Sekali lagi. Prioritas

1K 128 18
                                    

Perjalanan mobil Rajendra sangat sunyi. Tidak ada musik, tidak ada obrolan. Baik Rajendra dan Varsha hanyut dengan pikirannya masing-masing. Hingga Sang driver menghentikan mobilnya dan berkata bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Rajendra memandang bangunan kokoh di depannya. Halaman luas yang masih terlihat beberapa orang lalu lalang memasuki sebuah pintu besar tepat di samping mobil mereka berhenti.

Menoleh pada Varsha yang sedang membuka seatbelt nya,
"Arsha yakin kita tidak mampir ke rum-

"Ayah.. janji tetap janji Ayah." potong Varsha cepat.

"Baiklah. Pak, tolong bawa oksigen portable Arsha ke dalam ya." perintah Rajendra pada drivernya

"Baik, pa-

"Ayah! kita sudah janji tidak membawa alat itu!" ungkap Varsha tidak terima

"Nak, di dalam pasti penuh sesak. Tidak ada kursi VVIP sekarang, Arsha nurut ya."

"Silahkan saja bawa alat meyebalkan itu, dan Arsha akan benar-benar berhenti minum obat" ancam Varsha

Rajendra menghela nafas, putra tengahnya itu selalu saja mengancam tentang pengobatannya jika tidak setuju. Dan jujur, Rajendra sedikit kesal dibuatnya. Sebisa mungkin Ayah 3 anak itu tidak terpancing dan membentak Varsha.

"Baiklah. Tapi ingat perjanjian kita, jika Arsha meras-

"Iya iya aku ingat. Sekarang ayo masuk! Sebentar lagi giliran Rajaa bertanding." lagi dan lagi Varsha memotong kalimat Ayahnya.

Rajendra hanya bisa mengikuti kemauan putra tengahnya itu. Berdebat dengan Varsha saat ini bukan hal yang bagus. Maka dari itu, ia mengikuti Varsha turun dari mobil dan memasuki arena turnamen boxing.

Bagimana cara membujuk Sang Ayah untuk datang, dan cara ia mangkir dari jadwal kemo hari ini biarlah menjadi urusan Varsha sendiri. Yang terpenting adalah Ayahnya hadir di acara penting adiknya.

Arena turnamen boxing tidak jauh berbeda dari stadium sepak bola, dimana penonton duduk di kursi bertingkat dan ring tinju berada di tengah. Seperti kata Rajendra tadi, semua section sama,  tidak ada bangku VIP/VVIP.

Varsha melambaikan tangan ketika melihat Ivander menyuruhnya mendekat. Anak itu terlihat sangan bersemangat, Rajendra pun ikut bahagia melihat senyuman Varsha kembali. Namun Duda paruh baya itu harus tetap siaga dan waspada terhadap sekeliling mereka.

Arena boxing bukanlah tempat nyaman bagi Varsha. Penuh sesak dan banyak asap.

"Baaang Ivaaan...deer.. upss.." hampir terjungkal. Terlalu bersemangat membuatnya tersandung kaki penonton lain yang ia lewati.

"Arsh-

"Tenang, aku tidak apa." sebelum kalimat khawatir Ayahnya sempurna. Varsha sudah menyelanya.

"Siapa yang menyuruhmu datang kesini, bocah." Celetuk Keandra.

Varsha duduk di sebelah Keandra. Disamping kanan pemuda bertato itu ada Varish yang menatap kedatangan Ayah dan kembarannya jengah. Sedangkan Ivander dan Alexis duduk di tribun atas mereka.

"Tidak ada. Hanya ingin melihat adikku bertanding."

"Heh, bullshit." gumam Varish yang masih terdengar Varsha dan Keandra

Sulung Mikolas itu merotasikan matanya,
"Diam saja jika tidak ada hal baik keluar dari mulutmu itu."

"Sepertinya kau sedang tidak sibuk, Kean.." sapa Rajendra

"Tidak juga. Ada beberapa klien yang sengaja aku batalkan reservasinya hari ini." jawab Keandra santai.

"Bahkan orang lain sanggup meninggalkan tugasnya hanya untuk menonton orang berkelahi. Tidak seperti seseorang yang bah-

You canTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang