30

232 24 0
                                    

Hallo holla we meet again 👀
Happy reading y'all





Sean hanya menatap datar ketika sang mama menyiapkan sarapan di atas meja, tapi yang disuguhkan justru lebih banyak sayur mayur. Sean jadi bingung, apa yang harus ia makan? Sedangkan ia sendiri termasuk ke dalam orang yang sangat pemilih dalam soal makanan.

"Kamu gak sarapan?" Tanya Yudha, ayahnya. Yang sejak tadi sudah menyantap makanan yang disajikan di atas meja. Bahkan mulutnya tidak berhenti mengunyah ketika melihat putra semata wayangnya hanya diam saja.

"Ya aku makan apa, Ayah? Sayur semua gini. Maaaaa! Punyaku mana?"

"Halah! Makan aja yang ada itu."

"Maaaaa—pleh! Ayah, buset!"

Sean mengusap atau mungkin bisa dibilang menggosok bibirnya dengan tisu setelah sang ayah menjejalkan mulutnya dengan sayuran yang menjadi menu sarapan hari ini. Sean tidak suka sayur, dan keluarganya tahu itu. Tapi terkadang, Yudha yang jahil sering kali menjejalkan sayuran pada putranya.

"Masih pagi, astaga. Gak capek kalian berantem terus?" Anna—sang mama, datang dengan membawa piring berisi nasi goreng di atasnya, lalu meletakkannya di hadapan Sean. Menu andalan sang mama untuk anaknya, si pemilih makanan.

"Lagian Mama, ngapain masak sayur semua? Mau jadi kambing apa sapi?"

"Heh! Enak aja ngatain Mama kambing sama sapi." Anna duduk di samping suaminya, kemudian segera ikut menyantap sarapan setelah sejak tadi berkutat di dapur menyiapkan makanan untuk anak dan suaminya.

"Kalau Mama itu kambing, berarti kamu anak kambingnya hahahaha—uhuk!"

"Sukurin!"

Ya begitulah Sean, ketika sang ayah yang tersedak oleh makanannya sendiri dan langsung buru-buru minum setelahnya. Sedangkan Sean? Masih kesal karena ayahnya.

"Terus, Ayah itu bapaknya si anak kambing." Timpalan Sean membuatnya harus menerima hadiah berupa sentilan manis dari sang kepala keluarga, tepat di dahinya.

"Ngadi-ngadi banget bocah. Anak siapa sih lo?"

"Anak Mama Gianna tuh!"

"Ya anaknya istri Ayah, kalau gak ada Ayah juga gak bakal ada kamu."

"Afah iyah pack? Ma, pasti Ayah aku bukan Aryudha kan? Iya kan? Ngaku aja gak apa-apa, Ma. Nanti Sean cari Ayah Sean yang sebenarnya."

Mulai, itu yang ada dipikiran Anna ketika menatap anak dan suaminya secara bergantian hingga helaan nafas keluar begitu saja.

"Nih bocah bener-bener minta gue piting apa gimana?"

TAK!

Baik Sean maupun Yudha sama-sama menatap satu-satunya wanita di antara mereka. Mama Anna yang manis nan cantik itu tengah tersenyum dengan sendok yang dipukul ke piring tepat di tengah-tengahnya.

"Masih mau dilanjut? Suami dan anakku, hm?" Kedua ayah dan anak itu lantas buru-buru menggelengkan kepala. Anna yang tersenyum manis ketika melerai perdebatan anak dan suaminya, justru akan terlihat tiga kali lipat menyeramkan bagi Yudha dan Sean. Mungkin jika perdebatan itu dilanjut, bisa-bisa sendok yang ada di tangannya bisa melayang bebas mengenai mereka.

"Makanya, cepat habisin sarapannya. Ayah katanya ada rapat, Sean katanya ada kelas ganti pagi. Kalau debat terus, kapan kelarnya?"

"Iya, ini aku udah selesai. Tuh, lihat?" Yudha langsung beranjak dari duduknya setelah menghabiskan makanan dan minumnya. Berjalan menuju dapur untuk meletakkan perlengkapan makan yang kotor.

THE KANIGARA'S SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang