thirty two.

62 7 1
                                    

Selamat membaca

GADIS berambut panjang sepunggung itu memakan makannya sendiri dengan lesu. Yuna bersikeras tidak mau kekantin hari ini, sepertinya menghindari seseorang yang Trisya duga adalah Liam tentunya.

Kalau Mona malah pergi istirahat bersama Stefan entah kemana. Trisya terlalu malas mencarinya disekolah yang maha luas ini. Sepertinya hubungan mereka mengalami kemajuan, walaupun belum ditahap saling mengabari lewat chat, tetapi kedekatan mereka sudah bisa dibilang sebagai teman akrab.

Srek. 

Gadis berkulit seputih lampu bohlam itu mendongak tinggi, kunyahannya memelan seraya melihat siapa yang baru saja menarik kursi dan duduk disatu meja yang sama.

Ternyata si tutor belajarnya, Khenan Lionel Miller.

"Tumben lo mau deket-deket gue? Udah terpesona ya sama gue?" Trisya menyangga wajahnya dengan tangan, berkedip sok imut membuat sudut bibir atas Lionel tertarik sedikit, merasa geli.

"Kaya lo cakep aja bilang begitu."

"Ya iyalah. Emangnya lo?!"

"Gue kenapa?" Lionel menarik seringainya. "Lo liat sekeliling lo. Mereka pasti lagi lirik-lirik gue kan. Sebenarnya gue ngga butuh validasi sih, cuma kayanya lo ini memang harus tau. Dengan nama besar gue, punya penghasilan besar juga, apalagi gue ganteng, siapa sih yang ngga mau gue?"

Sombongnya kumat.

"Edan nih anak. Setan keluar dari surga karena kesombongannya, ini orang gila belom napak surga aja sombongnya selangit. Gue debut jadi member kelima blackpink kaget juga lo, auto kalah saing"

Lionel malah terkekeh penuh sarkasme mendengarnya. "Lo ini lucu juga ya."

"Iya, tau kok, banyak yang bilang."  Sahut Trisya dengan bergaya meskipun tahu Lionel tidak sedang memujinya.

Lionel mendengus. Memilih menyantap makanannya dibanding meladeni perempuan gila itu.

"Oh iya, Pak tutor, nanti malem ke D'Bels Cafe ya. Jam tujuh pokoknya, jangan telat."

"Bareng aja perginya." Imbuh Lionel hingga Trisya menoleh dengan kedua alis terangkat.

"Oh, lo mau jemput gue? Yaudah oke." Trisya lanjut menyesap jus buahnya lewat sedotan. "Anyway, Alsen ngga masuk ya? Gue ngga liat seharian."

"Sakit."

"Halah, paling bolos kan?"

"Ga percaya terserah."

"Lo ngga ikut Alsen bolos kenapa?"

Lionel berdecak. "Dibilangin Alsen lagi sakit juga. Lagian gue mana hobi bolos."

Trisya merotasikan bolamatanya. "Terus yang gue liat manjat ditembok belakang itu apa? Kodam lo?"

Lionel hanya tertawa pelan. Ugh, tampannya.

Maaf apabila Trisya terlalu sering memuji Lionel. Tapi Trisya memang jarang sekali melihat laki-laki itu tertawa seperti ini.

Trisya sampai menyangga tangannya menonton ketampanan itu. Dia menegakkan punggungnya dengan semangat ketika teringat sesuatu.

Abyss of Love [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang