"Siapa sih yang mau nikaj sama janda, 36 tahun, punya anak tiga lagi." -Alesha-
-----------------------------------------------
Hari Sabtu adalah family time di keluarga Alesha. Berhubung Satria ada tugas science project di sekolah, jadilah Alesha dan ketiga anaknya memilih perpustakaan kampus jadi tempat nongkrong mereka. Di perpustakaan Bina Bangsa ada satu sesi yang menyediakan koleksi buku untuk anak-anak usia sekolah. Mulai dari buku pelajaran, science popular hingga cerita fiksi tersedia lengkap di sana. Satria bisa mengumpulkan bahan untuk tugasnya, Rezha membaca buku-buku seni musik pilihannya, dan Sabrina minta dibacakan buku cerita oleh Alesha.
"Mim, aku mau lihat kantor Mim dong!" Satria tiba-tiba mendekati ibunya.
"Kantor Mim seru, lho. Banyak makanan enak," celetuk Sabrina. Tentu saja yang dia maksud adalah kantor Rania. "Tante Ran juga baik banget."
"OK, kita boleh ke sana sebentar, tapi ada syaratnya. Kita kalau berbicara pelan-pelan ya? Khawatir mengganggu orang yang sedang bekerja. Bagaimana?"
Anak-anak itu pun serempak mengangguk. Mereka berjalan santai sambil melihat gedung-gedung tinggi di kampus itu. Sepanjang jalan mereka sibuk bertanya tentang bangunan-bangunan yang mereka lihat, tak ada habisnya. "Mim ini tempat apa?", "Mim, kenapa ada jalan yang berputar-putar di sebelah tangga?". "Kenapa air di kolam air mancur bisa bergerak mengikuti lagu?", "Di kampus ini ada jurusan buat belajar kucing nggak?"
Anak-anak melihat ruangan Alesha, Di ruangan itu dihuni oleh empat orang, meskipun tampak kosong karena hari libur. Alesha hanya mempunyai satu meja, kursi, dan lemari kecil. Satria tercengang, karena ruang kerja Alesha sangat jauh berbeda dengan ruangan Ardi yang luas dan dilengkapi dengan furniture mewah. Saat akan pulang, mereka melewati ruangan Emryn yang pintunya terbuka sedikit. Dedikasi Emryn memang tak diragukan lagi, hari libur pun tetap datang ke kampus.
"Tumben Sabtu ke kampus, Sha?" Emryn menyapa Alesha yang menjulurkan kepalanya untuk mengintip.
"Habis bawa anak-anak ke perpustakaan." Para krucil itu pun ikut menjulurkan kepalanya untuk melihat ke dalam ruangan yang menguarkan angin dingin itu.
Emryn tersenyum lalu berjalan membuka pintu lebih lebar. Sabrina menatap Emryn dengan mata bulatnya. "Om yang waktu itu di rumah sakit kan?"
"Betul! Kamu pasti Sabrina kan? Masuk, yuk ... kita ngobrol di dalam." Ketiga anak itu menatap ibunya meminta persetujuan. Sebetulnya Alesha ingin mengatakan tidak, tapi dia tidak tega melihat tatapan mereka yang penuh harap untuk diizinkan masuk.
"OK, kita masuk, tapi hanya lima menit saja ya? Om Emryn lagi sibuk, jadi nggak bisa diganggu lama-lama."
"Karena kalian bertiga, om kasih bonus deh jadi 3x5 menit. Gimana?" Emryn mengedipkan sebelah matanya.
Tentu saja anak-anak menyambut tawaran itu dengan senang hati. Hanya Alesha yang geleng-geleng memicingkan mata karena merasa bersalah. "Santai aja, Sha. Gue lagi nggak sibuk, kok." Emryn berkata pelan saat mereka berdekatan.Baru saja masuk ke ruangan Emryn ketiga anak itu langsung terpukau. Sabrina penggemar berat kucing, terpesona pada Kaisar yang sedang menjilat-jilat bulunya di atas sofa. Rezha terpana melihat drum yang ada di ruangan itu. Sedangkan Satria tampak asyik mengamati miniatur sistem transportasi masa depan di kota mereka. "Om, ini keren banget. Om bikin sendiri miniatur ini?" Satria bertanya antusias.
Emryn menggeleng. "Tapi om tahu kok cara bikin yang betulannya."
"Wow kereen! Om bisa bikin jembatan juga?" Emryn mengangguk. "Stasiun?" Emryn mengangguk lagi. "Jalan layang?"
"Bisa ...."
"Mim, kalau sudah besar aku mau belajar bikin bangunan seperti Om Emryn." Satria tampak semakin takjub, matanya berbinar-binar.
"Boleh InsyaAllah ... kalau begitu Mas Satria harus rajin belajar mulai dari sekarang, ya. Biar nanti bisa jadi mahasiswanya Om Emryn." timpal Alesha."Hmm tapi tahu nggak, Mim kalian itu juga pernah belajar bikin bangunan, lho. Bahkan, dulu waktu kuliah, Mim lebih pintar dari Om."
Satria dan Rezha menatap Alesha tak percaya. Yang mereka tahu selama ini, ibunya memang hebat, tapi dalam hal membuat makanan enak, merapikan rumah, dan membacakan cerita. Mim juga seperti buku ensiklopedi berjalan, kalau ditanya sesuatu, selalu punya jawabannya. Akan tetapi anak-anak itu tidak pernah tahu kalau Alesha juga memahami ilmu konstruksi yang dikagumi oleh Satria.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Menit
RomansaEmryn Arka Giandra, profesor muda tertampan, tercerdas, dan banyak proyek berdana besar, bertekad menjadi single seumur hidup. Ia terkenal disiplin. Janji temu dengannya harus selesai dalam lima menit atau maksimal 3x5 menit. Namun, hidupnya berub...