Chapter 18

173 19 0
                                    

Holaaaaaaa~

Maaf sebelumnya, aku cuma mau kasih tau kalo cerita ini gak terlalu banyak. Dan pasti gak lama juga bakal selesai, but aku belum tau pasti kapan 😀 Jadi kemungkinan bakal di percepat ehehe

Happy reading y'all✨





Seminggu setelah pulang dari liburan, para anak-anak penghuni kompleks Kanigara sebut saja Hafiz, Harvey, Rakha, Elvano, Yoga, dan Sean. Para laki-laki pengangguran ini sedang asyik dengan kegiatan mereka di gazebo bergaya minimalis modern di rumah Harvey.

Berhubung keadaan rumah Harvey sedang sepi karena kedua orang tuanya serta adiknya sedang pergi ke rumah sanak saudara, membuat Harvey memilih untuk memanggil para temannya untuk datang ke rumah. Memang ya, paling enak ketika memanggil teman ke rumah daripada harus diri kita sendiri yang pergi keluar. Dan itu yang dilakukan Harvey saat ini.

Ah, tidak lupa Hafiz, Rakha, Harvey, dan Sean membawa koper mereka yang berisi oleh-oleh yang sengaja mereka beli saat liburan kemarin. Padahal liburan sudah satu minggu yang lalu, tapi oleh-oleh yang mereka beli masih tersimpan banyak.

Harvey bilang, oleh-oleh yang dibeli memang belum niat untuk dibagikan kepada keluarga mereka. Masih harus dipilih kembali katanya. Berbeda dengan empat orang yang sibuk dengan segala macam barang milik mereka, hanya Elvano dan Yoga yang memilih untuk memakan cemilan yang disediakan Harvey sembari memperhatikan teman-temannya.

"Ribet amat sih bujang," kata Yoga yang heran dengan tingkah teman-temannya yang sibuk mengeluarkan semua oleh-oleh yang mereka beli dari dalam koper.

"Lah? Lo berdua kagak beli oleh-oleh?" Pertanyaan Harvey dibalas dengan gelengan kepala oleh Sean dan Elvano secara bersamaan.

"Bonyok gue gak mau."

"Sama. Si Carlos yang biasanya minta aja, gak minta."

Dua orang yang jika tersenyum matanya menjadi sabit itu, hanya sibuk dengan cemilan mereka. Yang membuat Rakha yang mendengar itu hanya menghela nafas. Kalau Elvano, Rakha merasa pasti keluarganya bosan selalu beli oleh-oleh ini dan itu. Apalagi ayahnya Elvano sering pergi dinas kerja ke luar kota ataupun luar negeri.

Tapi ini Yoga. Yang notabenenya sama seperti mereka, kecuali Elvano, tumben sekali tidak membeli oleh-oleh. Biasanya temannya yang satu itu selalu membawa paling banyak, yang nantinya bisa dibagikan pada sepupunya juga.

"Gak percaya gue Om Tigra nolak oleh-oleh," kata Hafiz.

"Gak ada yang nyuruh lo buat percaya sama ayah gue juga sih, nyet." Hafiz yang mendengar itu dari Yoga hanya menatapnya dengan tatapan datar. Tapi yang ditatap hanya menunjukkan cengiran konyolnya.

"Btw..."

Rakha, Harvey, Hafiz, bahkan Sean langsung menoleh pada Elvano yang berbicara. Membuat Elvano ikut diam seketika. "Ngapain lihatin gue begitu?" Harvey menatap datar temennya yang mirip bule walaupun sekilas itu.

"Ya kan lo tadi mau ngomong, bujang! Gue lurusin usus lo lama-lama!" Ini yang bicara Rakha yang membuat Hafiz bahkan Sean jadi ikut menatapnya. "Ya gak usah lihatin gue gitu juga, berasa pisang gue dilihatin gitu," timpal Elvano yang jujur merasa risih dengan tatapan teman-temannya.

"Maksud lo, kita monyetnya gitu?"

"Gue gak bilang sih."

"ANAK SETAN!"

Rakha yang sabarnya setipis tisu lantas melempar Elvano dengan lembaran-lembaran tisu milik Harvey yang diremas hingga menjadi buntalan bola yang ada di hadapannya. Terkadang, Elvano yang sedang menyebalkan akan menjadi 80% menyebalkan untuk mereka.

THE KANIGARA'S SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang