Hari ini upload 2 bab ... Yeaaay! Selamat membaca ...
"Mengingat daya ingat lo yang super itu, gue rasa lo nggak akan bisa melupakan Alesha. Kecuali lo kena amnesia. Tapi ... lo bisa pelan-pelan belajar merelakan, melepaskan. Ini demi kebaikan kalian berdua." -Rania-
-------------------------------------------------------------------------------
Emryn berdiri mengamati roti-roti dalam etalase bakery yang terletak di lantai dasar gedung jurusan Teknik Sipil. Saat itulah ia berpapasan dengan Alesha. Namun, pagi ini perempuan itu tampak berbeda. Senyumnya tak pernah berhenti mengembang. Kalau sudah begini, Emryn pun terpaksa mengalihkan pandangan, tak tahan dengan pancaran pesona Alesha yang sulit dihindarinya.
Biasanya Alesha sangat bersemangat saat melihat Emryn, membahas banyak hal dan aneka strategi. Namun hari ini, Alesha hanya memberinya senyum sekilas. Sisanya dia menatap layar ponsel, yang entah mengapa membuat ujung-ujung bibir merah muda Alesha tertarik ke atas. Lagi chat sama siapa sih dia? Kaya seneng banget ....
"Tumben beli roti." Emryn membuka percakapan
"Ya, aku lupa sarapan. Untung Mas Ardi ngingetin" Alesha menjawab.
Ardi rupanya. "Ah ... romantisnya yang sudah menikah. Hufft kapan ya giliran gue...?" Emryn berbicara dengan nada memelas sambil matanya pura-pura memilih roti. Ini adalah usaha yang bisa dilakukan Emryn agar tidak terus menerus memandang Alesha yang akhir-akhir ini membuat jantungnya berdebar liar.
"Saya mau donat keju ini ya mbak, sama caramel macchiato." kata Alesha kepada kasir lalu segera membayar.
"Saya croissant oncom dan es americano dingin." Emryn menyusul.
"Pak, kan nggak ada croissant oncom?" pelayan bakery itu mengerucutkan bibirnya.
"Ya bikin lah, tuh kokinya nganggur." Emryn menunjuk si koki yang sedang main hape dengan dagunya. Si Pelayan hanya menggerutu dan memerintah koki untuk segera ke tukang sayur membeli oncom.
"Saya tunggu croissantnya di kantor satu jam lagi ya. Kalau nggak aku suruh manajer kantin mecat kamu!" kata Emryn santai.
Alesha melongo. "Eh, jangan gitu dong Em. Sadis amat!"
"Iya tuh Bu, pak Emryn mah sadis. Oke deh pak, tapi kita dapat croissantnya ya , lima!" kata si pelayan dengan santai mengacungkan 5 jari tangan kanannya ke Emryn.
"Iya, masukin aja ke tagihan saya. Tapi kalau enak, kalau gak enak saya balikin, gantiin duit saya 6 porsi!" kata Emryn dengan nada yang menyebalkan sekaligus menggemaskan. Si pelayan terkikik.
Alesha tertawa melihat kelakuan Emryn itu.
"Btw, gue merasa beberapa hari ini lo berubah Sha, lebih ceria."
"Maksud lo?"
"Biasanya lo pake baju kalau nggak navy, cokelat, item. Lately gue liat lo pake warna jingga dikit, pink dikit, hari ini kuning bunga-bunga." katanya sambil menunjuk kerudung Alesha.
"Lah kok elo tau? Bukannya udah tiga hari kita gak ketemu?".
Tentu saja Emryn tahu. Tak sehari dia pernah melewatkan perhatiannya untuk Alesha. "Ketemu terus kok, di lobby, kita sebenernya selalu datang barengan. Tapi gue di belakang elo sekitar 30 detik."
"Lah, trus kenapa lo gak nyapa gue?"
"Ngga sempet lah, lagian kita nggak ada janji temu."
"Bahaha.... Gila lu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Menit
Roman d'amourEmryn Arka Giandra, profesor muda tertampan, tercerdas, dan banyak proyek berdana besar, bertekad menjadi single seumur hidup. Ia terkenal disiplin. Janji temu dengannya harus selesai dalam lima menit atau maksimal 3x5 menit. Namun, hidupnya berub...