KENA KAU!

79 10 1
                                    

Usai Shalat Maghrib di masjid kampus, Emryn menukar Melissa dengan mobil elektriknya. Segera ia meluncur ke pusat niaga, menuju area kantor Ardi. Itu mudah saja karena data lokasi Ardi memang sudah pernah ia kantongi. Sayangnya, kini ia tak bisa leluasa menyadap informasi digital mantan suami Alesha itu, karena entah kebetulan atau sengaja, sejak bercerai dengan Alesha, Ardi mengubah semua kata sandi dan email aktifnya. Ia juga sepertinya menggunakan nomer ponsel lain untuk melakukan percakapan personal.

Tak sulit menemukan lantai tempat Ardi memarkirkan kendaraanya. Mobil dengan plat nomer A 4 RDI juga terlihat sangat mencolok. Emryn menunggu tepat di seberang mobil itu. Pukul 8 malam, Ardi tampak keluar dengan membawa kardus besar. Dua orang yang kelihatannya bawahan Ardi mengikuti dengan membawa dua kardus lain. Emryn mengambil beberapa gambar.

"Semoga sukses di tempat yang baru ya, Pak." kata salah satunya sebelum Ardi meninggalkan mereka.

Ardi resign?

Emryn segera membuntuti Ardi, namun tetap menjaga jarak. Mobilnya memang mudah diidentifikasi karena masih jarang orang yang menggunakannya, tapi di sisi lain, kendaraan yang Ardi gunakan memiliki ground clearance tinggi, sebuah keuntungan baginya karena sopir biasanya menjadi tak terlalu awas dengan kendaraan yang lebih kecil.
Ardi menepi di seberang sebuah kafe. Mata Emryn semakin fokus saat melihat seorang wanita masuk ke dalam mobil itu. Ia mengambil foto untuk mendapat citra yang lebih tajam, wajah yang familiar, Fina Pinkie Pie.

Kendaraan Ardi melaju kencang di jalan tol dalam kota yang sudah lumayan lengang. Emryn terus mengekor. Ia bisa melihat jelas tangan wanita itu menyeberang ke kursi pengemudi. Dasar  air lindi bajingan.
Setelah tiga puluh menit perjalanan, mobil Ardi memasuki sebuah kompleks apartemen menengah. Emryn menghempas nafas lega. Andai Ardi memasuki kompleks apartemen mewah, tentu tak mudah baginya untuk ikut masuk. Di kompleks seperti ini, mengendarai mobil yang representatif saja sudah membuat security menunduk-nunduk takzim.
Dari posisi parkirnya, Emryn sudah bisa mengira-ngira  tower mana yang menjadi tujuan Ardi dan pasangannya. Tapi si perempuan tampaknya menggamit tangan ardi ke toko 24 jam di lantai dasar terlebih dahulu. Emryn mengambil jaket, mengenakan kacamata yang lebih tebal, lalu mendahului ke lobi. Ujung bibirnya sedikit terangkat melihat sebuah kafe kecil di dalam. Ia segera masuk dan mengambil polisi yang pas, persis menghadap lift.

Aroma uap espresso sempurna menghilangkan kantuk Emryn. Setelah 20 menit, Ardi masuk bersama wanita tadi. Lift hanya diisi oleh mereka berdua dan berhenti di Lantai 7. Setelah itu penghuni lain memencet tombol, lift turun dalam kondisi kosong.
Emryn tak bisa tidak berprasangka bahwa dua manusia itu tinggal di unit yang sama. Tapi dia masih ingin menunggu. Perasaannya mengatakan, Ardi akan segera kembali ke luar.
Tiba-tiba pesan dari Alesha masuk,
[Em, tadi Rezha lama di kantor lu, ya? Sori ya, lu jadi repot. Anak itu susah ditebak.]

[Nggak apa-apa. Dia cuma nggak suka Ardi menjemput dia dari sekolah. Gimana kabar Rezha sekarang?]

[Iya. Gue tahu dia pasti butuh waktu buat nerima Mas Ardi kembali. Kelihatannya sih tadi sudah membaik, Ardi pesankan nasi kebuli favoritnya buat makan malam kami.]

[Kembali? Lo udah mutusin mau menikah dengannya lagi?]

[Belum. Gue mau istikhoroh dulu, Em. Biar gimana, dia adalah ayahnya anak-anak. Kalau dia mau memperbaiki diri, bukankah itu yang terbaik buat kami?]

Emryn menghela napas, [Lo tau gue lagi dimana?]

[Di apartemen lo?]

[Gue di apartemen Ardi.]

[Lo menguntit dia?]

[Ya, dan ini bukan yang pertama.]

[Lo bisa dilaporin polisi, Em]

Lima MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang