Dini hari, suasana koridor ER rumah sakit keluarga Vicenzo mendadak mencekam. Semua staff mulai dari security hingga dokter spesialis yang berjaga on alert. Raungan sirine private ambulan terdengar nyaring dari sisi pintu masuk, deritan roda brankar yang tergesa diiringi teriak dan tangis pilu ditambah suara tegas seorang dokter yang sedang melakukan CPR pasiennya di atas brankar menambah suramnya suasana saat ini.
"Maaf Nyonya, hanya bisa sampai sini." ucap salah satu perawat berusaha mencegah seorang wanita yang meraung dengan tangisannya
"TIDAAK... AKU HARUS MENEMANI ANAKKU! MINGGIR!" wanita yang hanya terbalut dress tidur itu semakin berontak
"Maa..maaf Nyo..Nyonya...tolong mengertilah..dokter akan melakukan tindakan untuk ana-
"MINGGIR...! JANGAN HALANGI AKU!!! AKU INGIN MENEMANI ANAKKU!! MINggiiir...toloong..."
BRUUKK
"Nyonya..Nyonya Shenna..." perawat itu panik saat tubuh wanita yang ternyata istri pemilik rumah sakit tersebut luruh ke lantai.
"MAMAA..!" teriak seseorang yang baru saja sampai di depan pintu ER
Orang dibelakangnya berterima kasih lirih kepada perawat yang menopang tubuh Sang ibu. Mengetahui bahwa anak-anak Garson sudah datang, perawat yang seragamnya berantakan demi mencegah Shenna menerobos pintu ER itu pamit tanpa kata.
"Mama.." lirih Arsenio mendekap erat Shenna yang masih terduduk lemas di lantai.
"Anakku.." Shenna mulai meracau ditengah tangisan pilunya
"Semua akan baik-baik saja, ada Papa di dalam." ucap Ivander
Sedetik kemudian Shenna menatap nyalang setelah mendengar ucapan putra bungsunya,
"Kau bilang apa?! KAU BILANG APA HA!! Baik-baik saja katamu? ANAKKU HENTI NAFAS! ANAKKU... ANNnaaku.."Shenna menggantungkan kalimatnya, rasa sesak di dadanya semakin terasa menghimpit. Teringat bagaimana ia melihat tubuh yang mengejang dan suara monoton nyaring dari EKG menerornya.
"Anak Mama itu, juga kakakku.." lirih Ivander
Bungsu Garson itu tidak peduli bagaimana sepersekian detik yang lalu tatapan Shenna sangat menakutkan dan bentakan yang baru kali pertama dia dengar keluar dari bibir Sang Ibu.
Arsenio semakin mendekap Ibunya, mencoba menyalurkan kehangatan yang menenangkan untuk Shenna walau nyatanya ia sendiri begitu takut dan kalut.
"Deon..." panggil Shenna pada pintu besi yang tertutup di hadapannya.
Ivander dan Arsenio pun mengikuti Ibu mereka menatap pintu besi ER, berandai dapat menembus dan melihat apa yang sedang terjadi di dalam sana.
Raungan Shenna sudah reda, hening menemani ketiga orang itu yang masih belum berpindah dari posisi masing-masing. Terlalu lemah untuk sekedar berpindah tempat, energi mereka terkuras tanpa sisa hanya untuk mengurangi perasaan negatif yang datang silih berganti.
Tidak berani menebak apa yang sedang terjadi di dalam ruangan dingin itu, hanya ingin mendengar kabar baik.
Detik waktu terasa bergulir sangat lamban untuk keluarga Garson. Lampu diatas pintu besi itu masih menyala merah, terlihat menakutkan.
GREEK
Dan tanpa diperintah, ketiga tubuh di depan pintu itu menegang. Shenna terlihat sempoyongan berdiri dibantu Arsenio dan Ivander di kanan kiri tubuhnya.
Sang kepala rumah sakit sekaligus kepala rumah tangga mereka, Vicenzo Garson terlihat sangat buruk saat membuka pintu ER.
"Paa..." lirih Ivander