Seminggu setelah obrolannya dengan Varish yang berujung menggantung itu, Rajendra belum melihat seujung kuku putra sulungnya itu. Hanya membalas pesan Sang Ayah sekali, mengatakan bahwa dirinya menginap di apartment Alexis.
Dan seminggu pula, kondisi Varsha bisa dikatakan membaik. Percakapan dua arah yang panjang dan jarang terpotong, tidak ada erangan kesakitan di tengah malam, dan lebih ajaibnya adalah kedua kaki Varsha yang kembali kuat menopang badan si empunya. Berjalan selangkah demi selangkah pun Varsha mampu.
Seharusnya Rajendra bahagia melihat kondisi Sang Putra semakin membaik, namun tak dapat dipungkiri ada perasaan aneh yang mengganjal dalam hatinya. Duda tampan itu hanya bisa berharap yang terbaik dan berpikiran positif apapun kondisi Varsha.
"Ayah.."
Rajendra tak sadar jika ia sedang melamun, menengok ke belakang saat Varsha memanggilnya.
"Sudah siap? Kita berangkat sekarang ya." jawabnya sembari mengulas senyum hangat
Varsha hanya mengangguk sekilas dan mendorong kursi rodanya mendekat pada Sang Ayah yang menunggunya di ruanh tamu.
"Kaki Ars-
"Tidak apa-apa Ayah, hanya menyimpan tenaga saja. Arsha ingin memperlihatkan pada dokter Danu bahwa Arsha sudah bisa berjalan lagi" potong Varsha
"Baiklah.. boleh Ayah bantu naik mobil?"
"Heem.." jawab Varsha singkat
Hari ini adalah jadwal rutin Varsha check up di rumah sakit. Perjalanan di pagi menuju siang itu lancar dan damai. Rajendra sendiri yang menyetir dan Varsha duduk di kursi penumpang sampingnya.
Tidak banyak obrolan karna Varsha bilang ia masih mengantuk, maka Rajendra menyuruh putra tampannya itu tidur sebentar.Sesampainya di rumah sakit, mereka berdua langsung menuju ruang praktek dokter Danu.
"Varish.." ucap Rajendra kaget.
Si empunya nama menengok sekilas dan beranjak dari duduknya.
"Kalian sudah datang, ayo kita mulai." ucap dokter Danu
"Tunggu..!" Varsha mengangkat tangannya saat seorang perawat akan mendorong kursi rodanya
"Ada yang ingin kau sampaikan, Arsha?" tanya dokter Danu
Mengangguk sekilas,
"Dokter harus melihat ini."Varsha dengan perlahan menurunkan kedua kakinya dari step foot kursi roda dan menghirup udara sebanyak yang ia bisa.
Menggunakan kedua tangannya untuk tumpuan berdiri,"Kau gila! Jang-
Kalimat Varish terpotong saat melihat Ayahnya memberi gesture untuk diam. Spontan berlari ke arah kembarannya namun lengannya dicekal dokter Danu.
"Taraaaa..." ucap Varsha bangga setelah berhasil berdiri dari kursi rodanya
"Jangan main-main Varsha." ucap Varish
"Nara, kau tidak senang melihatku bisa berdiri?" tanya Varsha
"Bagaimana jika kau terjatuh, itu aka-
"Aku tidak akan merepotkan siapapun. Tenanglah aku bisa sendiri."
"Bukan itu maksudku..tapi.." kalimat Varish menggantung
Jujur, pemuda dengan rambut yang terlihat memanjang itu bingung melihat kembarannya yang selama ini bergantung pada kursi roda tiba-tiba berhasil berdiri tegak.
"Aku juga sudah bisa berjalan, sedikit sih." ucap Varsha dengan senyuman hangat andalannya
"Jangan macam-macam! Sudah.!" bentak Varish tanpa sengaja
"Kau tidak suka melihatku sembuh?" tanya Varsha dingin
"Bukan begitu.. itu.. sudah! duduk saja." perintah Varish
"Varish hanya takut Arsha kelelahan saja. iya kan?" sela dokter Danu
Melirik sebentar, Varish hanya mengangguk.
"Tapi aku sudah bisa berjalan!" Varsha tak mau mengalah
"Iya aku tahu! Aku percaya! sudah! duduklah dan mulai pemeriksaan." kesal Varish
Tanpa ada yang mencegahnya, pemuda kembaran Varsha itu keluar dari ruangan dokter Danu.
"Arsha mulai pemeriksaan dengan dokter Danu ya, Ayah tunggu di luar."
Rajendra membantu Varsha duduk kembali di kursi rodanya. Tidak menjawab ucapan Ayahnya, Varsha dengan tenang membiarkan seorang perawat laki-laki mendorongnya masuk ke ruangan steril.
Ayah tiga anak itu menemukan sulungnya berjongkok di depan ruangan dokter Danu.
"Varish." panggil Rajendra
"Diam Ayah. Aku ingin sendiri." jawab Varish
Hening menemani dua laki-laki berbeda usia itu. Varish yang tetap berjongkok di tempatnya dan Ayahnya yang sesekali memperhatikan aktifitas di sekitarnya.
"Kapan?" tanya Varish tiba-tiba
Walaupun Rajendra tidak tahu pasti pertanyaan putranya, ia mencoba menjawab rasa penasaran Varish,
"Seminggu yang lalu. Ayah juga sama kaget dan bingungnya denganmu.""Apa Rajaa sudah tahu?"
"Adikmu selalu keluar pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Tidak pernah bertemu dengan Arsha meskipun mereka satu rumah. Entah apa yang dilakukannya di luar rumah, sesekali Keandra akan mengirimi Ayah pesan jika Rajaa sedang bersamanya"
"Berandal."
Rajendra tersenyum simpul dan memperhatikan Varish yang masih berjongkok,
"Apa bedanya dengan dirimu."Varish mendongak sekilas dan bertemu tatap dengan Ayahnya.
"Bagaimana bisa?"Rajendra paham maksud pertanyaannya,
"Ayah juga tidak tahu. Hanya saja seminggu ini ketika mengrobrol dengan Arsha, Ayah sadar bahwa perlahan Arsha kembali seperti sebelumnya."Varish tidak bertanya apapun, mencoba mencerna cerita yang akan dikatakan Ayahnya.
"Memorinya pun perlahan kembali, dan kedua kaki Arsha bertenaga untuk menopang tubuhnya. Tidak ada obrolan yang berhenti di tengah ataupun menggantung, dan nasfu makan saudaramu kian pulih seperti sedia kala."
"Tapi kenapa tiba-tiba." lirih Varish yang masih terdengar oleh Rajendra
"Varish, kenapa perasaan Ayah tidak tenang, ya."
Varish hanya diam dan menatap lurus kedua mata Ayahnya. Rajendra pun tidak berharap Varish mempunyai jawaban atas kalimatnya tersebut.
"Kita tunggu saja hasil pemeriksaan hari ini." ucap Varish menutup obrolan mereka pagi menjelang siang itu.
********************************************