"Terima kasih, Em. Entah gimana anak-anak kalau nggak ada elu." waktu sudah lewat dini hari, namun tak tampak kantuk di mata anak-anak Alesha. Mereka masih asyik bercanda di dalam mobil. Setelah puas bermain catur, kartu remi, ular tangga, bahkan karambol dan bola pingpong, akhirnya mereka mau digiring pulang. Sabrina merengek ingin menginap, tapi Alesha tegas-tegas menolak. Khawatir memunculkan aneka prasangka.
"Nggak apa-apa. Mereka kelihatan cukup terpukul dengan kabar tentang Ardi. Anak-anak pasti merasa... sangat kehilangan."
"Ya, biar gimana, masing-masing dari mereka punya kenangan manis tersendiri bersama Mas Ardi. Gue bersyukur, mereka lari kesini. Sepertinya mereka menemukan figur ayah pada diri elo, Em, temen gue sendiri."
Emryn tersenyum, "Syukurlah kalau begitu. Jangan ragu-ragu call gue kalau lo butuh apa-apa, ya."
Alesha mengangguk. Hatinya terasa plong sekali, setidaknya, ada seseorang yang bisa mengerti dan siap menerima anak-anaknya. Walau ada sedikit rasa bersalah yang berbisik dalam hatinya. Apa ia benar-benar tulus melakukan ini semua? Atau karena ada harapan pada dirinya? Alangkah egoisnya ia kalau hanya memanfaatkan perasaan Emryn, sedangkan dirinya sama sekali belum ada niat untuk kembali berumah tangga.
"Makasih, Em. Tapi kamu harus tahu, walaupun aku meneleponmu dalam keadaan darurat, it's okay if you say no. Kamu nggak punya kewajiban apa-apa kok atas aku atau anak-anak."
Emryn mengerti. Alesha akhirnya berpamitan untuk pulang.
***
Keesokan harinya, kabar tentang Ardi benar-benar disajikan di stasiun-stasiun televisi dan surat kabar. Sebagian tahu diri, menyamarkan nama Ardi dengan inisial ATB, eksekutif muda perusahaan ternama. Tetapi jejak digital sulit dihapus. Sekali saja terungkap nama lengkapnya, maka yang lain mengekor karena pemirsa lebih menyukainya. Orang-orang pun ramai menekan pemerintah untuk menangkap jejaring mafia judi dan prostitusi online di balik kematian Ardi.Anak-anak pulang sekolah dengan kepala ditekuk. Satria bercerita kalau teman-temannya tak berhenti bertanya, apakah benar Ardi itu ayahnya? Sementara kondisi Rezha lebih menyedihkan, dia sudah dijuluki anak tukang judi. Untunglah Sabrina yang masih kelas satu tampaknya tak terlalu terganggu. Walau begitu, Satria dan Rezha kembali ceria setelah makan malam. Pembicaraan di rumah Emryn kemarin ternyata menjadi semacam vaksin bagi mereka. Mereka bertekad akan bersikap cuek esok hari. Lagipula, guru-guru berpihak pada mereka dan menasihati teman-teman yang asal tuduh. Alesha sangat bangga dan bersyukur kepada mereka.
Nasib Alesha di kampus pun tak jauh berbeda. Dia sudah tutup telinga dengan bisik-bisik dan sindiran di sana sini. Rania dan Emryn beberapa kali datang mengajaknya mengobrol, lebih sering dari biasanya. Ia tahu mereka hanya memastikan dirinya baik-baik saja. Beberapa rekan dosen juga menyampaikan pesan simpatik padanya. Lagi- lagi , Alesha merasa sangat bersyukur. Semua terasa dilaluinya dengan mudah. Hatinya ringan, pikirannya pun tanpa beban. Ia bisa melakukan pekerjaannya seperti biasa.
Menjelang jam makan siang, sebuah pesan dari nomer tak dikenal muncul di ponselnya,
[Siang, apa betul ini dengan Ibu Alesha?]
[Ya, betul. Ini dengan siapa? Ada yang bisa saya bantu?] Alesha berpikir, ini mungkin salah satu mahasiswanya, atau mahasiswa yang belum ia kenal, namun bermasalah. Belakangan ia sering sekali dicurhati oleh mahasiswa jenis ini.[Saya ingin sekali bertemu secara pribadi dengan Bu Alesha. Kira-kira apa kita bisa ketemu? Ada tempat yang cukup private di dekat kantor Ibu?]
Alesha mengernyitkan dahi. Ia tahu sebuah kafe yang cukup sepi, karena minuman di sana memang harganya di atas kemampuang kantong mahasiswa. Ia pun menyebutkan nama kafe itu.
[Baik, kira-kira apa bisa ketemu siang ini, Bu? Maaf mendadak, tapi saya perlu bicara dengan ibu sesegera mungkin.]
Alesha semakin heran. Ia khawatir mahasiswa ini sedang depresi atau lebih buruk dari itu. Ia segera menyanggupi, kebetulan jadwal praktikum di jam itu kosong.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Menit
RomanceEmryn Arka Giandra, profesor muda tertampan, tercerdas, dan banyak proyek berdana besar, bertekad menjadi single seumur hidup. Ia terkenal disiplin. Janji temu dengannya harus selesai dalam lima menit atau maksimal 3x5 menit. Namun, hidupnya berub...