"Gue nggak peduli lo pernah suka sama dia, atau mungkin masih suka sampai sekarang, tapi gue nggak mau kalau niat lo ngebantu karena ada udang di balik batu. Jangan sekali-kali pernah berpikir untuk merebut istri orang." -Rania-
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Beruntung mereka tak jauh tertinggal dari Alesha. Ternyata Alesha menaiki taksi online yang jenisnya sebelas dua belas dengan Cassano. Rania menyetir sementara Emryn sibuk mencari sesuatu di laptopnya.
"Em, gue kenal deh daerah ini. Kayaknya nyokap pernah beli tanah di sini. Harga rumah di sini gila, lho."
Emryn mengangkat kepala. Rumah-rumah besar yang sebagian besar bergaya victorian dengan halaman luas berjajar di sepanjang jalan. Mobil yang mereka ikuti akhirnya berhenti di depan sebuah rumah bergaya modern. Alesha turun sambil menggendong anak bungsunya yang tampaknya tertidur di mobil. Tangan sebelahnya menggandeng anak lelakinya yang berjalan sedikit terpincang-pincang.
Emryn menghela napas. Ia sangat ingin berlari dan membantu Alesha, tapi itu hanya akan merusak rencana mereka.
Setengah jam kemudian, sebuah mobil van datang. Di badan mobil itu tertera nama salah satu sekolah swasta elite. Seorang anak laki-laki turun. Sepertinya itulah si sulung. Gerbang besar berwarna hitam terbuka otomatis, lalu anak itupun masuk.
"Em, itu Alesha lagi mengelap jendela lantai atas, ya?" Rania menunjuk sebuah jendela besar, mereka bisa melihat Alesha yang mengenakan kerudung dengan daster batik. "Dia nggak pakai pembantu ya, mengurus rumah sebesar ini? Atau seperti adik gue, dia cuma pake ART pulang pergi di pagi hari."
"Cita-citanya memang ibu rumah tangga." Emryn tersenyum mengingat ucapan Alesha saat mereka menunggu pengumuman lomba, empat belas tahun yang lalu.
"Mahasiswa berprestasi tapi cita-citanya ibu rumah tangga. Sebuah cita-cita gila yang mengharuskan lo memiliki suami yang matang dan bertanggungjawab. Gue bisa bayangin sepulang dari RS dia masih harus pontang panting memasak makan malam." Rania mendesah, "Lu dari tadi ngapain di laptop? Udah dapat apa aja?"
"Guess what, mereka berdua punya second account dan tampaknya mereka saling merahasiakan tentang itu. Ini akun social media real suami Alesha..."
"Ardi Titan Bimasena. Eksekutif muda sukses. Lihatlah pakaiannya yang necis, mobilnya yang mewah, kantornya di lokasi elit, kenalan-kenalannya selebriti dan pengusaha-pengusaha sukses. Hmm, suami mapan idaman." Rania mengomentari deretan foto yang dimuat dalam akun itu dengan sinis.
"Yeah, dan ini second accountnya." Emryn menunjukkan sebuah akun anonim dengan gambar profil seorang tokoh sastra berwajah Eropa. Rania tak bertanya bagaimana Emryn mendapatkan akun itu. Hacking adalah hobi Emryn nomer lima.
"HC Andersen?" mata Rania menyipit. "Dia penulis banyak cerita anak bukan? Ardi ini penyayang anak atau apa?"
"Kamu nggak tahu sisi lain HC Andersen? Konon, dia penggemar pelacuran, bahkan dia pernah membuat tulisan mendetail tentang.... "
"Udah-udah, jangan diterusin. Informasi apa yang lo dapat dari second account itu?"
"Coba lihat history pesan pribadi dan siapa saja yang ia ikuti."
Mata Rania terbelalak melihat isi chat yang begitu tak pantas, orang-orang yang diikuti pun kebanyakan wanita dengan pakaian sangat minim. "Menjijikkan." desis Rania.
"Sekarang, Alesha". Emryn menatap laman akun itu agak lama. Gambar profilnya sekuntum bunga mawar dengan latar hitam. Isi akun itu kebanyakan bercerita tentang aktivitas anak-anaknya, sejak kecil sampai sekarang. Tak ada satupun foto diri Alesha di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Menit
RomanceEmryn Arka Giandra, profesor muda tertampan, tercerdas, dan banyak proyek berdana besar, bertekad menjadi single seumur hidup. Ia terkenal disiplin. Janji temu dengannya harus selesai dalam lima menit atau maksimal 3x5 menit. Namun, hidupnya berub...