Waktu masih menunjukkan pukul 03:00 dini hari, matahari masih enggan muncul dan membiarkan bulan bersinar lebih lama. Kabut tebal dan hawa dingin membuat siapa saja enggan turun dari tempat tidurnya bahkan semakin membenamkan diri dalam balutan selimut tebal.
Semua orang masih terlelap mengarungi mimpi mereka masing-masing.
"Sshhh..."
Rintihan lirih dari bibir kering seorang pemuda 19 tahun terdengar menyesakkan. Padahal masker oksigen sudah ia gunakan, menutupi sebagian paras tampannya pun terlihat tidak berguna seiring rintihan kecil beberapa kalo terdengar.
"Kak Asa, buka mata kakak sebentar saja, jangan seperti ini Kak, Rajaa takut" bisik seorang remaja yang sebentar lagi berumur 17 tahun itu disamping pemuda yang ia panggil Kakak.
"Ssshhh.." Bukannya membuka mata seperti yang diminta adiknya, Arsha semakin erat mencengkeram selimutnya dan melirih kesakitan
"Kak Asaaa..bangun kak.. Jangan membuatku takut, aku bingung harus melakukan apa" tangan kekar berjemari panjang itu mencoba melepaskan cengkraman tangan Sang kakak pada selimut tebal itu.
CKLEEK
Remaja bertubuh bongsor itu menoleh ketika mendengar pintu kamar Sang kakak terbuka
"Kenapa tidak menelpon mommy, Rajaa?" Seorang wanita cantik berseru pelan memasuki kamar luas tersebut. Dengan setelan piyama warna maroon, rambut yang diikat asal-asalan dan jangan lupakan sandal rumah bulu dengan warna senada bajunya, wanita itu sedikit berlari menghampiri remaja yang kini sudah menatapnya dengan air mata yang siap tumpah kapan saja.
"Mommy... Kak Asa.." Rajaa tak melanjutkan kalimatnya dan sudah menangis sesenggukan
"Arsha.. Hei jagoan... kau mendengar mommy? Arsha.. bangun hei.. VARSHA!!" wanita berparas anggun itu sedikit menyentak tangan pemuda yang masih merintih dengan kerutan di dahinya
"Mommy..." remaja yang sedari tadi duduk ditepi ranjang samg kakak sedikit kaget dengan ucapan orang yang ia panggil Mommy
"Varsha Nava! Jika kau tidak membuka matamu sekarang, Mommy akan panggil Kean dan menyuruhnya membawamu ke Rumah sakit." ancam sang wanita cantik itu
Mendengar kata Rumah Sakit disebutkan, perlahan kelopak mata Arsha terbuka. Masih dengan rintihan pilu ia mencari sumber suara yang telah mengancamnya dengan kata terlarangnya barusan. Sedikit mendelik untuk memberi tahu bahwa ia kesal.
Melihat Sang kakak seperti ingin bangun dari tempatnya, Rajaa mendekat dan menyusun bantal Arsha sedikit lebih tinggi.
"Jangan duduk tegak dulu, Kak" ucapnya sembari membetulkan masker oksigen Sang kakak yang sempat tergeser sedikit
Varsha mengangguk pelan dan menggenggam jemari besar adiknya. Ingin hati mengusak rambut Sang adik namun ia tidak punya tenaga.
"Dimana Ayah kalian?" tanya wanita yang masih berdiri di samping ranjang Varsha.
"Ayah pergi ke Jepang dari seminggu yang lalu, Mom. Ada klien penting yang harus ditemui" jawab Rajaa tanpa mengalihkan pandangannya dari Sang Kakak
"Lalu anak nakal itu dimana?" tanyanya lagi
"Kak Varish belum pulang dari kemarin. Rajaa juga tidak tau dimana ia menginap. Ponselnya ia matikan. Mungkin di apartment Bang Alex." tentu saja Rajaa yang menjawab lagi, Varsha terlalu sibuk mengatur detak jantung dan nafasnya yang sesak
"Alexis pulang semalam, jadi tidak mungkin Kakak kalian bersamanya. Varsha, mau teh lemon hangat?"
Si empunya nama hanya mengangguk pelan dan masih sibuk mengatur nafasnya.