Chapter 3 [Cerita Dari Sean]

421 41 7
                                    

"Sean, bangun!!"


Yap, pagi di hari libur saatnya di awali dengan suara teriakan dari ibu rumah tangga yang sibuk di dapur. Gimana? Gimana? Dari dapur?

Ya, benar. Dari dapur. Anna terus memanggil nama putranya itu agar bangun. Pasalnya, mereka juga harus pergi ibadah bersama dan lagi setidaknya Sean bisa membantu sang mama yang sibuk memasak dan merapikan rumah. Lalu suaminya? Yudha, suami Anna, sedang sibuk mencuci mobil di halaman depan. Padahal bisa pergi ke tempat cuci mobil, tapi Yudha berdalih 'kalau bisa sendiri, kenapa harus pakai jasa?' ya sudah kita iya-kan saja bapak satu ini.

"Sean! Ya ampun anak ini satu ya bener-bener!"

"Sean Arkana Orlando!"

Brak! Brak! Brak!

Sangat rusuh ya ternyata bagaimana Anna membangunkan anak semata wayangnya, dengan menggedor pintu kamar Sean dengan tidak manusiawi. Kasihan sekali pintunya.

"Sean!"

"Apa sih, Ma? Masih pagi jugaan," kata Sean yang menyadari jika pintu kamarnya dibuka paksa oleh sang mama. Bahkan dari Sean yang menyipitkan matanya, bisa melihat jika Anna terlihat sudah cukup rapi meskipun ada apron dan sudip di tangannya.

"Pagi?! Iya ini masih pagi. Tapi kamu gak lupa kalau kita mau ibadah bersama kan, Sean?!"

"Ish, biasa aja Ma. Sean gak budek," Sean membalasnya masih dengan mata yang menyipit, bahkan tangannya menutup telinganya yang menjadi korban high note dari Anna.

"Bangun, gak?! Mama hitung sampai 3 kalau gak bangun, Mama siram kamu ya!"

Tapi Sean, tetaplah Sean. Kasur empuknya itu seakan mengatakannya untuk tidak bangun. Terus tidur dan kembali bermimpi. Bahkan Sean kembali menarik selimutnya hingga sebatas leher dan menutupi wajahnya dengan guling.

Anna yang melihat itu mendengus. Bisa-bisanya Sean abai dengan ucapannya yang sungguh-sungguh itu? Benar-benar ya anak ini.

"Oh, bagus. Beneran minta Mama siram kamu ya."

Anna benar-benar dengan ucapannya. Wanita cantik itu berjalan menuju kamar mandi Sean, mengambil air menggunakan gelas yang biasa Sean gunakan untuk berkumur saat menyikat gigi. Bukan lagi memercikkan airnya, melainkan menyiramnya sekaligus. Tentu hal itu membuat bantal serta guling atau bahkan selimut milik Sean sekalipun basah.

"Mama! Sean basah, ya ampun!"

Kan. Dengan cara itu mampu membuat Sean bangun dan langsung terduduk. Menatap sang mama dengan tatapan sengit seakan menganggap Anna seperti musuhnya.

"Apa? Mau Mama siram lagi?"

"Gak tahu lah. Males sama Mama," sungut Sean yang kemudian bangun dari kasurnya. Hal itu membuat Anna menghela nafasnya.

Mau bagaimanapun, Anna tidak tega sebenarnya membangunkan Sean dengan cara yang seperti tadi. Alih-alih kembali mengomel, Anna lantas memeluk Sean. Menepuk punggung putranya itu berkali-kali namun dengan gerakan yang pelan.

"Maaf ya, sayang. Kamu kalau gak dibangunin begitu pasti gak akan bangun. Lagian, kan hari ini kita harus ibadah bersama. Ayah malah udah cuci mobil di bawah," kata Anna.

Dan Sean, karena terlahir sebagai anak tunggal, tentu mau sampai kapanpun dan apapun permasalahannya, dia tidak akan bisa marah pada Anna. Alih-alih kembali kesal, Sean justru membalas pelukan sang mama dengan erat.

"Pasti semalem begadang lagi kan? Makanya sampai bangun kesiangan?"

"Aku ngerjain tugas, Ma. Deadline, besok dikumpulin. Makanya tadi baru selesai jam 3 pagi," kata Sean. Apa yang Sean katakan itu jujur. Semalam Sean sibuk mengerjakan tugas kuliahnya yang dimana besok harus dikumpulkan pada dosen yang bersangkutan. Hal itu seakan memaksanya untuk menyelesaikan tugas kuliahnya daripada harus menunda hingga rasa malas menyerangnya.

THE KANIGARA'S SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang