Butuh waktu tiga hari untuk menormalkan tekanan darahku dan seperti yang diucapkan Bara, aku tidak bisa keluar dari rumah sakit sebelum tekanan darahku normal.
Aku bahkan sering mendapati suster dan dokter yang menahan senyum ketika memeriksaku membuatku semakin memberengut ketika menatap Bara.
"Kamu tuh mas bikin aku malu sama orang-orang di rumah sakit," aku mulai mengomel sesampainya kami di rumah.
"Malu kenapa? Kamu bayar fasilitas termahal disana bukan pasien bpjs gratis yang dapat dari pemerintah, kenapa harus malu?"
"Ya malu lah, naikin tekanan darah doang harus tidur di rumah sakit selama tiga hari, kayak yang lebay banget, gimana kalau sampai media tahu terus aku jadi headline media online lagi? Malu aku mas,"
"Kenyataannya kamu kan memang sakit, butuh perawatan,"
Kalian sudah lihat sendirikan bagaimana susahnya mendebat Bara? Sudahlah percuma saja mendebatnya hanya buang-buang waktu dan tenaga.
"Udahlah terserah, aku mau tidur," aku berbaring dan memunggungi Bara, merasa malas sekali melihat wajahnya.
"Ganti bajunya dulu,"
Aku berpura-pura tidak mendengarkan Bara dan memejamkan mata.
"Cha, saya tahu kamu belum tidur, kamu mau bangun sendiri atau harus saya gendong ke kamar mandi?"
Sambil berdecak kesal aku bangun dan menatap marah kepada Bara, "mas nyebelin!"
"Saya cuma minta kamu ganti baju bukan habisin uang miliaran rupiah Orisha,"
Aku semakin dongkol mendengar ucapan Bara dengan cepat aku berdiri dan masuk ke dalam walk in closet.
Dengan asal kuambil piyama pendek berwarna toska lalu masuk ke dalam kamar mandi.
"Jangan mandi lagi Cha cuci tangan sama kaki aja," teriak Bara di depan pintu kamar mandi.
Karena sedang kesal aku sengaja berlama-lama di kamar mandi dan ternyata ketika aku keluar Bara tidak ada di kamar.
Rupanya sia-sia saja apa yang kulakukan tadi, aku melangkah sambil menghentak-hentakkan kaki kesal kembali ke atas tempat tidur.
"Dasar suami nyebelin!" Aku menggerutu sambil merebahkan tubuhku kembali ke atas ranjang dengan mengambil posisi menyamping membelakangi pintu kamar.
Ceklek
Terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki mendekat, aku kembali berpura-pura memjamkan mata.
Tempat tidur terasa bergerak, kurasakan lengan Bara mengangkat kepalaku dengan lembut lalu salah satu lengannya kini menjadi bantalku.
Sebelah tangannya yang lain terasa melingkar di perut dan napas Bara terasa di belakang kepalaku.
"Marah? Cha, saya cuma mau yang terbaik untuk kamu, bukannya menyombongkan diri karena saya mampu tapi saya hanya ingin memastikan kesehatan kamu dengan perawatan yang terbaik,"
"Mas cinta sama aku?"
Bolehkah aku berharap kali ini Bara mengatakan bahwa dia mencintaiku? sebagai seorang perempuan aku tetap butuh validasi cinta dari suamiku.
"Ya,"
"Seenggaknya mas harus bilang i love you,"
"Too,"
"Massssh!"
Aku berbalik dan menatapnya dengan tatapan jengkel sementara dia terkekeh geli menatapku yang nampaknya terlihat seperti singa yang sudah siap menerkam mangsanya.
"Sekali-kali bilanglah kalo mas ini cinta sama aku, aku pernah baca cerita kalau ternyata ada pernikahan yang dilandasi karena rasa nyaman bukan karena rasa cinta dan ternyata setelah menikah si laki-laki ini menemukan perempuan yang dicintainya dan berakhir selingkuh, aku nggak mau ya kita kayak begitu,"
"Ini kisah nyata?"
"Nggak sih, ini cerita yang aku baca di The Journey,"
Bara mendengus kemudian menyentil ujung hidungku "saya sudah bilang kan jangan baca cerita aneh-aneh, semua yang kamu baca selalu meninggalkan memori di alam bawah sadar kamu dan itu yang membuat pemikiran kamu jadi semakin negatif karena memikirkan hal-hal yang bahkan nggak pernah terjadi di hidup kamu,"
"Ya kan aku bosen kemarin pas di rumah sakit terus nggak sengaja ketemu cerita itu, karena bagus ya aku baca sampai selesai,"
"Cerita selingkuh kamu bilang bagus?"
"Bukan selingkuhnya tapi pengemasan ceritanya, penjabaran watak setiap tokoh dan alurnya, aku dari dulu nggak bisa bikin cerita sesedih itu,"
"Buat cerita yang bahagia-bahagia saja, saya nggak mau kamu nangis cuma karena cerita aneh yang kadang nggak pernah terjadi di dunia nyata, jangan cari penyakit,"
"Ta-,"
"Cha, overthinking bisa membuat kehidupan normal kamu berubah, apa lagi sebuah pernikahan. Untuk kamu yang suka berandai-andai semua cerita sejenis itu nggak berguna malah bisa memberikan dampak negatif untuk kamu, bagi saya, kamu lebih baik nonton konten flexing para artis dari pada baca cerita karangan yang dibuat terlalu menyedihkan,"
"Tapi ada loh mas cerita based on true story yang emang menyakitkan banget kayak layangan putus,"
"Saya tidak peduli, yang saya pedulikan dan khawatirkan itu kamu Cha, kamu dengan segala pemikiran berlebihan kamu itu, saya cuma mau hidup tenang dengan kamu tanpa masalah yang dibuat-buat,"
"Jadi mas ngelarang aku untuk baca cerita sedih nih?"
"Bukan hanya cerita, film, series, ataupun konten kesedihan, terutama isu-isu perselingkuhan artis di media online dan semua komentarnya,"
"Mas kenapa jadi pengekang begini?"
"Pernikahan adalah ibadah terlama dan saya mau pernikahan kita selalu membawa kebahagiaan untuk kamu,"
"Tapi perempuan selalu butuh di validasi loh mas, secinta apapun suami mereka tapi kalo suaminya nggak pernah bilang aku cinta kamu sisi lain perempuan pasti akan bertanya-tanya lalu menimbukan kecurigaan terhadapa pasangannya,"
"I love you,"
"Ha? Apa mas?" Aku mendengar dengan jelas ucapan Bara tapi aku masih menginginkan dia mengucapkannya lagi.
"Saya tahu kamu dengar dan tidak ada siaran ulang,"
"Mas ihhh kok jahat banget sih sama aku, sekali aja, ya? Ya? Ya?"
"Kan sudah tadi, kalo lagi berarti dua kali bukan sekali,"
"Mas Bara ihhhh tega banget sama istrinya, aku baru keluar dari rumah sakit loh, masih dalam tahap pemulihan ini,"
"Tadi marah-marah karena kelamaan di rumah sakit sekarang pakai alasan dalam tahap pemulihan," Bara mencibirku membuatku memberengut.
"Mas kok gitu sih? Please, ulangin lah sekali lagi, cukup sekali lagi, mau ya?"
Sebelah tangan Bara yang tadinya melingkar di perutku kini beranjak naik dan menyentuh lembut pipiku.
"Saya cinta kamu, i love you,"
Hatiku terasa menghangat, sebulan lebih setelah pernikahan kami akhirnya Bara mengatakan jika dia mencintaiku.
"Kenapa nangis? Ada yang sakit," kugelengkan kepalaku pelan dan merangsek memeluknya, kusembunyikan wajahku di dada bidangnya.
"Aku juga cinta mas Bara, cintaaaa banget,"
![](https://img.wattpad.com/cover/323196035-288-k722749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH (The Journey)
ЧиклитUmur tiga puluh tahun masih jomlo? Perawan tua dong? Banyak orang-orang yang beranggapan perempuan cantik hidupnya akan selalu mendapat kemudahan dimanapun dia berada, tapi menurutku kecantikan juga bisa membawa petaka, contohnya aku. "jika seseoran...