"Aah..Ayah.."
Suara serak nan lirih itu membangunkan Rajendra dari pejamnya.
"Arsha...kau sudah bangun, Nak."Senyum manis Varsha terlihat di balik masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya. Ia mengangguk pelan.
Rajendra sedikit meregangkan punggungnya yang pegal karna posisi duduk yang tidak nyaman semalaman.
"Ada yang sakit? Arsha butuh sesuatu?"Varsha menggeleng, tangan kanannya terangkat ingin menggapai Ayahnya.
Rajendra yang melihat gerakan lemah anaknya, dengan lembut menggapai jemari Varsha dan menggenggamnya pelan.
Varsha memejamkan mata kala tangan besar Ayahnya terasa hangat menggenggam tangan dinginnya.
"Ayah kapan datang?"Membuka mulutnya, sedetik kemudian Rajendra sadar tidak mungkin menjawab yang sebenarnya.
"Hmmm..30 menit yang lalu mungkin? Ayah dari rumah."Dalam hati mengutuk dirinya telah berbohong pada Varsha.
"Nara...ada di rumah? Rajaa?" tanya Varsha lemah
Rajendra tentu saja bingung, dari hari kemarin dia tidak pernah pergi dari Rumah sakit. Pria penuh wibawa itu tidak tahu keberadaan anak-anaknya selain Varsha.
"Itu..Ayah belum sempat bertemu mereka. Mungkin masih tidur."Kebohongan lagi.
Varsha sedikit melirik jam dinding, masih pukul 8 pagi. Rajaa mungkin belum bangun seperti kata Ayahnya. Karna memang anak itu susah sekali bangun pagi. Tapi Varish harusnya sudah bangun. Dia mengambil semua jadwal kuliahnya pagi hari.
"Nara..tt..tidak kuliah?" tanya VarshaDemi apapun Rajendra tidak ingin berbohong lagi, namun tidak mungkin juga dia berkata yang sebenarnya sekarang.
"Maafkan Ayah, Arsha.. Ayah belum bertemu dengan kembaranmu. Rumah masih sepi tadi."
"Ayyah..pul..pulang jam berapa?" Varsha merasa sedikit sesak, suaranya serak dan putus-putus
"Arsha sungguh tidak apa-apa? Mau Ayah panggilkan Om Danu?" tanya Rajendra mengalihkan pertanyaan Varsha
Anak tengahnya itu menggeleng pelan,
"Pulang jam berapa?"Rajendra memijit keningnya sebentar,
"Tengah malam, lupa jam berapa tapi seingat Ayah sudah sangat malam. Rumah juga sudah sepi saat Ayah pulang."Varsha merasa ada yang disembunyikan Ayahnya. Tapi untuk sekarang dia tidak akan mempermasalahkannya. Tubuhnya masih terlalu lemas untuk berdebat.
"Ayah."
"Hmm.." jawab Rajendra singkat
"Pulang.."
Rajendra menggeleng pelan. Diangkatnya tangan Varsha yang masih ia genggam dan mencium singkat punggung tangan Varsha,
"Nanti ya, setelah Arsha sembuh.""Arsha tidak akan bisa sembuh, Yah."
"Kata siapa, Arsha bisa sembuh kok, Om Da-
"Ayah..." potong Varsha
Rajendra mengusap lembut tangan kurus Varsha. Dia tahu tidak ada gunanya mendebatkan hal yang semua orang juga tahu.
"Maaf..tapi bolehkan Ayah berharap seperti itu?"Varsha menarik tangannya dari genggaman Rajendra,
"Bagian ini, sudah sangat rusak Ayah..." Ia menepuk pelan dadanya...dan sekarang disini juga bermasalah." Varsha sekali lagi dengan gerakan pelan menyentuh kepalanya.
Rajendra terdiam,
"Apa ada yang kau sembunyikan dari Ayah, nak?"Varsha berusaha duduk, Rajendra membantunya dengan menekan panel di samping bed. Menempatkan bantal sedikit lebih tinggi agar Varsha nyaman bersandar.