Chapter 8 [Rencana Katanya]

336 35 3
                                    

Sorry for typo 😬

Happy reading fellas~




Setelah perkuliahan selesai, para laki-laki penghuni komplek perumahan Kanigara memilih untuk pergi ke cafe hanya untuk sekedar bersantai dan melepas lelah. Padahal kerjaan mereka hanya belajar dan kuliah, lelah apanya?

Sesuai ajakan Yoga dan Harvey, mereka memutuskan untuk pergi ke cafe yang tempatnya tidak jauh dari kampus mereka. Cafe yang mereka datangi berada di kawasan yang cukup ramai di datangi para anak muda seusia mereka. Tidak hanya banyak ruko-ruko yang menjual makanan serta minuman, banyak juga pedagang keliling yang menjajakan dagangannya.

BRAK!

"Gue punya rencana!"

Plak!

"Bacot anjing!" Rakha langsung memukul kepala Harvey begitu laki-laki berkulit tan itu menggebrak meja seperti tidak punya akhlak.

"Kenape sih? Biasa aje, Kha."

"Kalo lo masih punya malu dikit, sadar aja sih Vey. Kita dilihatin gara-gara lo gebrak meja," kata Sean yang lalu menyeruput minuman miliknya. Hal it membuat Harvey dan teman-temannya yang lain seketika melirik sekeliling mereka. Dan benar, jika mereka menjadi pusat perhatian seketika.

"Hehe maaf ya mbak, mas. Temen saya lagi kumat gilanya," kata Yoga yang menunjukkan cengirannya pada beberapa pelanggan yang memperhatikan mereka.

"Maaf, anaknya baru selesai kuliah jadi masih agak stres." Hafiz ikut menimpali ucapan Yoga. Yang dimana hal itu membuat Harvey hanya mengulum bibirnya sendiri sebelum menyeruput es kopinya.

"Heboh banget heran jadi manusia," keluh Yoga setelah ia memakan sepotong pizza yang sebelumnya mereka pesan. "Pas emaknya hamil ngidamnya ular kadut jadi maklumin aja Ga," timpal Elvano yang menambahkan komentar Yoga.

"Ya terosss! Hujat gue sesuka hati kalian. Gue emang butuh pahala yang banyak, biar dosa-dosa gue yang tanggung kalian." Harvey mencomooh teman-temannya yang sangat asyik bergunjing tepat dihadapannya sendiri. Ya, membicarakan orang lain tepat dihadapan orangnya. Itulah istilah yang tepat untuk teman-temannya dari Harvey.

"Ayo, Harvey. Istighfar dulu nak, astaghfirullahala'zim. Yuk bisa yuk, ikutin ustadz Hafiz. Ashadualla ilaha ilallah, wa ashadualla–"

Plak!

"Lo juga kaga usah ikutan gila!" Timpal Rakha setelah ia memukul dahi Hafiz hingga menimbulkan suara pukulan yang amat sangat renyah sekali saudara sekalian. Bahkan Yoga dan Sean yang melihat itu sedikit meringis, padahal yang dipukul adalah Hafiz.

"Lo aja sini gue baptis, mau?" Harvey sudah ancang-ancang mengambil botol minum miliknya yang berisi air putih. Bahkan sudah membuka tutupnya seakan sudah siap memercikkan air pada Hafiz.

"Berisik! Daritadi kita dilihatin sama orang-orang di sini, please. Gue masih punya malu ya, tolong banget ini mah." Kini gantian Elvano yang menyumpal masing-masing mulut Hafiz dan Harvey dengan potongan pizza. Hal itu bertujuan agar kedua anak berinisial H itu diam.

Sean dan Yoga, mengedarkan pandangan mereka ke sekeliling, dan benar apa yang dikatakan Elvano. Hanya meja bagian mereka yang terdengar berisik, bahkan menjadi pusat perhatian beberapa pasang mata.

"Gue sih sadar kalo gue ganteng. Tapi kalo dilihatin mulu ya, malu anjir."

Itu yang berbicara Sean yang berhasil membuat Yoga mendorong kepalanya pelan. Saking pelannya hingga membuat Sean hampir terjungkal jika ia tidak menahan dirinya sendiri. "Emang yang namanya Yoga itu bangsat!" Balas Sean.

THE KANIGARA'S SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang