Part 12

2.1K 153 7
                                    

Sudah lama sekali rasanya aku tidak menginjakkan kaki di apartemenku, maka hari ini kuputuskan untuk pergi mengambil sedikit barang-barangku, lalu tumben sekali seorang Barata Mahawira membiarkan aku pergi seorang diri bahkan menyetir sendirian, akhirnya setelah memarkirkan mobil aku keluar dan berjalan menuju lift.

"Orisha," aku menoleh ke belakang dan alangkah terkejutnya aku mendapati om Redi ada di belakangku.

"hai cantik," basement ini sepi tidak ada orang lain selain kami, tubuhku bergetar hebat, sedangkan om Redi berjalan mendekatiku dengan tatapannya yang penuh hasrat.

"no, no, no," sekuat tenaga aku berusaha lari tapi aku hanya sanggup melangkah ke belakang sejengkal demi sejengkal,

"kamu mau kemana sayang?" napasku semakin tak beraturan ketika om Redi semakin mendekat dan tangannya perlahan terulur untuk menyentuhku

"NOOOO,"

Napasku tersengal, wajahku basah oleh keringat.

Mimpi, hanya mimpi.

Kucoba untuk menormalkan deru napasku yang tak beraturan bahkan dadaku sampai terasa sesak, aku butuh air dan sialnya gelas di atas nakas sudah kosong.

Dengan tubuh yang masih sedikit gemetar aku memutuskan untuk mengambil air, suasana di luar sudah sepi, entah pukul berapa sekarang biasanya akan terdengar suara tivi dari lantai bawah tapi saat ini tidak terdengar suara apapun.

Aku menuju dry kitchen yang ada di lantai dua. Beruntungnya lantai ini masih terang benderang. Sebenarnya sejak aku keluar dari rumah sakit setiap malam seluruh ruangan di lantai dua tidak pernah dipadamkan lampunya entah karena apa.

"Cha," karena terlalu terkejut aku tidak sengaja menjatuhkan gelas yang kupegang, serpihannya berserakan di lantai.

"jangan bergerak," Bara merengkuh pinggangku dan mendudukanku di atas kitchen island kemudian dengan cepat Bara membersihkan pecahan gelas itu, "ada yang luka?" setelahnya Bara berjongkok dan memeriksa kakiku.

"syukurlah kaki kamu nggak kegores," Bara bangkit dan ketika menatapku alisnya berkerut "wajah kamu pucat, ada yang sakit? Atau mau ke rumah sakit sekarang?" melihat tatapan khawatir Bara air mataku tiba-tiba saja berderai lagi.

Kupeluk erat tubuh tegap Bara dan kutumpahkan semua rasa takutku, "mimpi buruk?" kuanggukkan kepalaku perlahan.

Lama kami berpelukan dengan aku yang masih terduduk di atas kitchen island dan Bara yang berdiri di hadapanku.

"Cuma mimpi, kamu baik-baik aja di sini, ada saya kamu nggak perlu takut,"Bara mengusap lembut punggungku membuat tangisku perlahan mereda.

Kruk kruk

Padahal posisi ini begitu nyaman tapi dengan tidak tahu dirinya perutku malah berbunyi.

'ya Allah Cha lo malu-malu in banget sih!'

Bara melepaskan pelukan kami dan mengusap lembut pipiku yang masih basah karena air mata "mau makan apa? Atau mau makan di luar?"

"pengin mi instan,"

Kening Bara berkerut lagi "saya cari sebentar," Bara membuka semua kabinet di dapur ini tapi tidak menemukan satu bungkus pun mi instan "saya cari ke bawah dulu,"

Lama setelahnya Bara tak kunjung kembali akhirnya aku turun dari kitchen island "di sana aja," Bara muncul dari tangga dan membawa sebungkus mi instan, kutatap mi instan itu dengan tatapan berbinar sepertinya sudah lama sekali aku tidak memakannya.

Aku menunggui Bara yang sedang memasak mi instan, perutku semakin bergejolak ketika aroma mi instan mulai menguar.

