Perjalanan ke rumah sakit cukup menegangkan. Rajendra duduk di kursi penumpang dengan Varsha yang ia baringkan dan bertumpu pahanya, sedangkan Keandra memacu mobil dengan kesetanan. Mereka menggunakan mobil Keandra dengan alasan mobil tersebut lebih dekat dengan exit door arena sedangkan mobil Rajendra entah parkir disebelah mana.
"Eungh.."
"Arsha...nak...Arsha dengar Ayah."
"Ss..Hahh..haah.."
"Hei..hei tenang.. ada Ayah disini.."
Kesadaran Varsha kembali sebelum mereka sampai di rumah sakit. Namun anak itu tetap tidak responsif, berulang kali Rajendra memintanya tenang dan bernafas perlahan bersama namun Varsha tidak menangkap suara Ayahnya. Ia hanya fokus pada rasa sakit di dadanya.
Keandra membelokkan mobilnya sedikit kasar dan berhenti di depan pintu Emergency. Menekan klaksonnya berkali-kali hingga beberapa staff rumah sakit keluar mendorong brankar ke arah mobilnya.
"Pelan-pelan sialan!" umpat Keandra kala melihat salah satu staff memindahkan Varsha dengan kasar.
Rajendra ikut mendorong brankar di sisi kiri dengan tangan Varsha yang menggenggam erat tangannya, sedangkan Keandra kembali ke mobilnya untuk mencari tempat parkir.
"Mohon maaf, silahkan menunggu di luar." ucap seorang perawat mendorong pelan Rajendra yang tanpa sadar ikut masuk ke ruang tindakan.
Rajendra menggangguk singkat. Segera setelah pintu itu tertutup, Ayah 3 anak itu memulai kebiasaannya setiap Varsha mendapat tindakan. Berjalan mondar-mandir.
"Om.." panggil Keandra
"Oh..Keandra maaf Om belum berterima kasih tadi. Maaf merepotkanmu."
Rajendra berhenti dan menepuk bahu Keandra singkat. Setelah berhasil menemukan tempat parkir mobilnya, Keandra menyusul Rajendra di depan ruang tindakan.
"Tidak apa, tidak merepotkan. Tapi Om, bolehkah aku bertanya?" tanya Keandra
Rajendra mengangguk, sedikit banyak ia tahu apa yang akan ditanyakan oleh sulung Mikolas itu,
"Apa...buruk?" tanya Keandra pelan
Rajendra akhirnya duduk di kursi tunggu yang tersedia. Menghembuskan nafasnya kasar dan mendongak menatap plafon rumah sakit.
"Kemoterapinya tidak berhasil. Danu masih terus mengupayakannya, menaikkan dosisnya, mengganti medianya, bahkan mengganti jenis obat namun......tubuh Varsha menolak semuanya."
Keandra ikut duduk, memberi jarak satu bangku dari Rajendra. Ia diam berharap Rajendra akan meneruskan ceritanya.
"Varsha selalu kesakitan saat sesi kemo. Rasa sakitnya mungkin berkali-kali lipat dari pasien kemo yang lain, karena tubuhnya yang ikut menolak semua cairan-cairan kimia itu. Jujur, Om tidak tega melihatnya, namun sudah tidak ada cara lain."
"Jika memang itu tidak berhasil mengapa tetap dilanjutkan?" tanya Keandra
"Karna jika menghentikan kemo sebelum final cycle nya efeknya semakin buruk bagi Varsha.
..Dan Varsha juga...
...sepertinya sudah lelah."
Hening. Kalimat terakhir yang terucap dari Rajendra terus terngiang dalam benak Keandra. Pemuda itu tak tahu bagaimana melanjutkan obrolan mereka.
"Menurutmu, apa Rajaa melihat kejadian tadi?"
Pertanyaan Rajendra menarik keluar Keandra dari lamunannya. Dan untuk sesaat ia lupa tentang bocah kesayangannya itu. Ia lupa sedang menyaksikan turnamen yang dimenangkan Rajaa karena terlalu fokus pada Varsha.
"Mungkin."