RUMAH YANG ASING

130 20 3
                                        

"Ya, dandan itu bukan buat orang lain, kan? Tapi buat diri kita sendiri. Setidaknya kita bisa merasa lebih pede dan segar. Kalau ngaca juga bakal bikin seneng lihat wajah sendiri." -Rania-

--------------------------------------------------

Tak banyak yang berubah dari gedung Departemen Teknik Sipil dua belas tahun terakhir ini. Pintu, jendela, lantai, dan corak dindingnya masih sama seperti dulu, hanya saja tampak sudah lebih tua.

Alesha berjalan menelusuri koridor gedung yang dulu pernah menjadi rumah keduanya. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat ini saat kuliah dulu. Bahkan saat mengerjakan tugas akhir, tak jarang dia terpaksa menginap di kampus. Namun, entah mengapa rumah ini terasa begitu asing saat ini. Tidak ada lagi senyum dan sapaan hangat dari teman-teman yang berpapasan di jalan. Satu dua karyawan tampak masih sama, tapi sepertinya mereka sudah tak mengenali Alesha lagi. Beberapa ruang dosen yang dilewatinya kini sudah ditempati oleh adik-adik tingkatnya dulu yang sudah menjadi dosen cukup lama. 

Alesha menggenggam erat map CV di tangannya yang mulai berkeringat. Ia ragu, benarkah dia bisa kembali ke dunia akademik yang sudah ditinggalkannya lebih dari dua dekade ini? Ilmu pengetahuan pasti sudah berkembang jauh, pasti butuh kerja keras untuk mengejar ketertinggalannya selama 12 tahun ini. Mampukah dia bersaing dengan para lulusan yang masih fresh dan jauh lebih muda darinya? Dulu dia memang pernah menjadi mahasiswa terbaik, lulusan terbaik. Tapi kembali lagi, itu dulu. Saat ini semuanya sudah berbeda. Alesha saat ini, hanyalah seorang ibu rumah tangga.

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkelindan di kepala Alesha. Akan tetapi, dia tetap melangkah mencoba peruntungannya. Jika Emryn memang benar, siapa tahu langkah yang diambilnya ini dapat mengubah hidupnya yang sudah berada di titik jenuh tertinggi. Akhirnya Alesha memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Emryn. Ruang wakil dekan bidang akademik.

"Masuk." Rupanya Emryn dan Rania sudah menunggu Alesha di dalam.

"Gue senang lo memutuskan untuk datang hari ini, Sha. Welcome back, harusnya lo udah nggak asing lagi dengan tempat ini kan?"

Alesha cuma tersenyum. Emryn tidak paham betapa dia merasa asing saat itu. Terasing di tempat baru itu wajar dan menantang. Namun, merasa asing di tempat yang sangat familiar itu, seperti bertemu teman lama tapi tidak lagi saling mengenal.

"Sebentar lagi lo siap-siap buat wawancara dengan beberapa dosen dari lab kita. Salah satunya Rania."

"Tunggu ... tunggu, Sha, lo bawa makeup nggak? Kayanya harus touch up dikit biar keliatan lebih seger deh." Rania memandang wajah Alesha yang kusut, tampak bekas perjuangannya sejak pagi.

Alesha menggeleng. Dia sudah lupa kapan terakhir kali memakai makeup. Koleksi makup-nya pun mungkin sudah kadaluarsa. Bisa keluar pakai sunscreen saja sudah bagus. Hidupnya selalu diburu-buru waktu.

Rania mengeluarkan peralatan makeup-nya dari tas. Dengan sigap ia memoles tipis wajah Alesha yang polos dengan bedak, blush on dan lipstick warna natural. "Lo itu cantik, Sha. Apalagi kalau dirawat, dandan ùdikit."

"Gue kan nggak kemana-mana selama ini, Ran."

"Ya, dandan itu bukan buat orang lain, kan? Tapi buat diri kita sendiri. Setidaknya kita bisa merasa lebih pede dan segar. Kalau ngaca juga bakal bikin seneng lihat wajah sendiri." Lima menit kemudian, Rania sudah selesai memoles wajah Alesha. "Gimana Em, Alesha sudah OK kan?"

Emryn melirik wajah Alesha, dia sempat tertegun beberapa detik, lalu tersenyum dan mengangguk. Lelaki itu menggulung lengan kemeja brand Jepang yang dikenakannya sampai ke bawah siku. "OK, kita langsung ke ruang meeting di sebelah, ya."

Alesha diwawancarai oleh tiga orang dosen. Rania, Pak Rahmat, mantan dosen pembimbing Alesha dulu, dan Ivanka, adik tingkat Alesha yang sekarang sudah menjabat jadi ketua program studi. Salah satu pertanyaan yang paling sulit dijawab adalah tentang apa saja yang ia kerjakan selama 12 tahun terakhir ini? Apakah pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti memasak, merapikan rumah, mengurus anak-anak, relevan untuk diungkapkan dalam wawancara kerja seperti ini? Akan tetapi faktanya memang begitu. Alesha tidak melakukan kegiatan lain yang masih berhubungan dengan dunia akademik.

Lima MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang