KRAAAAAAAKK
BRAAAAK
BBUKKKK
CSSSSTTTTT.....
"VARISH!!!!"
Keandra berteriak kaget saat melihat motor besar Varish menabrak safety bar disisi samping lintasan. Pemuda itu beranjak dari duduknya dan akan berlari ketengah lintasan sebelum sebuah tangan menarik ujung kemejanya.
"Duduklah."
Keandra menghempaskan tangan Alexis,
"Kau gila?! Motor Varish menghantam tumpukan ban itu dengan kecepatan tinggi. Dan kau santai saja!""Paramedic dan Safety Guard lintasan akan menanganinya. Kau hanya akan diusir mereka jika mendekat." jawab Alexis datar
Keandra menggelengkan kepalanya pelan,
"Bagaimana jika terjadi ses-"Hanya lecet mungkin. Varish sudah biasa."
"Aku tahu kau seorang yang apatis, tapi bisakah sedikit saja kau mengkhawatirkan orang lain? Apalagi ini kecelakaan."
"Aku bilang Varish sudah biasa. Anak itu hanya bosan dan berakhir menggeber motornya setelah makan siang tadi. Dia tidak benar-benar memacu motornya kencang."
"Tetap saja ka-
"Lihat, Anak itu berjalan tegak menuju kemari." tunjuk Alexis
Keandra mengikuti tangan Alexis yang menunjuk ke tengah lapangan.
Benar saja. Varish berjalan tegak, tidak pincang, tidak sempoyongan. Kembar sulung Wijaya itu sesekali terlihat membersihkan baju balapnya dan berjalan menghampiri Keandra dan Alexis di Pit Stop. Helm racing masih kokoh melindungi kepalanya.Sesampainya di Pit stop Varish baru membuka helmnya dan melemparnya keras. Membuat Keandra yang kembali menghentikan langkahnya.
"Siiial...!" umpat Varish
Alexis bangun dari duduknya merapikan sedikit lengan bajunya,
"Sudahlah, datang saja ke rumah sakit. Kau bisa melihatnya tanpa bertemu langsung."Varish menatap Alexis penuh emosi,
"Kau kira ini terjadi karenanya? Heh.. Aku hanya kehilangan fokus saja.""Aku mengenalmu tidak sehari dua hari. Satu-satunya hal yang akan mengganggu konsentrasimu adalah kembaranmu sendiri."
Varish berkacak pinggang, menantang Alexis dengan kalimatnya,
"Oke. Kau benar. Memang keparat satu itu yang selalu mengganggu pikiranku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa dengan benar ketika dia berulah. Merepotkan bukan!"Keandra hanya diam melihat adiknya dan Varish saling melempar argumen. Sebenarnya niat Keandra ke arena balap Varish adalah untuk menanyakan kabar Rajaa. Beberapa hari ini dia tidak bisa menghubungi bungsu Wijaya itu. Varish pun tidak menjawab panggilan ataupun membalas pesannya.
Maka ketika Alexis memberitahunya Varish berada di arena, Keandra ingin menemuinya langsung."Bunuh saja kalau begitu." ucap Alexis acuh
"Alexis." panggil Keandra datar
Namun bukan Alexis namanya jika merespon nada ketidaksukaan dari kakaknya.
"Dia akan mati cepat atau lambat. Kenapa harus repot mengotori tanganku sendiri." jawab Varish dingin
"Jangan jadi pengecut, cobala-
"SIAPA YANG KAU BILANG PENGECUT BRENGSEK!"
BRAAAAKK
BUUGHH..
Varish berlari dan menerjang Alexis. Mendaratkan pukulan telak ke dagu pemuda yang lebih tua darinya itu. Keandra sontak menarik dan menghalangi Varish ketika dilihatnnya anak itu akan menghajar Alexis lagi.
"Varish!" teriak Keandra yang lagi-lagi diacuhkan oleh lawan bicaranya.
"Kenapa kau marah? Apa yang aku katakan adalah fakta." Alexis meraba dagunya yang berdenyut sakit.
"Kau.tidak.tahu.apa.apa." ucap Varish penuh penekanan
"Bagaimana aku tahu jika kau saja tidak berkata apapun."
"Alexis cukup." Keandra mencoba menengahi
"APA! APA YANG INGIN KAU KETAHUI HA!!! TENTANG BAGAIMANA PERASAANKU KETIKA SI BRENGSEK BERULAH? TENTANG BAGAIMANA AKU HARUS MENGALAH DALAM DIAM?! ATAU TENTANG BAGAIMANA AKU HARUS MENGORBANKAN HIDUPKU HANYA UNTUK MELIHAT ANAK PENYAKITAN ITU TETAP HIDUP!
....APA!!!! ASAL KAU TAHU, GARA-GARA ANAK SIALAN ITU AKU TIDAK BISA BEBAS, AKU TIDAK BISA MELAKUKAN SESUATU DENGAN CARAKU! AKU TIDAK AKAN PERNAH BISA BERSINAR JIKA TERUS MENERUS MEMBIARKANNYA MENGGANGGU JALANKU."
Varish menumpahkan segala emosinya yang sudah lama ia pendam sendiri. Keandra yang semula memeluknya dari belakang perlahan melepaskan tangannya. Mundur beberapa langkah mencoba memberi ruang bagi Varish. Alexis masih terduduk di lantai dan mendecih pelan. Dalam hatinya bersorak gembira karena caranya kali ini ternyata berhasil. Varish akhirnya menumpahkan emosinya.
Alexis berdiri, tetap diam dan berusaha tidak menatap balik Varish yang masih emosi di depannya. Dalam otaknya sibuk menyiapkan langkah selanjutnya.
"Aku pergi." ucap Alexis santai
Keandra dibuat bingung dengan sikap adiknya itu. Dan lebih bingung lagi apa yang harus dia lakukan sekarang bersama Varish.
"Keparat licik." gumam Varish
"Kau juga akan bertanya sesuatu?"Keandra gelagapan mendengar pertanyaan Varish.
"Tti..tidak...""Ada apa datang kemari?"
"Aku hanya ingin bertanya dimana Rajaa. Beberapa hari ini aku tidak bisa menghubunginya dan dia juga tidak mampir ke gallery."
"Dia ada dirumah." jawab Varish singkat
Keandra menggangguk,
"Kau..benar tidak apa-apa kan?""Yang mana?" tanya Varish
"Itu..kau baru saja kecelakaan." Keandra rasanya ingin segera meninggalkan tempat itu.
Sungguh, Varish dalam mode iblisnya sangat menakutkan. Keandra bukanlah orang yang lembut hati dan sikapnya, namun jika harus satu tempat dengan Varish yang sekarang, ia hanya akan berakhir menghajar anak itu karena terpancing emosi.
"Tidak apa." jawab Varish pendek
"Baiklah, aku pergi ya." pamit Keandra
Sebelum Keandra beranjak, Varish terlebih dulu meninggalkannya di Pit stop. Anak itu masuk ke ruangan lain dan menghilang di balik lorong panjang.
"Bukan Varsha yang mengganggu jalanmu, Varish.., dirimu sendiri yang menolak keberadaannya. Menolak bagaimana hatimu selalu mencemaskannya, menolak jika sebenarnya kau selalu memikirkannya. Dan menyalahkan Varsha atas semua ketidakmampuanmu itu." gumam Keandra pelan.
Sulung keluarga Mikolas itu berlalu meninggalkan arena balap milik Varish dengan hati yang berat.
*********************************************
yang kangen ama Varish sini yuk merapat, mo dijajanin cimol ama dia 🍡*ini tuh sebenernya jadi 1 chapter sama yg sebelumnya, cuma kok panjang banget kalo digabung....
jadi bikin 2 deh hehe_