Part 13

2.5K 176 0
                                        

Aku sedang menonton acara memasak sore ini dan tiba-tiba saja aku ingin memasak akhirnya aku pergi di dapur.

Di dapur ada tiga orang asisten rumah tangga, tante Safira bercerita jika untuk urusan memasak beliau akan mendaftarkan asisten rumah tangga untuk kursus memasak telebih dahulu jadi tidak heran jika kemampuan memasak mereka cukup hebat.

"bi Yun saya mau masak, boleh?" aku bertanya terlebih dahulu kepada bi Yun asisten yang paling lama tinggal di rumah ini, kalau tidak salah, tante Safira bercerita jika bi Yun bekerja di sini sejak Bara masih bayi.

Karena usianya yang sudah tidak muda lagi tugas bi Yun hanya membantu memasak dan mengawasi pekerjaan asisten rumah tangga yang lainnya.

"boleh kok non, non mau masak apa?"

"kalau di apartemen mas Bara suka capcay sama udang goreng tepung, aku mau masak itu aja, ada nggak bahannya?"

Bi Yun mengangguk dan membuka lemari es, beliau mengeluarkan satu bungkus udang beku dan juga sayuran "non mau dibantu untuk bersihin udang sama potong sayurnya?

"nggak usah saya sendiri aja," aku ingin Bara makan hasil masakan yang kuolah sendiri dari nol.

Hampir pukul setengah tujuh ketika aku selesai memasak, wajah tante Safira bahkan berseri-seri ketika bi Yun mengatakan aku ikut memasak makan malam kali ini.

"ya ampun bi, padahal saya nggak jago masak loh, tapi alhamdulillah Bara dapat calon istri yang bisa masak, enak lagi masakannya," aku tersipu mendengarnya.

"kami cuma teman tante," aku berusaha menjelaskan tentang hubunganku dengan Bara yang sebenarnya tidak ada hubungan apapun.

"iya teman, benar, teman dulu nanti naik jadi pacar terus tunangan terus jadi istri deh," ucapan tante Safira diangguki setuju oleh semua asisten rumah tangga yang ada di dapur.

"tante bisa aja, sudah dulu ya, Ocha mau mandi bau asap,"

Setelah mandi aku melihat layar ponselku menyala ternyata ada chat dari Kalila, dia mengirimiku gambar dua helai baju dan memintaku untuk membantu memilih mana yang lebih bagus.

Setelah membalas chat Kalila ada satu notifikasi dari media sosial jika Irsyad telah mengunggah sebuah foto begitu kulihat ternyata mereka satu tim sedang ada acara makan bersama dan ada Bara di sana, duduk bersama seorang perempuan cantik, dalam unggahan tersebut Irsyad menuliskan caption dan men tag akun perempuan itu.

Selamat datang BRIPDA AyuLinS

Sebelumnya aku tidak pernah menemukan Bara berfoto dengan seorang perempuan, meski mereka foto beramai-ramai tetap saja aku merasa ada rasa sedih merayapi hatiku ketika melihat betapa dekatnya mereka berdua di foto itu, bahkan bahu mereka pun bersentuhan.

Aku naik ke atas ranjang lalu berbaring dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut, air mata turun ke pipiku, ketika teringat akan masakanku tadi isakanku hampir saja keluar, Bara sudah makan dengan teman-temannya, dia tidak akan makan masakanku.

Akhirnya ketika tante Safira memanggilku ke kamar aku berpura-pura tidur, aku tahu aku sudah tidak sopan, tapi jujur saja aku tidak akan sanggup berada di meja makan dan menatap hasil masakanku yang ujungnya tidak dimakan oleh Bara.

*****

Aku berlari di lorong yang panjang sedangkan om Redi terus mengejarku, "kamu mau kemana cantik? Kamu tidak akan bisa lari dari om," aku semakin mempercepat langkahku tapi naas aku tersandung dan terjatuh.

"ayo cantik, puaskan om malam ini," aku menggelengkan kepala kuat, kakiku kaku dan aku tidak bisa berdiri lagi, dengan tubuh gemetar aku menatap om Redi yang kini sudah ada di hadapanku "ayo sayang, om akan kasih kamu kenikmatan yang luar biasa,"

"ngggaaaakkk"

"Cha?" sebuah tangan terulur hendak menyentuhku membuatku langsung menepisnya "hei ini saya," itu suara Bara aku menoleh dengan cepat, air mata perlahan turun dari mataku ketika aku menemukan Bara.

"ssshhhh," Bara mendekapku dan berusaha menenangkanku "kamu cuma mimpi oke?"

Hanya tersisa sedu sedan ketika Bara melepaskan pelukan kami "minum dulu ya," Bara menyodorkan segelas air kepadaku, entah sejak kapan ada segelas air di atas nakas.

"mau makan?" aku menggeleng lemah dan mengembalikan gelas yang sudah kosong, "kamu tadi ketiduran dan belum makan malam, makan ya? Sedikit aja," aku menggeleng dan memilih untuk merangsek memeluk Bara, kuletakkan kepalaku di pundaknya, Bara membalas pelukanku dan mengusap lembut rambutku.

Entah berapa lama kami terdiam dengan posisi ini Bara akhirnya mulai bersuara.

"saya suka capcaynya,"

Ucapannya membuatku terkejut.

"mas makan masakan aku?"

"iya, saya baru pulang ketika mama habis manggil kamu tapi kata mama kamu tidur jadi kita makan bertiga,"

Perasaanku menghangat ketika mendengarnya membuatku memeluk Bara lebih erat "kamu tadi mimpi apa?" aku menceritakan mimpi yang kualami kepada Bara.

"nanti kalau aku tidur terus mimpi itu lagi gimana mas?" Bara melepaskan pelukan kami dan menatapku dengan dalam "saya temani kamu tidur, saya jagain kamu di sini dan kamu akan baik-baik saja,"

Bara membantuku kembali berbaring namun kini lengan Bara menjadi bantalku bahkan tangan Bara yang lainnya juga memeluk dan mengusap punggungku membuatku merasa nyaman.

"mimpi hanya bunga tidur, nggak ada artinya apa-apa, laki-laki itu akan mendekam di penjara dan dia nggak akan bisa sentuh kamu, saya pastikan itu Cha, saya akan selalu melindungi kamu,"

Aku terbangun ketika posisi matahari sudah tinggi, alangkah terkejutnya aku ketika melihat jam digital di atas nakas sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, sepertinya aku benar-benar terbuai dengan pelukan Bara semalam.

"pagi sayang," tante Safira masuk ke dalam kamarku diikuti bi Yun yang membawa sebuah nampan, "maaf tante Ocha kesiangan," tante Safira tersenyum dan duduk di tepi ranjang, "nggak apa-apa, ini tante bawakan sarapan, kamu sarapan dulu terus mandi dan kita jalan-jalan,"

Aku menerima piring yang diberikan tante Safira isinya nasi, tumisan daging dengan paprika, wortel dan juga brokoli.

"kita mau kemana tante?" tante Safira tersenyum "pokoknya hari ini kita senang-senang,"

Ternyata yang dimaksud oleh tante Safira dengan bersenang-senang adalah pergi ke mall, kami pergi ke Plaza Indonesia tapi anehnya ketika turun di lobi, mall ini tampak sepi.

"kok sepi ya tan? Belum buka? Tapi udah jam segini,"

Tante Safira tersenyum dan mengamit lenganku, "tadi pagi tante minta om buat booking mall ini, nggak seharian sih, lima jam cukup kan yah buat senang-senang? Kalau nggak dibooking begini takutnya ada wartawan yang ngeburu kamu, nanti yang ada kamu malah stress ditanya-tanya sama wartawan,"

Sewa seluruh mall?

Seluruh?

Dan mereka menyewanya karena takut privasiku terganggu?

Aku menggeleng putus asa, sebenarnya seberapa kaya keluarga Bara ini?

ARAH (The Journey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang