semalam mama sudah kembali ke Jakarta karena pagi ini harus menemani papa melakukan perjalanan bisnis ke Bali sedangkan Bara tetap ada di sini menemaniku.
Tapi seusai sarapan dia sudah sibuk di depan laptopnya, aku tidak tahu harus bersyukur atau marah, Bara memang ada di sini tapi dia tetap bekerja.
"mas di sini kan nemenin aku kenapa sekarang jadi aku yang nemenin mas kerja?" Bara mengangkat wajahnya yang sejak tadi menekuri layar laptop "sebentar lagi, oke?"
Aku mendengus kesal, "tapi aku pengin jalan sekarang mas, masa nggak boleh? Ada bodyguard juga kan?" Bara menggeleng lalu kembali menekuri layar laptopnya "para bodyguard sudah kembali bersama mama semalam," gumamnya tanpa melihat ke arahku.
"kalau gitu aku jalan-jalan sendiri aja, aku kan udah sering kesini, boleh ya?" Bara tidak bersuara sedikitpun dan itu berarti 'tidak boleh'
Detik demi detik aku lewati dengan bermain ponsel sambil mencari acara yang bagus tapi baru satu jam berlalu aku sudah bosan. Kutatap Bara yang masih sibuk dengan pekerjaannya lalu sebuah ide melintas di kepalaku.
Aku beranjak dari ranjang menuju ke sudut kamar memperhatikan deretan paperbag di sana sebelum akhirnya mengambil sebuah paperbag dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Jantungku berbedar ketika sebuah lingerie berwarna marun sudah melekat di tubuhku, kemarin mama membelikanku lima helai lingerie, mama bilang dua untuk seserahan sedangkan yang tiga untuk kupakai setelah menikah nanti, tapi sekarang aku sudah memakai salah satunya.
Lingerie ini terdiri dari bikini dengan outer transparan, bagian atas dan bawah bikininya memang tidak transparan tapi ukuran bagian atasnya sedikit lebih kecil membuat dadaku terlihat lebih menonjol.
Aku mematut diriku di depan cermin lagi sambil mengatur debaran di jantungku, meski Bara sudah sering melihat tubuh polosku tapi ini adalah pertama kalinya aku memakai pakaian seperti ini di hadapannya.
Ketika keluar dari kamar mandi Bara ternyata sedang menelepon dengan posisi berdiri di depan dinding kaca yang memperlihatkan view kota Singapura, perlahan aku menghampirinya kemudian kupeluk pria itu dari belakang.
Bara tidak terganggu sama sekali, malah sebelah tangannya mengusap-usap tanganku yang melingkari perutnya "kabari saya setiap ada perkembangan penyelidikan,"
Setelah sambungan telepon itu terputus Bara melepaskan pelukanku lalu berbalik menghadap ke arahku, mulutnya hendak mengucapkan sesuatu namun urung setelah melihat apa yang tengah kukenakan sekarang.
"bagus nggak mas? Warnanya bagus tapi ketat banget, dadanya kesempitan," aku sengaja mengusap dadaku "padahal yang lainnya enggak loh mas, nggak tau kok ini kesempitan begini, tapi kainnya enak, lembut banget di kulit, rasain deh" sengaja kuraih tangan Bara dan mengusapkannya di dadaku.
"nggak nyaman?" tangan Bara masih ada di dadaku sedangkan matanya menelusuri tubuhku "agak aneh aja karena dadaku keliatan lebih besar,"
"bagus, saya suka," suara Bara berubah menjadi serak, tubuhnya merapat ke arahku dan kepalanya menyuruk ke leherku, hembusan napasnya membuatku geli "mas mau apa? Aku mau ganti baju dulu, aku cuma mau tanya aja tadi,"
Well, sepertinya aku sudah berhasil membangunkan sang singa.
"saya bantu lepasin," Bara berbisik dengan kedua tangannya yang dengan perlahan sudah menurunkan outer transparan berwarna marun yang kukenakan, setelah outer itu terlepas Bara menjauhkan kepalanya, ditatapnya tubuhku dengan tatapan penuh hasrat.
Bara menarikku ke arah sofa kemudian duduk disana sedangkan aku didudukkan di atas pangkuannya dengan posisi mengangkangi tubuhnya, buru-buru Bara memagut bibirku sedangkan tangannya melepaskan bagian atas bikini yang kukenakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARAH (The Journey)
Genç Kız EdebiyatıUmur tiga puluh tahun masih jomlo? Perawan tua dong? Banyak orang-orang yang beranggapan perempuan cantik hidupnya akan selalu mendapat kemudahan dimanapun dia berada, tapi menurutku kecantikan juga bisa membawa petaka, contohnya aku. "jika seseoran...