Bara sepertinya marah karena aku tidak mengganti warna lipstikku, buktinya sedari tadi dia hanya diam.
"cemberut terus sih Bar, padahal Ocha udah capek-capek dandan loh," Bara tak menjawab hanya mendengus saja "nggak semua yang kamu mau harus berjalan sesuai keinginan kamu, kamu lihat Ocha dia jadi nggak nyaman,"
Ucapan om Mahawira membuat Bara menatapku "saya nggak marah,"
Aku yang mendengar ucapan Bara akhirnya mengulum senyum dan mengangguk pelan.
"nah gitu dong, biar Ocha bisa rileks," ucap tante Safira bertepatan dengan waiters yang datang untuk menyajikan makanan kami.
Sebagai penggemar berat daging tentu saja pilihan menu makananku tidak jauh-jauh dari bahan dasar daging, untuk makanan pembuka aku memesan beef Carpaccio yang merupakan irisan daging sapi mentah dan diberi bumbu sehingga memiliki cita rasa khas Italia.
Dagingnya begitu lembut dan rasanya sangat lezat "enak Cha?"tanya tante Safira yang hanya kuangguki karena mulutku penuh.
Begitu makanan pembuka habis kini sudah tersaji menu utama adalah stik dan chicken Wellington, untuk stik kami memilih US Prime Short Ribs, dagingnya benar-benar lembut dan menggoda mulutku untuk terus menyuapkannya.
"kayaknya menu di rumah sekarang harus sering daging deh, Ocha suka banget sama daging, tante senang banget lihat Ocha makannya lahap begini, papa sama Bara nggak eneg kan kalo tiap hari liat daging di atas meja?"
Kedua laki-laki itu menggeleng dan kembali menikmati makan malam mereka "nggak usah tante, ini Ocha lapar aja,"
'lo malu-malu in banget Cha kalo makan daging'
"Bara rencananya mau delivery dari restoran biar Ocha bisa makan banyak, cita rasa masakannya kan juga beda sama yang dibuat di rumah," ucap Bara setelah makanan yang dikunyah olehnya tertelan.
"gitu aja ma, kalau masakan di rumah rasanya kan nggak seenak di restoran,"
"eh jangan jangan, nggak usah repot-repot,"
"iya begitu aja, Ocha biar semangat makannya, nanti mama list deh restoran yang enak-enak menu dagingnya,"
"loh tante jangan, Ocha nggak mau ngerepotin tante lagi,"
"nggak ada kata ngerepotin untuk kamu Cha," putus tante Safira dan diangguki oleh om Mahawira sedangkan Bara tampak tidak peduli dan sibuk memakan makan malamnya dengan tenang.
Seusai makan kami pergi ke sebuah apartemen mewah yang terletak di SCBD, alangkah terkejutnya aku ketika kami menaiki private lift "kita nginep di penthouse tan?" tante Safira mengguk dan tersenyum.
"iya dong, kalau staycation kan harus maksimal, kalau cuma sekedarnya aja mending di rumah,"
"sewanya per malam pasti mahal banget,"
"nggak dong, ini kan apartemen Bara, kalau Ocha bosen di rumah bisa kesini, kapanpun Ocha mau tinggal di sini datang aja, oh iya Bar jangan lupa daftarin sidik jari Ocha biar punya akses masuk ke sini,"
"mas beneran nggak punya usaha sampingan bandar narkoba atau bandar judi kan?"
Seharusnya kalimat seperti itu tidak terlontar dari mulut kurang ajarku saat kami masih bersama dengan tante Safira dan om Mahawira, tapi kedua orang tua Bara malah terkekeh mendengar ucapanku.
"apartemen ini hadiah dari mama," tegas Bara
Lift terbuka dan kami langsung berada di bagian dalam apartemen, tepatnya di foyer, bahkan di sini juga disediakan sebuah sofa single yang akan dibutuhkan ketika kita akan memakai sepatu juga dilengkapi dengan jendela besar yang memerlihatkan gedung-gedung tinggi di sebelah bangunan apartemen ini.
Setelah dari foyer kami memasuki ruang tamu yang juga merangkap sebagai ruang keluarga, kesan mewah sangat kental di sini, dinding kacanya tinggi membuat kami bisa menatap pemandangan gedung-gedung pencakar langit SCBD, viewnya lebih bagus dari tempat foyer tadi.
"bagus nggak Cha?" aku mengangguk dan melangkahkan kakiku ke arah dinding kaca, city light dari sini benar-benar menakjubkan, bahkan apartemen yang kusewa beberapa waktu yang lalu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan city light dari apartemen ini.
"kalau tahu kamu sesenang ini tante bawa kamu kesini dari kemarin-kemarin Cha," aku menoleh ke arah tante Safira "makasih ya tante udah mau ajakin Ocha kesini, di sini cantik banget,"
Tante Safira tersenyum mendengar ucapanku "sama-sama sayang, sekarang Ocha ganti baju dulu, habis ini kita kumpul di ruang keluarga," tante Safira menuntunku ke sebuah kamar.
"masyaallah," satu kata yang terucap dari mulutku ketika pintu kamar itu terbuka, kamarnya begitu mewah bahkan pemandangannya juga luar biasa "ini bukan kamar tante sama om?"
Tante Safira menggeleng "tante sama om pakai yang junior master bedroom, ini buat kamu biar kamu nyaman di sini,"
Air mata tiba-tiba meleleh dari mataku membuat tante Safira dengan cepat menyekanya "tante sama om baik banget sama aku, mas Bara juga padahal aku bukan siapa-siapanya kalian,"
"loh Ocha kan bagian dari keluarga Mahawira sudah pasti kami akan melakukan yang terbaik untuk kamu,"
"ta-"
"ssshhhh tante nggak mau dengar apapun lagi, pokoknya sekarang kamu ganti baju terus kita kumpul di ruang keluarga, bajunya sudah tante siapin, kamu ganti baju ya sekarang,"
Sepeninggal tante Safira aku masuk ke dalam walk in closet, begitu masuk aku melongo mendapati setengah walk in closet kamar ini juga sudah terisi dengan barang-barang perempuan.
Parahnya semua ukuran barang itu adalah ukuranku, tante Safira benar-benar mempersiapkan segalanya dengan sangat baik.
Setelah melihat-lihat seluruh isi walk in closet pilihanku jatuh pada celana joger dan kaus oversize berwarna hitam.
Kubasuh wajahku dan kubersihkan semua make up yang menempel hingga kini bare faceku terlihat, ku aplikasikan lipbalm yang memiliki warna agar bibirku tidak nampak terlalu pucat.
Aku masuk ke dalam ruang keluarga tetapi hanya ada tante Safira disana sedang mencari-cari sebuah film "enaknya nonton apa? Ocha suka horor?" aku duduk di samping tante Safira "nggak suka, nanti nggak bisa tidur,"
Tante Safira tertawa "kita sama berarti, kalau nonton keluarga cemara mau? Tante udah dua kali nonton tapi masih pengin nonton lagi"
"boleh tante, Ocha juga suka filmnya, oh iya mas Bara sama om mana?"
"bentar lagi juga datang,"
Tak lama kedua lelaki itu masuk ke ruang keluarga sembari membawa nampan, ternyata om Mahawira dan Bara membawa teh hangat juga potongan buah segar.
"jangan nonton horor ma," ucap Bara sebelum mendudukkan dirinya di atas sofa dan mengambil tablet miliknya yang tergeletak di atas meja, om Mahawira juga melakukan hal yang serupa.
"nonton bareng di keluarga kami itu artinya tante yang nonton mereka berdua sibuk sendiri, tapi karena sekarang ada kamu tante jadi nggak ngerasa sendiri deh,"
Jika begini sudah pasti Bara adalah anak kandung om Mahawira gen workaholicnya sangat nampak.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH (The Journey)
Literatura FemininaUmur tiga puluh tahun masih jomlo? Perawan tua dong? Banyak orang-orang yang beranggapan perempuan cantik hidupnya akan selalu mendapat kemudahan dimanapun dia berada, tapi menurutku kecantikan juga bisa membawa petaka, contohnya aku. "jika seseoran...