Kampus Universitas Bina Bangsa memang tak pernah sepi, bahkan di saat libur panjang pun masih ramai dengan kegiatan mahasiswa. Sebentar lagi mahasiswa baru akan masuk, para panitia ospek berbaris rapi di lapangan, mengikuti pelatihan. Setelah dua bulan banyak hidup di alam bebas, Emryn hanya bertemu segelintir orang. Ia tidak menyangka keramaian mahasiswa ini bisa juga dirindukannya.
Sebelum menuju ke ruangannya, Emryn mampir dulu ke bakery di lantai dasar gedung jurusan Teknik Sipil. Ia butuh kopi dan beberapa potong roti untuk mengisi tenaga. Tugas-tugas yang ditinggalkannya selama dua bulan pasti sudah menumpuk.
"Lo pulang kok nggak bilang-bilang?" Rania tiba-tiba menyapa dari belakang. Ia sedang duduk bersama Alesha. Emryn memandang Alesha beberapa detik lalu melempar senyum. Meskipun selama dua bulan ini dia banyak merenung dan pada akhirnya berhasil merelakan Alesha, tapi melihat wanita itu baik-baik saja membuat Emryn bahagia. Apalagi hari ini dia memakai baju berwarna cerah, itu artinya hubungannya dengan Ardi sedang bagus. Rania benar, tanpa dirinya pun Alesha akan baik-baik saja.
"Biar surprise."
"Astaghfirullah, Emryn ... lo kenapa? Di Afrika nggak ada tukang cukur apa?" Alesha kaget melihat rambut Emryn mulai gondrong, kumis dan janggutnya tumbuh berantakan. Kulitnya yang biasa putih bersih pun sekarang terlihat lebih gelap kemerahan. Bahkan, ada bekas-bekas gigitan serangga yang tidak hilang di lengannya.
"Biasa, efek kebanyakan gaul sama badak dan gajah jadi gitu dia," celetuk Rania santai sambil menggigit waffle cokelatnya. "Ayo duduk sini, lapor dulu dong sama mama darling. Lo udah berhasil selfie sama singa belum?" Rania menepuk kursi di sebelahnya.
Emryn ikut duduk membawa iced americano dan dua potong croissant. "Eh iya, Darling apa kabar?"
"Kalau mau tahu datang dong ke rumah. Masak cuma nanya-nanya di sini aja. Emang lo nggak kangen sama Darling?"
Emryn tertawa lepas. "Darling memang manja ya ... OK, nanti malam gue datang deh, bawa makanan kesukaan Darling. Sekalian jemput Kaisar."
"Ehem ... urusan rumah tangga kalian jangan diumbar di kantin kampus ya," sela Alesha. Emryn dan Rania tertawa. Tampaknya Alesha mengira kalau Emryn dan Rania benar-benar punya hubungan khusus yang serius.
"Gimana kabar lo, Sha? Hari ini pakai bunga-bunga, kayanya hubungan lo sama Ardi makin baik ya ...."
Tiba-tiba kaki Emryn meringis kesakitan, kakinya kena tendangan keras wedges Rania yang mungkin bisa dijadikan ulekan. Rania memelototinya dengan kening berkerut. Alesha tersenyum tipis lalu tertunduk mengaduk-aduk caramel macchiato-nya.
"Gue udah pisah sama Ardi, Em." Alesha berkata pelan.
Emryn tersentak tidak percaya. Dia meninggalkan Alesha dua bulan, menghabiskan banyak biaya, berharap rumah tangga mereka bisa lebih baik. "Pisah gimana maksudnya? Lagi pisah sementara buat sama-sama berpikir, gitu?"
"Gue menggugat cerai dan baru tiga hari yang lalu disahkan pengadilan. Ya ... gue tahu perceraian itu hal yang dibenci sama Allah, tapi gue udah nggak sanggup tinggal sama orang yang nggak peduli lagi sama halal dan haram."
Emryn terdiam tidak tahu harus berkata apa. Dia bisa membayangkan dua bulan ini pasti sangat berat buat Alesha, sedangkan dia tidak ada di sini untuk membantunya. "Kamu ... baik-baik aja, Sha?" Intonasi Emryn melembut, ia mengubah gaya bahasanya pada Alesha. Sungguh ini pertanyaan konyol. Mana ada orang bercerai dan merasa baik-baik saja.
"Alhamdulillah. Allah ngasih banyak pertolongan. Salah satunya lewat Rania yang selalu support aku."
"Sorry ... aku nggak banyak bantu waktu itu."
"Udah dong mellow mellow-nya, lo kan udah nggak bantu ya kemaren-kemaren, nah ... mulai sekarang lo kudu bantu Alesha." Rania memotong pembicaraan mereka. "Alesha kan sekarang statusnya single parent, jadi dia harus punya penghasilan lebih besar. Jadi lo bantuin dia lah cari kerjaan yang lebih bagus, Em."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Menit
RomansaEmryn Arka Giandra, profesor muda tertampan, tercerdas, dan banyak proyek berdana besar, bertekad menjadi single seumur hidup. Ia terkenal disiplin. Janji temu dengannya harus selesai dalam lima menit atau maksimal 3x5 menit. Namun, hidupnya berub...