MUNDUR

109 10 3
                                    

Pening di kepala Emryn belum lagi hilang, namun ia terpaksa membuka matanya. Telinganya seolah ditarik-tarik oleh suara ponsel yang meraung-raung.

"Ya?"

"Heh, Kelelawar Semprul! Ngapain semalem lu sama Alesha?" Rania berteriak dari seberang sana. Emryn sampai harus menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Ibu ini apa nggak sadar sekarang jam dua pagi!

"Gue lagi lewat rumah Alesha, trus dia ngelamun kayak orang depresi gitu, ya gue temenin duduk, itu doang. Kenapa sih? Cepu!"

"Lu ... cepetan, buka milis dosen unofficial sekarang juga! Sekarang! Sekarang!"
Emryn segera menekan aplikasi email. Ia jarang melihat milis itu karena lebih sering diisi gosip dan politik daripada hasil penelitian terkini. Belum lagi banyak penyusup non dosen di sana yang menggunakan aneka nama anonim. Tapi dia percaya, Rania tak main-main.

Jantung Emryn serasa berhenti berdegup melihat judul sebuah thread yang sudah dibalas ribuan kali. Thread itu dimuat pukul 12 malam. Ia sudah tertidur lelap saat itu, pikirannya terlalu lelah mendengar kisah cinta Alesha dan Ardi, dari mulut Alesha sendiri.

"Apa hubungan istimewa Profesor Emryn dan asisten akademik ini, yaa?" bunyi judul thread itu.

Jari-jari Emryn seketika terasa kaku. Foto-foto berkualitas tinggi berderet-deret di sana, dalam angle yang sedemikian rupa, sehingga menjauhkan persepsi dari kenyataan.

Foto ia memasuki rumah Alesha dengan senyum lebar, itu saat ia membawakan pizza dan Sabrina memaksanya masuk, tentu saja tak terlihat Sabrina di foto.

Foto ia dan Alesha berdua di bawah payung saat hujan, itu saat Satria dan Rezha tiba-tiba datang ke rumahnya. "A Romantic rain? What will happen next?" Tulis caption di bawahnya.

Foto ia dan Alesha sedang bertatapan berdua, di depan rumahnya. Waktu pengambilan gambar menunjukkan jam 1 malam, di hari yang sama dengan foto sebelumnya. Ya, itu saat Alesha berpamitan. Sebuah caption dibubuhkan : A midnight affair?

Yang terakhir, foto ia dan Alesha saat duduk di beranda rumah Alesha. Fotografer mengambil gambar dari pagar samping saat mereka saling berhadapan. Seolah-olah tengah berbuat sesuatu di balik pepohonan kecil. Foto itu diberi caption yang sangat provokatif : A hot midnight kiss?

Emryn menutup ponselnya, menghempasnya begitu saja ke kasur. Ia tahu besok akan jadi hari yang membosankan. Segera ditariknya selimut, lebih baik tidur selagi sempat.

***

Pagi itu Emryn tiba di kampus seperti biasa, melewati lobi seperti biasa, melangkah lebar-lebar ke sebuah ruangan yang ia tahu pasti dimana. Yang berbeda adalah, ia tak mengenakan blazer seperti biasa, ia hanya mengenakan kemeja, yang digulung bagian lengannya. Menampilkan urat-urat tangannya yang kokoh dan tanggannya yang terkepal dengan keras.

Dibukanya pintu ruangan dengan kasar, langkahnya lurus ke arah sebuah meja. Ditariknya lelaki yang sedang asyik bermain games di laptop milik kampus itu. Dan ....

BUGG!

Kepalan tangannya mendarat sempurna di pipi lelaki itu, ujung bibirnya mengeluarkan darah segar. Tubuhnya ambruk ke lantai. Seisi ruangan terpekik panik, apalagi para dosen wanita.

"Gue tahu itu kerjaan, lo."

Sambil berusaha kembali berdiri, Agus tersenyum menyeringai, "Good, selamat datang pada era kehancuran karirmu, Emryn Arka Diandra."

Emryn mendengkus, ia tersenyum kecut. "Jadi, ini rencanamu?"

Agus tersenyum lagi. "Tindakan lo cuma membuktikan bahwa lo sungguh tak pantas jadi teladan."

Lima MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang