Mobil Rajaa sudah sampai di tempat tujuan. Beberapa menit berlalu, namun anak itu masih belum juga turun dari mobilnya.
BUGH..
HAAP..
Rajaa turun dari mobilnya dengan melompat kecil. Kecintaannya dengan mobil besar kadang menyusahkan dirinya sendiri untuk keluar-masuk mobil yang tinggi.
"Haaah..Rajaa datang lagi." gumamnya entah pada siapa.
Pemuda 18tahun itu berjalan menjauhi tempat mobilnya terparkir. Menyusuri jalan setapak dengan batu hias putih di sepanjang pinggiran jalan.
Berhenti sejenak saat jalan setapak itu mulai menanjak. Sekali lagi menghela nafas, Rajaa meneruskan langkah kakinya mendaki bukit kecil di depannya.
Sebuah bangunan kecil mulai tampak di hadapannya.
4 pilar besar berdiri kokoh menopang atap kaca diatasnya. Tidak ada tembok yang mengelilinginya. Bangunan berwarna putih itu terlihat sangat terawat.
Rajaa menuruni 2 anak tangga pendek, dan duduk di tengah bangunan. Menatap sendu tanah persegi yang tertutup rapi rumput hijau,
"Rajaa datang lagi."Mendongak menatap langit malam yang terlihat diatasnya.
"Tidak ada bintang malam ini, tapi tenang saja hujan tidak akan turun."Tersenyum tipis, tangan berotot yang dipenuhi tatto itu mengusap pelan batu hitam yang terukir sebuah nama.
"Bagaimana kabar ibu hari ini? Maaf Rajaa sedikit terlambat datang...
...hari ini keluarga Mikolas mengadakan pesta. Tidak enak jika Rajaa tidak datang, Bu. Meskipun rasanya sangat malas."
Rajaa terkekeh pelan. Tangannya masih mengusap batu nisan Ibunya.
"Ayah dan Kak Varish juga datang. Hanya kita bertiga, Bu."
Senyuman getir Rajaa adalah pembuka untuk tetes air matanya.
"Ibu..."
Hening.
Angin cukup dingin berhembus, Rajaa mengeratkan hoodie kesayangannya mencari kehangatan untuk tubuhnya. Jas yang ia pakai sebelumnya tersimpan rapi di dalam mobilnya.
"Ibu..." panggilnya pelan
"Apa kabar Kak Asa?"
Tidak akan ada yang menjawab pertanyaan Rajaa.
Tetes demi tetes air matanya jatuh, Rajaa tidak berniat menyembunyikan tangisnya. Toh tidak ada siapa pun selain dirinya.
"Rajaa rindu, Bu..
..R-Rajaa rindu Ibu.
.. j-juga rindu Kak Asa."Pecah tangis putra bungsu Rajendra itu.
"Ibu pergi sudah sangat lama, tapi kenapa Rajaa baru tahu satu tahun yang lalu, Bu..
..kenapa tidak ada yang memberi tahu Rajaa..
..atau Kak Varish..
..kenapa Ayah menyembunyikan keberadaan Ibu,
kenapa,Bu?"
Rajaa duduk memeluk kakinya, menumpukan kepalanya pada lutut.
"Jika saja Ayah tidak sekalut dan depresi seperti tahun lalu, mungkin Rajaa tidak akan pernah tahu rumah Ibu disini."
Menatap sekelilingnya,
"Tempat ini adalah tempat favorit Kak Asa dari kecil."Senyum tipis menghiasi wajah Rajaa,
"Apa Kak Asa tahu jika rumah Ibu disini?..