Jangan lupa vote yh
Selamat membaca
SESUAI janji, Trisya akhirnya keluar dengan Alsen malam ini. Meski entah Arion mengembalikan gelang itu hanya karena harganya atau karena Alsen salah satunya, yang pasti gelang itu sudah kembali ke tangannya. Dia hanya ingin menepati janjinya.
Mereka menonton bioskop selama dua jam lebih, setelah itu pergi sebuah restaurant bintang lima yang biasanya sering keluarga mereka kunjungi dulu. Dulu.
Mereka memilih meja outdoor dimana agar dapat berkontak langsung dengan sinar hangat rembulan malam.
Sembari menunggu makanan mereka datang, Trisya mendongakkan kepalanya keatas menatap hamparan bintang-bintang berkilau diatas sana. Dia sangat menyukai langit malam dan seisinya.
Terkadang apabila sedang banyak pikiran, dia akan pergi ke balkon hanya untuk menatap miliaran bintang dilangit sana. Mengagumi segala keindahan yang bersinar terang digelapnya malam, jujur itu bagaikan terapi untuknya.
Tidak sampai setengah jam pesanan mereka sudah dihidangkan diatas meja. Beberapa saat Trisya menyadari sekeliling mereka dipenuhi pasangan yang sedang berkencan membuat suasana pada malam itu terasa ada yang aneh.
"Kita kaya lagi kencan aja ya." Gumamnya melihat sekitar yang romantis.
"Kita kencan beneran aja gimana? Biar nggak kelihatan 'kaya' lagi." Alsen memberi ide cemerlang dengan senyuman cerahnya.
"Lo kalo enteng bener ngomong ya."
Alsen menekan bibirnya, menahan tawa agar tidak menyembur keluar. "Kebalik, cantik."
"Ya intinya begitu."
"Kenapa lo nggak mau pacaran sama gue? Gue minusnya dimana? Maksudnya, gue mau tau supaya bisa perbaiki pelan-pelan buat lo. " Bukan bermaksud sombong, tetapi banyak sekali orang yang mengantri ingin menjadikannya pacar. Tapi Trisya tidak, membuatnya bingung sendiri.
Tidak hanya cantik, perempuan itu juga ternyata selektif memilih pasangan. Hal itu semakin menambah kekaguman Alsen terhadapnya.
Gadis itu mengendik bahu singkat, dia pun tidak tahu. "Gue ngga tau minus lo apa, gue belum bisa nemu. Cuma gue nggak punya perasaan apa-apa ke lo, makanya belum berani buat respon lebih."
Trisya memilih menyuarakan isi hatinya tanpa berbohong. Dia memang tipe yang suka ceplas-ceplos soal isi hati atau yang mengganggu pikirannya.
Alsen mengangguk, memahami maksud perempuan itu. " Tapi kalau seandai gue buat lo suka sama gue. Lo mau kan jadi cewe gue?"
"Why not?"
Alsen mengulas senyum senangnya. Berarti dia punya kesempatan. "Baiklah, kira-kira tipe lo gimana dulu nih?"
"Gue nggak punya tipe pasti sih. Actually gue belum pernah falling in love with someone. Tapi kayanya gue bakal suka orang yang bisa bikin gue nyaman, jagain gue, dan nunjukin kasih sayangnya secara terbuka. I hate when i see boys who is arrogant and rude. " Trisya menyipitkan mata memandang langit sambil membayangkan kriteria idamannya.
Alsen menyimak dengan sangat baik seakan laki-laki itu benar-benar serius dengan niatnya. "Okay, i got it. Thanks bocorannya."
Trisya mengangguk santai, lanjut memperhatikan Alsen yang memakan makanannya dengan lamat.
"Lo ini vegan ya?" Tanyanya setelah memperhatikan makanan yang laki-laki itu pesan mayoritas sayur.
Alsen mengangkat alisnya sambil mengunyah makanan dalam mulutnya, lalu mengangguk singkat. "Not vegetarian, vegan apalagi. 'Cause sometimes gue juga makan ikan dan ayam. "

KAMU SEDANG MEMBACA
Abyss of Love [REVISI]
Teenfikce[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ⚠️ : 🔞 ( harap bijak memilih bacaan) Jatuh cinta itu, seperti jatuh kedalam jurang yang dalam. Terjebak didalam lembah gelap tanpa penerangan. Kelam dan dingin. Sunyi dan sepi. Tersesat dijalan yang akan membawa perjalan...