SILAKAN COBA LAGI

73 11 2
                                    

Alesha menangkupkan tangan ke mulutnya saat menerima undangan mendadak dari Rania. Sebetulnya bukan hanya Alesha yang terkaget-kaget. Para dosen dan mahasiswa pun tak ada yang menyangka Rania akan menikah dua pekan lagi. Mahasiswa tim shipper Rania-Emryn pun ikut patah hati. Kapal mereka tak jadi berlayar.

"Barakallah, gue ikut senang. Eh tapi gimana sih ceritanya bisa ketemu sama dokter gigi itu?" Alesha penasaran.

"Biasalah, gue kan pasien rutinnya. Tau sendiri, kalau perawatan gigi bolak-baliknya kaya apa."

"Alhamdulillah, ternyata sakit gigi membawa berkah ya, berujung ketemu jodoh."

"Habis di sini nggak ada yang nyangkut sih, gue perlu ekspansi ke tempat lain dong," jelas Rania sambil melirik Emryn yang cuma senyum-senyum saja dari tadi.

Acara resepsi pernikahan Rania diadakan di halaman hotel berbintang lima. Area taman di sekitar kolam renang itu sudah dipenuhi dengan dekorasi mawar bermacam warna. Rania dan suaminya berdiri dengan anggun di pelaminan. Mereka benar-benar pasangan yang tampak serasi.

Rania meminta Emryn untuk memberi sambutan mewakili para dosen dan kolega. Lelaki itu tampil mengenakan setelan jas hitam, dasi kupu-kupu, dengan rambut yang tertata rapi. Outfit-nya sudah bisa bersaing dengan para aktor yang akan berjalan di karpet merah festival film internasional.

Sesuai permintaan Rania, Alesha datang dengan ketiga orang anaknya. Ia mengenakan kebaya modern warna putih, dipadukan dengan kain indigo shweshwe oleh-oleh dari Emryn. Wanita itu terlihat semakin cantik. Sorot matanya yang memancarkan aura keibuan, punya pesona yang istimewa buat Emryn.

"Kain ini ternyata jadi jauh lebih cantik setelah kamu pake, Sha." Emryn menyapa Alesha yang baru saja datang.
Alesha pun tersipu. "Makasih, itu karena motif pilihan kamu yang memang bagus."

Satria, Rezha, dan Sabrina tampak sangat antusias saat bertemu dengan Emryn. Apalagi Satria. Hampir setiap hari si sulung itu chatting dengan Emryn. Ada-ada saja yang diceritakannya. Bahkan, Emryn sudah tahu anak perempuan yang paling cantik di kelas versi Satria. Beda lagi dengan Sabrina. Dia sering mengirimkan kata-kata manis dan stiker-stiker kucing lucu, dengan icon-icon hati yang bertaburan. Awalnya Emryn sempat geer, karena tidak biasanya Alesha mengirim pesan cute semacam itu. Namun, semuanya terjawab setelah membaca pesan yang terakhir, ini Sabrina Om. Emryn benar-benar heran, bagaimana Ardi bisa mengabaikan pesan-pesan lucu dari anak-anaknya, dan lebih memilih berbual ria dengan cewek-cewek itu.

"Om, ambil minum di mana?" Sabrina menggamit lengan Emryn.

"Ayo kita ambil sama-sama ke sana." Emryn menggandeng Sabrina menuju meja yang menyediakan beraneka jus. Dari jauh Rania yang melihat adegan romantis Emryn dan Sabrina itu langsung mengirimkan kode dengan mengangkat jempolnya untuk Emryn.

Saat kembali ke tempat Alesha, rupanya wanita itu sedang mengobrol dengan dosen-dosen senior yang sudah mengenal Alesha sejak kuliah dulu. Seperti biasa, mahasiswa berprestasi akan terus diingat oleh para dosen. Emryn pun ikut nimbrung dalam pembicaraan itu.

"Kalian masih kompak aja ya sampai sekarang," ujar Prof. Rahmat mantan pembimbing Alesha. "Bapak tunggu nih publikasi terbaru duo Emryn-Alesha."

"InsyaAllah, Pak, mohon doanya. Sebentar lagi satu topik penelitian bakal beres." Emryn cukup optimis dengan progress penelitian mereka. Rupanya Alesha tak butuh waktu terlalu lama untuk menyesuaikan diri. Bahkan, sekarang dia sudah bisa diajak berlari.

Seorang tamu yang bekerja di lembaga riset pemerintah datang menghampiri Emryn. Karena itu ia terpaksa pamit sebentar untuk membicarakan beberapa peluang kolaborasi penelitian yang mungkin bisa dilakukan tahun depan. Acara-acara informal semacam ini juga sering dimanfaatkan Emryn untuk membangun kemitraan dengan lembaga lain.

Lima MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang