Satu bulan berlalu dan kondisi rumah keluarga Wijaya masih sama dinginnya sejak pertama Varsha kembali dari rumah sakit. Tidak ada sapaan setiap bertemu pandang, tidak ada cuitan random Rajaa yang menganggunya, tidak ada pula omelan singkat Varish.
Semua berubah asing bagi Varsha. Anak itu selalu meyakinkan dirinya bahwa tidak apa-apa dengan perubahan tersebut. Varsha mengubah niatnya yang semula memperbaiki hubungannya dengan saudaranya yang lain menjadi 'oke mari kita berjauhan bak tak mengenal satu sama lain.
Varish masih tetap pada prinsip awalnya, tidak akan peduli apapun yang dilakukan Varsha, Rajaa, bahkan Ayahnya. Sulung Wijaya itu semakin tertutup dan mengunci mulutnya sesampainya di rumah. Mengurung diri di kamar dan keluar hanya untuk mengisi perut, tentunya saat anggota keluarganya yang lain sudah lebih dulu makan.
Pun Rajaa masih dengan sikap dinginnya, hanya sedikit terlihat lucu dimata Varsha. Rajaa terlihat seperti anak kecil yang merajuk pada kakaknya. Bungsu Rajendra itu sempat terheran-heran dengan perubahan signifikan dari Ayahnya.
"Kepala Ayah terbentur sesuatu? Kau benar Ayahku?"Dan pertanyaan konyol lainnya yang dijawab Rajendra dengan candaan. Duda 3 anak itu baru menyadari betapa lucu cuitan bungsunya itu. Ia tidak akan mengira cukup mudah untuk memperbaiki hubungannya dengan Rajaa.
Varsha pun merasa bahagia melihat Rajaa perlahan membuka lembaran baru hubungannya dengan Sang Ayah. Pemuda tampan yang semakin hari semakin terlihat kurus itu hanya berharap Tuhan masih mengijinkannya untuk melihat bagaimana hubungan Varish dan Ayah membaik.
Varsha menghela nafas, menutup buku bacaannya yang sudah sejam tidak berpindah halaman karena ia sibuk menyelami pikirannya sendiri.
"Arsha...masakan Mama sudah siap, kita makan malam bersama ya."
Suara Shenna terdengar dari balik pintu kamarnya. Kepala wanita cantik itu menyembul dari celah pintu kamar Varsha yang sedikit terbuka.
"Ayah?" tanya Varsha singkat.
Anak itu masih terlihat duduk bersila di tengah tempat tidurnya."Sepertinya rapat Ayahmu membutuhkan waktu lebih lama selesai, sekeretarisnya baru saja mengabari Mama jika Dia akan pulang larut." Shenna membuk pintu kamar Varsha lebih lebar.
Mendengar penuturan Shenna, Varsha mengangguk singkat. Beranjak dari duduknya, meletakkan bukunya asal, dan keluar dari kamar tanpa kata.
Shenna tersenyum hangat saat Varsha berlalu melewatinya. Menatap punggung ringkih itu dengan pandangan tak terbaca. Ratu keluarga Garson itu datang pagi-pagi tadi ke kediaman Wijaya setelah mendapat pesan dari Rajendra bahwa Varsha kemungkinan akan sendirian dirumah hari ini. Rajendra tidak tahu bahwa bungsunya juga dirumah seharian.
Varsha tiba di ruang makan dan duduk di kursinya. Pemuda itu melihat Rajaa sudah memulai acara makannya. Ia menatap dalam diam adiknya yang terlihat acuh dan sama sekali tidak menghiraukan hadirnya.
"Rajaa-
"Diam. Kau akan merusak nafsu makanku."
Sebelum sempat melanjutkan kalimatnya, Rajaa terlebih dahulu memotong ucapan Varsha.
Maka, yang bisa Varsha lakukan hanyalah diam. Ia tidak mau merusak mood adiknya.
Shenna melihatnya dari jauh. Melihat bagaimana hubungan kakak-adik itu semakin merenggang dan jauh. Sedih hati seorang ibu melihat anak-anaknya tersiksa dengan perasaan masing-masing. Mereka terlalu tinggi membangun ego hingga sulit dirubuhkan oleh siapapun.