Arsenio berjalan pelan di koridor rumah sakit milik keluarganya. Langkahnya pasti namun berat, kepalanya selalu tertunduk dan hanya sesekali mendongak saat staff rumah sakit yang ia kenal menyapanya.
"Haah.." membuang nafas berat.
Langkahnya terhenti di satu ruang rawat inap vvip pavilliun. Saat tangannya menyentuh knop pintu, dingin seketika merambat ke seluruh tubuhnya.
Kleeeek
Ruangan itu berisik. Sangat berisik. Arsenio merapatkan jaket kulit yang dipakainya lantaran suhu ruangan itu sangat dingin. Bau obat-obatan menyeruak membuat dadanya sesak.
"Oh..alat apa ini, baru ya? kapan mereka pasang?"
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Arsenio,
"Heh tidak sopan. Kalau ditanya itu jawab, durhaka loh dengan orang yang lebih tua." ucap Arsenio terkekeh pelan
Tubuhnya ia dudukkan pada sofa diujung ruangan. Menatap lama dengan perasaan campur aduk seseorang yang setia terbaring di brankar rumah sakit di depannya.
"Tau tidak hari ini hari apa?" Arsenio masih bermonolog
Mengalihkan pandangannya ke luar jendela,
"Hari ini aku ulang tahun, kau tidak ingin mengucapkan selamat?"Hanya suara bip monoton yang menjawab pertanyaan Arsenio.
Senyum tipis terlihat pada wajah putra Vicenzo itu,
"Aku masih ingat bagaimana hebohnya dirimu saat ada yang berulang tahun. Sibuk mendekorasi tempat, membeli kue ulang tahun, merencanakan ini dan itu......dan kalimat favoritmu untuk mengucap selamat.."
Arsenio merasa dadanya sesak, mungkin sebentar lagi air matanya akan tumpah
"Kau tidak ingin mengucapkan 'selamat bertambah tua, Bang'..hikss." isakan pertama Arsenio terdengar
"Aku rindu ucapan darimu...
...aku rindu padamu...
...kau belum juga mau bangun...
..Varsha Nava..."
Isakan kecil Arsenio berubah menjadi tangis pelan. Mencoba menutup mulutnya, takut-takut mengganggu tidur nyenyak Varsha di depannya.
Arsenio masih mencoba menghentikan tangisnya yang beradu keras dengan suara mesin penopang hidup Varsha.
"Hampir 2 tahun, Sha.. kau belum juga mau bangun...
...dimana sebenarnya dirimu sekarang?..
..apa mimpimu sangat indah?.. apa kau sudah bertemu dengan Ibumu?..
...a-apa..
..kau bertemu dengan Bang Deon?"
Bukannya mereda, tangis Arsenio semakin kencang. Dimana lengan kanannya pun semakin keras membekap mulutnya sendiri.
"Jangan ikut Bang Deon dan Ibumu, Arsha.."
"Arsen.."
Arsenio mendongak mendengar namanya dipanggil. Masih belum sanggup menjawab, Keandra berjalan mendekat dan duduk disampingnya.
Terlalu larut dengan perasaannya, hingga tidak mendengar seseorang membuka pintu.
"Sudah lama?" tanya Keandra singkat
Arsenio menggeleng,
Keandra berdiri, mendekat ke arah brankar Varsha. Menyentuh lengan kurus itu perlahan, seolah takut menggeser semua selang dan kabel yang menempel pada tubuh Varsha.
"Dingin.."