Chapter 27

208 19 6
                                    

Yuhuuuu
I'm back everyone

Hope you enjoy for this story
And happy reading~





Siang hari ini nampak sangat cerah sekali, secerah masa depan Rakha setelah lulus kuliah nanti. Mari aminkan impian Rakha, teman-teman.. amiin.

Tapi cerahnya siang tidak membuat suasana hati Rakha ikut cerah. Sejak tadi pagi, suasana hatinya langsung berubah drastis menjadi tidak cerah. Ditambah hawa panas dan gerah sangat menyelimuti Rakha hari ini. Seharusnya di hari liburnya kuliah, ia bisa menikmati waktu santai walaupun cuma satu hari atau hanya beberapa jam saja.

Namun semua itu tidak berlaku kala sang bunda beberapa kali memanggil namanya dari ruang tengah atau bahkan sampai ke penjuru ruangan rumah. Ingin sekali Rakha rasanya pergi, tapi ia masih sayang sekali dengan sang bunda jika ditinggalkan sendiri.

"Rakhaaa!"

Helaan nafas kembali terdengar dari Rakha yang baru saja mencicipi nyamannya ranjang dan sejuknya angin yang semilir terasa kala pendingin ruangannya dinyalakan. Kedua matanya memutar malas, dan dengan langkah berat kedua kakinya melangkah keluar kamar.

"Apalagi Bun?" Tanya Rakha yang kepalanya menyembul dari atas dengan bersandar pada pinggiran besi pembatas tangga.

"Sini, Bunda minta tolong nak" kata Shalfa, bunda dari Rakha yang senyumannya nampak tidak luntur sejak tadi pagi. Tapi sejujurnya senyuman itulah yang amat sangat Rakha hindari untuk hari ini atau mungkin seterusnya, jika tanpa sang ayah.

Rakha lantas menuruti permintaan sang bunda dengan menuruni perlahan anak tangga guna menghampiri bundanya yang tengah duduk manis di sofa dengan tv yang sedang menayangkan program talkshow kesehatan, acara kesukaan sang bunda.

"Ada apa Bundaku yang cantik? Mau apa lagi?"

Shalfa semakin mengembangkan senyumannya ketika Rakha seperti sudah tahu kenapa ia memanggil putranya itu.

"Bunda mau makan sesuatu yang gurih, sayang. Kamu mau kan beliin?" Kedua mata Shalfa berkedip sumringah, namun Rakha justru yang mengerutkan dahinya mendengar permintaan sang bunda.

"Sesuatu yang gurih? Apaan dah?"

"Apapun. Tapi Bunda mau cilok sama martabak telur."

"Martabak telur jam segini belum buka, Ya Allah."

"Ih, dulu yang suka kamu beli itu loh. Yang bareng Harvey, yang dibikinnya dari kulit lumpia itu."

"Ya Allah, sejak kapan emak gue demen jajanan SD pinggir jalan." Rakha hanya bisa menghela nafasnya, harus sabar dia.

"Ya udah nanti abang beliin."

"Sekarang. Bunda maunya sekarang, bukan nanti."

"Ya Allah panas Bun di luar."

"Ya terus kenapa? Cuma panas, belum kiamat abang. Udah sana beli, keburu nanti yang jualan pulang."

"Astaghfirullah sekata-kata bener emak gue kalau ngomong," gumam Rakha sembari berjalan kembali ke kamarnya. Berniat untuk mengganti celana pendeknya menjadi celana panjang. Rakha tidak ingin mengorbankan tubuhnya menjadi belang hanya karena membeli pesanan sang bunda.

THE KANIGARA'S SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang