Kembali

1.1K 155 17
                                    

Langit sore ini terlihat murung. Warna kelabu menyelimuti awan yang enggan memberikan setitik celah untuk mentari bersinar. Angin pun bertiup lebih dingin.

Terlihat BMW sport warna putih memasuki gerbang besar rumah keluarga Wijaya. Mobil kesayangan Varsha yang sudah lama tidak keluar kandang karna si empunya akhir-akhir ini lebih sering memakai mobil Ayahnya, dalam keadaan tidak sadarkan diri tentu saja.

Setelah mobil berhenti di depan pintu utama, Rajendra keluar dari pintu kemudi dan memutar arah ke pintu penumpang,
"Ingin Ayah gendong atau duduk?"

"Duduk saja," jawab Varsha pelan

Rajendra mengangguk dan berjalan ke bagasi mobil, menurunkan sebuah kursi roda dan membuka lipatannya kemudian mendorong sampai di samping pintu penumpang.

"Ayah bantu berdiri ya."

Varsha mengangguk, dengan perlahan memposisikan kedua kakinya keluar dan bersiap berdiri.

"Haap.."

Nyaris roboh jika tangan kekar Ayahnya telat sedetik menangkapnya. Kedua kakinya mendadak kaku dan membuatnya kehilangan keseimbangan.

"Maaf, Yah.."

"Kenapa minta maaf, Arsha tidak salah kok." Rajendra menjawab setelah memindahkan tubuh kurus Varsha pada kursi roda barunya dan menyamankan posisi kaki yang masih kaku itu.

"Maaf, Arsha merepotkan.." gumam Varsha pelan

"Tidak ada yang merepotkan. Ini tugas Ayah sebagai orang tua kan."

"Tap-

"Sstt..ayo masuk, disini dingin."

Rajendra mendorong masuk Varsha yang kini harus bergantung dengan bantuan kursi roda. Pria paruh baya itu mati-matian menahan air mata dan getar suaranya dihadapan Varsha. Tidak ingin menambah tekanan batin yang anaknya rasakan saat ini.

Varsha memang tidak lumpuh, kakinya masih berfungsi normal. Hanya terkadang saja kedua kakinya akan mendadak kaku, kram, dan kehilangan rasa tanpa anak itu sadari. Rajendra tidak mau Varsha berakhir jatuh seperti beberapa hari yang lalu di ruang rawatnya.

Jantung Rajendra serasa berhenti berdetak kala itu ketika mendapati Varsha jatuh di depan kamar mandi saat ia tinggal ke luar sebentar. Parahnya, Varsha jatuh tengkurap menambah kekhawatiran Rajendra pada anak tengahnya itu.

Maka dari itu, dengan nada lembut dan kata-kata yang ia pilih serta rangkai sedemikian halus, Rajendra meminta Varsha untuk menggunakan kursi roda mulai saat ini. Rajendra sudah menyiapkan rencana lainnya jika anaknya itu menolak menggunakan kursi roda, namun ajaibnya Varsha menyetujui tanpa tanya dan tanpa argumen lainnya.
Hanya satu syarat dari Varsha, jika dia merasa sanggup berjalan, dia tidak mau menggunakan kursi rodanya. Dan Rajendra harus puas mengiyakan syarat dari anaknya itu.

"Nara belum pulang? Rajaa pergi kemana, Yah?"

Pertanyaan polos dari Varsha kembali memaksa Rajendra untuk menyelami pikirannya sendiri lagi.

Tidak berhenti pada kedua kakinya yang mendadak kaku, memori Varsha akan banyak mengalami perubahan. Ia akan dengan mudah melupakan beberapa hal untuk sesaat, atau menanyakan hal yang bahkan orang lain yakin belum terjadi.

Seperti sekarang, Varsha melupakan bahwa hubungannya dengan kedua saudaranya sedang renggang. Ini sempat terjadi beberapa hari yang lalu di rumah sakit. Varsha bertanya pada Vicenzo yang kala itu datang menjenguknya, menanyakan kenapa Varish dan Rajaa tidak terlihat menemaninya.
Dan saat Vicenzo berusaha membuat cerita karangan, ingatan Varsha kembali. Vicenzo yang ketahuan berbohongpun menjadi tak enak hati.

You canTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang