Hingga pagi menjelang, Varsha masih belum beranjak dari kursi makan. Nia sang asisten rumah tangganya sudah berkali-kali menyuruhnya istirahat namun tak di gubris Varsha. Driver dan security rumah pun sudah menyerah sejak semalam. Bukannya menuruti perintah, Varsha membentak semua orang dan mengusir mereka dengan kasar.
Dan dari semalam pun anak itu tidak tidur. Duduk diam dengan tatapan kosong. Kepalanya terasa penuh entah memikirkan apa, Varsha pun tidak begitu mengerti.
TTAAAKK
Sebuah suara membuyarkan lamunan Varsha.
"Nara..." panggilnya begitu tahu siapa pembuat suara di belakangnya itu.
Jujur, Varish sedikit terkejut menemukan kembarannya masih bertahan di tempat terakhir ia meninggalkannya semalam. Menghela nafas kasar, Sulung Wijaya itu pun berjalan mendekati Varsha.
"Cari penyakit." ucapnya dingin.
Varsha mendecih,
"Aku memang sudah punya penyakit. parah.""Jangan jadi sok jagoan. Ka-
"Tenang saja, aku tidak akan merepotkanmu jika sekarat nanti."
Varish yang semalam berusaha menghilangkan kekesalannya kepada Varsha, mulai terpancing lagi pagi ini.
"Varsha." panggil Varish datar.
Sang empunya nama menoleh, menatap kembarannya tak kalah dingin.
Dirasa Varsha tidak ada menjawab, Varish melanjutkan kalimatnya.
"Lakukan sesukamu. Aku tidak akan peduli lagi."
Tanpa menunggu jawaban dari Varsha, Varish berlalu meninggalkan ruang makan. Tujuannya untuk pulang sia-sia.
Ia masuk kamar, mengambil tas jinjing olahraganya yang cukup besar dan memasukkan beberapa pakaian dan beberapa barang yang mungkin akan dibutuhkannya.Menghela nafas sejenak, melangkah menuruni tangga dan keluar rumah tanpa menengok Varsha sedikit pun yang masih duduk diam tak bergerak. Varish sudah mengatakan keputusan finalnya. Dan anak itu tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Jadi detik juga, tiga bersaudara Wijaya itu mulai merenggang.
•••••••••••##••••••••••••••••
BbuUukK
BRAAAAkkK
BBUUUuuHgG
"Berhentilah sebentar." Keandra berucap untuk yang kesekian kalinya.
Seakan tuli, Rajaa tidak menghentikan aktifitas meninju samsaknya.
"Lihatlah, samsak itu sebentar lagi akan lepas dari rantai gantungan." suara Keandra terdengar
Akhirnya Rajaa berhenti. Nafasnya tersengal. Keringatnya bercucuran membasahi lantai. Dalam artian sesungguhnya, membasahi lantai. Sejak Rajaa muncul di depan pintu gallery nya, Keandra tahu anak itu sedang punya masalah. Namun sampai detik ini tak sepatah kata pun ia dengar keluar dari mulut Rajaa. Alasan kenapa anak itu terlihat begitu emosi.
Keandra menyodorkan sebotol minuman saat Rajaa datang menghampirinya.
"Ini sudah pagi, oh.. hampir siang. Kau tidak pulang?" tanyanya
Setelah meneguk minumannya hingga tandas, Rajaa menoleh
"Sekali lagi Bang Kean menyuruhku pulang, akan kutonjok wajahmu itu.""Berani kau bocah?" goda Keandra
"Coba saja tantang aku."
Keandra tak meneruskan guyonannya. Anak 16 tahun di sampingnya itu benar-benar sedang emosi dan marah. Ingin bertanya, waktunya belum tepat.