Klik..
Varsha sengaja mengunci pintu kamarnya.
"aakkh.."
Varsha merosot bersandar pada pintu yang ia kunci. Hanya menaiki anak tangga yang tidak seberapa banyaknya itu membuat dadanya sesak.
Mencengkeram kuat kaos depan yang ia pakai, nyatanya tidak mengurangi sesak di dadanya.Sungguh, Varsha tidak sanggup untuk berdiri dan berjalan ke tempat tidurnya. Matanya terpejam kuat menahan sakit. Serasa ada yang menghalangi paru-parunya bekerja dengan normal.Oksigen sebanyak itu rasanya sia-sia. Ditambah dengan kepalanya yang tiba-tiba terasa nyeri, sukses membuat Varsha mengerang kesakitan.
Sekuat tenaga ia bungkam mulutnya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kiri masih berusaha mengusap pelan dadanya.
5.....10 menit rasa sakit menyiksa Varsha.
Si pemilik senyum hangat itu masih duduk bersandar pintu, mencoba meraup oksigen sebanyak yang paru-parunya mampu tampung. Tangan kiri masih setia mengusap dadanya yang mulai berdetak teratur.
"uUuhuuk..uhuuKkk.." bukannya merasa lebih baik. Varsha batuk hebat.
Dengan sisa tenaga yang ia punya, Varsha berlari ke kamar mandi dalam kamarnya dan menutup pintu rapat.
Varsha terdiam di depan wastafel kamar mandi. Apa yang dilihatnya bukanlah pertanda bagus. Ia mendongak melihat mulut dan dagunya pun dipenuhi darah yang ia muntahkan barusan.
Menatap lamat pantulan dirinya di cermin, Varsha tersenyum miris dengan air mata yang sudah mengalir tanpa ia minta.
Ingatannya dipaksa kembali pada beberapa hari yang lalu setelah ia menerima hasil pemeriksaan rutinnya.
Stadium 4
Kanker yang ia derita susah memasuki stadium terakhir. Tingkatan dimana hanya Tuhan yang bisa membantunya tetap hidup. Obat-obatan sebanyak apapun tidak akan bisa mengurangi rasa sakitnya. Pun dengan semua tindakan yang dilakukan dokter Danu, tidak akan bisa lagi membuatnya bertahan.
Dilihatnya raut wajah menyesal dokter Danu dihadapannya.
"Kenapa wajah om seperti itu sih." tanya Varsha mencoba mencairkan suasana
Yang nyatanya tidak berhasil. dokter yang sudah merawatnya selama 10 tahun itu tetap tidak merubah raut wajahnya.
"Aku gagal, Varsha.." ucap dokter Danu setelah keheningan yang cukup membuat pemuda 19tahun dihadapannya tidak nyaman.
"Apanya yang gagal?" tanya Varsha bingung
"Om hanya punya 1 tugas penting, Arsha. Mendiang Ayahku, dokter Bagas menitipkanmu untuk kujaga, kurawat, agar...agar...Arsha bisa lebih lama bertahan....