29

214 22 1
                                    

Terima kasih buat yang udah mampir dan baca cerita ini 💖
Happy reading ~





Sudah lama sekali Rakha tidak ikut berkumpul dengan teman-temannya dikarenakan kesibukan kuliahnya yang dipenuhi oleh tugas, praktik, tugas, praktik, begitu saja seterusnya. Sampai terkadang, Rakha sendiri merasa lelah dan tertekan. Padahal itu pilihannya sendiri yang masuk kuliah jurusan kedokteran, tidak ada sangkut-pautnya dengan sang bunda.

Jadi begitu ia rasa tugasnya sudah selesai, Rakha menyempatkan diri untuk ikut berkumpul lagi dengan teman-temannya. Tapi... Mengingat sang bunda sedang mengandung calon adiknya, terkadang acara mainnya terganggu dengan permintaan sang bunda yang menurutnya aneh-aneh.

Terakhir kali, Rakha diminta untuk membeli rujak buah mangga yang penjualnya menggunakan kaos berwarna merah berkerah dan celana pendek berwarna putih. Aneh 'kan? Di mana Rakha harus mencari penjual buah seperti itu? Dan akhirnya ia memutuskan untuk menyuruh Harvey untuk mengganti pakaiannya dengan kaos berwarna merah berkerah dan celana pendek putih, berpura-pura menjadi tukang rujak. Tentunya dengan berdiri di samping gerobak milik tukang rujak di pinggir jalan.

Dan kali ini, Rakha harus kembali menuruti permintaan bundanya. Waktu berkumpul dengan teman-temannya di hari libur kembali terganggu, yang mau tidak mau, suka tidak suka, Rakha harus menurutinya.

"Apa lagi kali ini, Bun?" Mendengar itu membuat Shalfa hanya tersenyum manis kepada sang putra. Rakha saat ini sedang bermain PS dengan Elvano di ruang tengah, terpaksa harus menghentikannya saat Shalfa menghampirinya.

"Bunda tiba-tiba mau makan mi goreng."

"Ya bikin lah, orang stok mi di lemari masih banyak." Mendengar itu membuat Shalfa lantas menarik telinga Rakha, yang alhasil membuat Rakha seketika melepaskan genggaman tangannya pada stik PS.

"Aaaa sakit, Bun! Ya terus aku kudu ngapain?"

"Bunda mau mi goreng yang abang-abang gerobakan itu loh. Tolong beliin."

Baik Rakha maupun Elvano saling berpandangan. Otak mereka seakan memikirkan hal yang sama. Jam segini, saat matahari masih menunjukkan wujudnya, dimana mereka menemukan tukang mi goreng gerobak? Kecuali kalau malam, mereka bisa menemukan di sepanjang jalan kota.

"Atuhlah Bun~ jam segini mana ada yang jual mi goreng. Nanti malam banyak tuh yang jual di depan komplek," keluh Rakha.

"Ya Bunda maunya sekarang. Kamu cari dimana aja terserah, sana berdua sama Vano naik mobil biar gak kepanasan." Ucapan Shalfa membuat Rakha menghela nafasnya. Ia menjadi malas melakukan apapun. Apalagi mendengar permintaan bundanya.

"Tadi kan, Bunda udah aku beliin bubur sumsum. Jangan kebanyakan makan mi lah. Nanti aku yang diomelin Ayah."

"Enggak, Bunda gak bakal bilang ke Ayah. Ya? Beliin mi goreng."

"Males Bun, panas banget di luar."

"Ini adikmu loh yang minta. Kamu gak sayang adikmu?"

"Panas, Bun. Nanti malam aja, beli di depan komplek."

Rakha sih tidak masalah jika bundanya meminta sesuatu. Tapi yang jadi masalah adalah, waktunya. Terkadang bundanya minta ini dan itu tidak mengenal waktu. Rakha ingin marah, tapi bundanya selalu memakai tameng calon adiknya. Padahal di satu sisi, masih ada ayahnya yang bisa dimintai tolong.

"Ya, sayangnya Bunda? Bunda lagi mau banget makan mi," Rakha tidak menyahut. Wajahnya terlihat asam sekali. Waktu libur dan santainya kembali terganggu kali ini.

THE KANIGARA'S SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang