat dan dua gelas kopi.

Abyss of Love [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang