***
Bentar, mau kasih note diatas daripada telat nulis dibawah 😅
boleh pasang lagu sedih sendu melow dulu baru baca 😉 kalo bisa lagu yang baru intronya aja udah bikin mewek hehe-
***••••••••••••^^••••••••••^^•••••••••••••^^••••••••••
Varsha sudah duduk tenang di kursi barunya. Kursi yang akan menjadi tempat perjuangan selanjutnya seorang Varsha Nava. Anak itu melihat detail apa saja yang menempel di kursi barunya itu.
Kursi besi berlapis busa tebal berwarna cream mempunyai bantal kecil yang menempel di sandarannya, serta penopang kaki yang juga dilapisi busa empuk. Terlihat nyaman mungkin, tapi melihat di sisi kirinya terpasang tiang besi yang sudah tergantung cairan bening lengkap dengan selang dan jarum infuse, serta sebuah mesin kecil bermonitor terpasang di tengah tiang infuse tersebut.
"Sudah siap, Varsha?" tanya dokter Danu
"Sekali lagi, aku tidak punya pilihan lain kan." jawab Varsha datar
dokter Danu tersenyum tipis. Semakin hari perubahan emosi Varsha sangat nampak. Bagi orang lain mungkin terlihat normal remaja seusia Varsha memang sering berubah mood dengan cepat, namun untuk beberapa orang yang dekat dengan anak itu pasti menyadari perbedaan mencolok sifat Varsha.
"Baiklah, Om akan memasang infus sekarang dan proses akan berlangsung dari obat ini mengalir di tubuhmu."
Varsha hanya berdehem. dokter Danu dengan cekatan memasang infus di tangan kiri Varsha. Menempelkan beberapa plester medis untuk menahan jarum kecil yang menusuk tangan Varsha. Selesai memasang infus, dokter Danu memencet beberapa tombol di mesin kecil tadi hingga bunyi beep terdengar.
"Oke. Sudah dimulai. Mungkin kamu akan merasa sedikit tidak nyaman saat obatnya bekerja. Jika terasa mual keluarkan saja tidak apa-apa dan jika pus-
"Aku ingin tidur." ucap Varsha memotong kalimat dokter Danu
"Baiklah. Om tinggal sebentar ya, Mrs. Fara akan masuk menemanimu."
Varsha mengangguk pelan. Matanya sudah terpejam, mencoba tidak merasakan sesuatu yang mengalir bersama darah di tubuhnya. Anak itu tahu jika Sang Mommy sudah duduk di sampingnya.
Hening. Bahkan detik jam pun terdengar jelas di ruangan serba putih itu. Sesekali mesin kecil di samping Varsha berbunyi beep. Entah menandakan apa, anak itu tidak mau tahu.
"Eengh..."
Fara menatap datar Varsha yang mulai duduk tidak nyaman, sesekali ringisan anak itu terdengar. Keringat dingin mulai membasahi kening dan poni panjangnya.
Varsha memejamkan matanya kuat. Niat awalnya untuk tenang buyar. Sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya itu mulai bereaksi, menghasilkan sensasi panas yang menjalar dari perut naik hingga tenggorokannya.
"Eeeunngh..." lagi, ringisan Varsha terdengar semakin keras
"Kau butuh sesuatu?" tanya Fara
Varsha menggeleng. Ia tidak tahu harus meminta tolong apa. Tidak bisa dijelaskan.
"Mmmpphh..."
Varsha menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Sedikit membungkuk,
"Keluarkan saja, Danu bilang jangan ditahan."