Aku yang menatap penuh damba sepiring mi instan yang baru saja diletakkan Bara di atas meja membuat Bara mengulum senyum "mas mau?" aku menyendokkan sesendok mi dan mengangsurkannya ke arah Bara tapi Bara menggeleng.

"buat kamu aja saya masih kenyang,"

Rasa mi yang terbalut bumbu begitu meledak di mulutku, rasanya membuat orang menjadi kecanduan tapi sayangnya aku hanya punya jatah makan mi instan satu kali dalam satu bulan, maka setiap kali makan aku akan begitu menikmatinya.

"besok saya harus kerja pagi, kamu nggak apa-apa ditinggal sendirian?"

"nggak apa-apa kok mas, lagian ada tante Safira juga, janji deh aku nggak bakal aneh-aneh lagi,"

Bara menatapku dengan tatapan yang dalam membuatku salah tingkah "mas kenapa sih?" tangan Bara terulur dan mengusap sudut bibirku yang sepertinya terkena bumbu mi instan "saya mau pasang cctv di kamar,"

Untung saja suapan terakhir mi instan yang kumakan sudah tertelan kalau tidak aku yakin aku pasti sudah tersedak, "buat apa deh mas? Ada-ada aja, aku nggak akan aneh-aneh lagi janji deh,"

Kuulurkan jari kelingkingku kehadapan Bara tapi pria itu bukannya menautkan jari kelingkingnya malah menangkap jemariku dan menggenggamnya.

"mas nggak percaya kalo aku nggak akan aneh-aneh lagi?"

Bara menghela napas berat "kamu selalu menyalahkan diri kamu sendiri, bagaimana saya bisa tenang? Apa lagi kalau saya nggak ada di rumah,"

Aku terdiam tidak bisa menjawab perkataan Bara, karena semua yang dikatakan oleh Bara memang benar "itu semua salah dia, kamu nggak salah apapun, kalau ada yang bilang dia terobsesi karena kamu mengumbar bentuk tubuh kamu buktinya mana? Malah yang jadi barang bukti berupa foto di dalamnya sudah jelas pakaian yang kamu pakai bahkan nggak terbuka dan jika seseorang itu sudah menaruh kecenderungan dengan kamu, bahkan ketika kamu pakai gamis dan bercadarpun pikiran dia tentang kamu akan tetap kotor,"

Selama ini aku memang kerap sekali mengenakan rok panjang ataupun kulot dengan atasan yang tertutup maka dari itu ketika tahu jika omRedi menjadikanku sebagai objek fantasi seksualnya aku benar-benar terkejut, hatiku berkata 'kenapa bisa?' lalu aku teringat para perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual, bahkan ada yang sudah bercadarpun masih terkena dan parahnya tidak sedikit warga net yang malah menyalahkan si perempuan, hal itulah yang membuatku benar-benar terpukul.

Keesokan paginya setelah ikut yoga bersama tante Safira dan Kalila kami bertiga merilekskan diri di ruang keluarga sembari menonton berita tentang selebritas, "kenapa dicabut laporannya? Ya ampun padahal udah bener loh ini,"

"namanya juga cinta tan,"

"halah Kal, ngomongin cinta tapi kalo udah kdrt dan selingkuh begini mending pisah aja Kal, soalnya kalau udah punya habit mukul dan selingkuh susah berubahnya,"

"kan kasihan anaknya tante kalo punya ayah mantan napi,"

"ya ampun Ocha sayang, anak makin besar itu makin ngerti, mana ada anak yang rela kalo ibunya disakitin begitu, kalo tante sih ya mending nggak usah cabut laporannya biar jera suaminya,"

"namanya juga bucin tan, mau kayak gimanapun bakalan tetap dibela," sahut Kalila yang ditanggapi dengan anggukan tante Safira.

Lalu berita itu beralih pada berita yang sedang viral di media sosial tentang suami artis yang katanya berselingkuh dengan seorang selebgram.

"meskipun wajah selingkuhannya kayak papan penggilesan asal jago goyang jelas istri sah kayak nggak ada harganya,"

Celetukan tante Safira membuatku yang sedang minum jus semangka tersedak bahkan Kalila yang sedang mengunyah potongan melon pun ikut tersedak.

ARAH (The Journey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang