Aku sedang sibuk menulis ketika tante Safira masuk ke dalam kamarku, "sore sayang,"
"loh sore tante, kenapa nggak panggil Ocha aja sih?" tante Safira meletakkan nampan berisi buah di atas meja "kok masih panggil tante? Panggil mama dong,"
Aku tersenyum kikuk "iya ma," wajah tante Safira semakin berseri-seri "mama bahagia banget waktu Bara bilang mau lamar kamu, kamu dilamar Bara di hotel mana? Dekorasinya bagus nggak? Mama lihat dong fotonya,"
Ketika aku menceritakan kejadian saat Bara melamarku wajah tante Safira berubah cemberut, "nggak bapaknya nggak anaknya emang keturunan orang nggak kreatif, udah nggak kreatif, arogan posesif lagi," tante Safira mendumal.
"love language setiap orang kan beda-beda ma, asalkan bisa menjaga komitmen nggak romantis bukan jadi masalah, yang penting setianya,"
"iya sih ya dari pada yang romantis, suka ngasih kejutan taunya tukang selingkuh, duh nggak banget deh"
"nah-"
Obrolanku dan tante eh ralat maksudnya mama Safira terhenti karena dering ponselku dan ketika aku mengangkatnya keningku berkerut karena hanya terdengar suara isakan "Na? Nana? Naima lo kenapa?"
Lalu panggilan itu terputus, aku mencoba untuk menghubunginya kembali tetapi malah ditolak beberapa saat kemudian ada sebuah chat berisi lokasi Naima "kenapa sayang"
"Ocha juga nggak tahu ma, ini Ocha mau samperin kesana aja biar jelas ada apa," aku bangkit dan dengan sembarangan mengambil tas lalu menyalami mama Safira, "hati-hati ya," pesan beliau ketika aku hendak membuka pintu foyer.
Dua orang pengawal yang sudah duduk manis di sofa panjang yang entah sejak kapan ada di sana karena seingatku saat datang kemari kemarin sofa itu tidak ada di sana membuatku terkejut.
Mereka berdua langsung berdiri dan menghalangi pintu lift, "kalau mau pergi harus izin dulu ke mas Bara?" keduanya menggeleng "kami ditugaskan untuk mengawasi nona dan mengawal nona kemanapun nona pergi,"
"terserahlah suka-suka Barata Mahawira," gumamku.
Ketika sampai di basement kedua pengawal itu mengarahkanku ke sebuah mobil Lexus seri LM 350, plat mobilnya berwarna putih, ketetapan plat kendaraan berwarna putih baru saja disetujui dan itu artinya ini mobil baru.
Mobil ini mirip dengan Toyota Alphard tapi harganya lebih mahal apa lagi untuk tipe 4 seater, harganya bisa menembus tiga miliar, aku tahu mobil ini ketika aku sedang melakukan riset untuk ceritaku.
"ini mobil siapa?" biasanya aku memakai salah satu mobil mama Safira sejak tinggal di rumah kedua orang tua Bara .
Aku bertanya ketika salah satu pengawal membukakan pintu penumpang untukku "ini mobil hadiah dari tuan besar dan mobil yang lama sudah dikembalikan ke rumah utama"
Tuan besar? Itu artinya ini mobil pemberian papa Mahawira, aku dan Bara saja belum melakukan lamaran resmi tapi aku sudah mendapatkan hadiah semewah ini. Sepertinya aku harus berbicara dengan Bara ketika dia pulang nanti agar mama Safira dan papa Mahawira tidak memberikanku hadiah lagi.
Ketika masuk ke dalam mobil aku lebih terkejut lagi karena mendapati mobil ini adalah seri 4 seater, sepertinya aku tidak bisa menunggu Bara sampai pulang, nanti setelah menemui Naima aku akan segera meneleponnya.
Mobil yang kutumpangi berhenti di tempat parkir taman yang berada di dekat gedung apartemenku, aku melihat ke sekeliling dan menemukan mobil Suzuki Ignis milik Naima, bergegas aku turun dari mobil dan menghampirinya.
Kaca mobilnya gelap jadi aku mengetuknya beberapa kali, ketika pintu terbuka Naima langsung menghambur kepelukanku, tangisannya semakin menjadi, membuat beberapa orang menatap kami untung saja dua pengawal degan sigap berdiri membelakangiku dan menghalau pandangan orang-orang.
Setelah tangisan Naima mereda aku membantunya untuk masuk ke dalam mobilku dan meminta salah satu pengawal untuk membawa mobil Naima menuju gedung apartemenku.
"lo ada masalah apa Na?"
Naima adalah sepupu jauhku, dia pindah ke Jakarta setelah diterima bekerja di salah satu perusahaan milik negara, tapi setelah menikah ia memilih untuk resign dan menjadi ibu rumah tangga.
"Azzam nikah lagi Cha,"
Bagai disambar petir di siang hari, Azzam yang terkenal di kalangan keluarga kami sebagai laki-laki soleh, penyabar, lemah lembut, sayang keluarga tiba-tiba saja menikah lagi.
Astagfirullah
Di keluarga besar kami Azzam adalah role model suami idaman dan ternyata ZONK
Dunia nyata memang kejam.
"gue syok banget pas tau dia kena razia di hotel dan akhirnya dia jujur kalo dia udah nikah sirih sama perempuan yang dia ajak ke hotel malam itu,"
Naima tak kuasa menahan tangisannya, ku usap dengan lembut punggungnya berharap bisa menenangkannya.
"parahnya lagi perempuan itu anak magang di kantornya,"
"anak kuliahan?" Naima menggeleng "anak SMK yang lagi magang, usianya baru tujuh belas tahun makanya mereka berdua kejaring razia, karena KTP perempuan itu tertulis masih lajang dan usianya juga baru tujuh belas tahun,"
AZZAM BANGSAT
"gue nggak tahu harus pergi kemana lagi Cha, gue nggak mau ketemu Azzam gue belum bisa maafin dia, bahkan kadang gue masih nggak nyangka Azzam nikah lagi,"
"alasannya dia sampai nikah lagi itu apa?"
"dia bilang perempuan itu jauh beda sama gue, dari pada akhirnya mereka berzina dia nikahin perempuan itu,"
Tanganku mengepal erat mendengar penuturan Naima "beda? Dia masih polos begitu?" anggukan Naima membuat amarahku memuncak.
"dia lebih kalem dari pada gue dan dia nggak terlalu menuntut Azzam, gue nggak punya pembantu Cha di rumah, anak gue masih kecil, apa gue salah kalo gue jadi sering ngomel karena kerjaan rumah kayak nggak ada beresnya? Apa gue salah kalo minta Azzam sepulang kerja jagain Arkana?"
Kata sebagian orang omelan istri memang membuat rumah yang seharunya menjadi tempat untuk pulang jadi tempat yang paling tidak ingin didatangi.
Tapi apakah mereka tahu rasa lelahnya seorang istri dan juga seorang ibu ketika harus mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anak seorang diri?
Istri bukanlah pembantu, melihat Azzam yang penghasilannya lebih dari cukup untuk sekedar menyewa asisten rumah tangga dan baby sitter membuatku yakin jika alasannya hanyalah bualan semata dan yang sebenarnya dia memang sudah tergoda dengan gadis abege yang tentu saja terlihat lebih mempesona dari pada istrinya yang sudah ia lihat luar dan dalamnya.
Seburuk apapun istrimu tidak akan membenarkan sebuah perselingkuhan, apa lagi sampai menikah lagi, jika memang rasa cintamu sudah tidak ada bukankah lebih baik mengakhirinya dari pada mempertahankannya dan malah merusak segalanya dengan sebuah pengkhianatan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH (The Journey)
ChickLitUmur tiga puluh tahun masih jomlo? Perawan tua dong? Banyak orang-orang yang beranggapan perempuan cantik hidupnya akan selalu mendapat kemudahan dimanapun dia berada, tapi menurutku kecantikan juga bisa membawa petaka, contohnya aku. "jika seseoran...